Murady Darmansyah, pengusaha asal Kerinci yang tinggal di Jakarta, mengkritik penerbangan bersubsidi Susi Air rute Jambi-Kerinci yang dirasa tidak tepat sasaran. Ia mendesak pemerintah untuk meninjau kembali sistem subsidi agar lebih bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Kerinci.
***
Di pagi yang sibuk di Jakarta, Murady Darmansyah, seorang pengusaha asal Kerinci, duduk di meja kerjanya. Ekspresi kecewa terpancar dari wajahnya ketika ia berbicara tentang masalah yang mengganggunya akhir-akhir ini—kesulitan mendapatkan tiket penerbangan bersubsidi Susi Air dari Jambi ke Kerinci dan sebaliknya.
"Tiket sudah dibooking jauh hari oleh orang-orang tertentu. Kami yang bekerja di sektor ekonomi jadi tidak terbantu," katanya dengan nada geram.
Penerbangan yang Tak Terjangkau
Murady bukanlah satu-satunya yang merasa frustasi. Keluhan serupa datang dari banyak pebisnis dan penduduk Kerinci yang mengandalkan penerbangan ini untuk mobilitas mereka. Subsidi pemerintah yang seharusnya memudahkan aksesibilitas justru dirasa tidak tepat sasaran. Untuk tanggal 2 dan 5 Agustus saja, Muradi sudah mendapati semua tiket terjual habis.
"Memang sulit dapat tiket. Bisa dinikmati orang tertentu, kami pekerja ekonomi tidak terbantu pesawat subsidi ini," ungkap Muradi, mantan anggota DPR RI asal Jambi itu.
Akibatnya, ia terpaksa melakukan perjalanan darat dari Kerinci ke Jambi, lalu terbang ke Jakarta dengan Batik Air.
"Sekarang sudah di Jakarta. Mungkin minggu depan saya ke Jambi lagi," tambahnya, terdengar sedikit pasrah.
Kendala Penerbangan yang Menguntungkan Segelintir Orang
Murady menduga ada permainan di balik layar yang membuat penerbangan bersubsidi ini hanya dinikmati segelintir orang. Ia mencurigai adanya pihak-pihak tertentu, mungkin dari kalangan birokrat, yang memborong tiket jauh sebelum jadwal penerbangan.
"Penerbangan diatur Jumat dan Senin, sulit bagi pebisnis bergerak di Kerinci. Tiket diborong birokrat dua minggu sebelumnya," ujarnya.
Dengan jadwal penerbangan yang tidak fleksibel, banyak pelaku bisnis merasa terhambat dalam merencanakan kunjungan kerja mereka ke Kerinci.
Mengkritisi Manfaat Subsidi Penerbangan
Bagi Murady, penerbangan bersubsidi ini seharusnya menjadi jembatan bagi pertumbuhan ekonomi Kerinci. Namun, realitasnya jauh dari harapan. Muradi berpendapat bahwa sistem penerbangan saat ini lebih menguntungkan kalangan tertentu dibandingkan masyarakat luas.
"Tidak ada manfaat untuk pertumbuhan ekonomi Kerinci. Jika terus begini, lebih baik dihentikan saja," kata Murady tegas.
Kritiknya menyoroti ketidaksesuaian antara tujuan subsidi dengan implementasinya di lapangan. Penerbangan ini, katanya, tidak hanya gagal memenuhi kebutuhan warga Kerinci, tetapi juga menghambat potensi perkembangan ekonomi daerah.
Usulan Perubahan Sistem Penerbangan
Murady mengusulkan agar pemerintah meninjau kembali sistem penerbangan bersubsidi ini. Ia menyarankan agar jadwal penerbangan lebih fleksibel dan terbuka untuk publik secara merata. "Jika penerbangan ini tidak tepat sasaran, lebih baik diubah menjadi penerbangan terjadwal dengan harga sesuai pasar," usulnya.
Langkah ini, menurut Murady, akan lebih bermanfaat dalam memperkenalkan Kerinci sebagai destinasi wisata dan pusat bisnis potensial.
"Dengan sistem yang lebih baik, penerbangan bisa mendukung pelaku ekonomi dan promosi wisata di Kerinci," tambahnya penuh harap.
Harapan untuk Evaluasi dan Perbaikan
Murady berharap bahwa kritiknya dapat memicu evaluasi dan perubahan signifikan dalam pelaksanaan program subsidi penerbangan. Ia mendesak pemerintah untuk memastikan bahwa subsidi benar-benar dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan, bukan hanya dinikmati segelintir pihak.
Dengan adanya perhatian serius dari pihak berwenang, Murady yakin bahwa penerbangan Susi Air dapat menjadi sarana yang efektif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Kerinci.
"Ini bukan hanya soal tiket, ini soal masa depan ekonomi daerah," pungkasnya dengan penuh semangat.(*)
Comments
Seharusnya Kerinci tidak…
Seharusnya Kerinci tidak lagi dilayani oleh Susi Air. Sebaiknya Kerinci sudah menggunakan pesawat yang bisa memuat banyak penumpang seperti Wing Air atau sejenisnya yang bisa mengangkut 60 hingga 80 penumpang, bukan seperti Susi Air yang hanya mampu membawa 10 - 11 penumpang saja.
Add new comment