Edi Purwanto duduk di atas panggung kehormatan. Dadanya berdebar kencang. Di ruangan itu, tak seorang pun bisa mengabaikan aura kharismatik yang memancar dari sosok Ketua DPRD Provinsi Jambi itu.
Hari itu, Jumat, 6 September 2024, menjadi saksi sejarah dalam hidupnya.
Di hadapan para profesor, kerabat, dan tokoh penting Jambi--mantan Gubernur Jambi HBA--, ia akan menyandang gelar Doktor dengan sebuah disertasi yang telah menguras seluruh tenaga, pikiran, dan hatinya.
Kilas balik ke masa-masa ketika ia mulai meniti jalan ini, di tengah pandemi Covid-19 pada tahun 2021, Edi menghadapi dua tantangan besar: tugas berat sebagai Ketua DPRD Provinsi Jambi dan hasratnya untuk melanjutkan studi ke jenjang tertinggi.
Malam-malam panjang yang dilalui dengan mata yang tak henti menelusuri buku-buku hukum, serta hari-hari yang padat dengan rapat dan tugas politik, membuatnya berkali-kali mempertanyakan keputusannya. Namun, semangat itu tak pernah padam. Dorongan untuk memberikan yang terbaik bagi negeri ini, dan untuk memahami lebih dalam persoalan yang ia hadapi setiap hari, menjadi bahan bakar yang tak pernah habis.
Akhirnya, Edi memutuskan kembali ke kampus, sebagai mahasiswa doktoral di Universitas Jambi (Unja). Tiga tahun berselang, Edi tiba di akhir perjalanan doktoralnya. Ia telah menyelesaikan studi dan kini menghadapi ujian akhir doktoral; sidang disertasi.
Di depan para penguji, Edi dengan suara yang tenang tapi tegas, memaparkan disertasinya yang berjudul “Politik Hukum Penyelesaian Konflik Lahan yang Berkeadilan di Indonesia.” Judul yang mungkin terdengar berat bagi sebagian orang, tapi bagi Edi, ini adalah panggilan hidupnya.
Selama menjabat sebagai Ketua DPRD, ia sering melihat masyarakat terjebak dalam konflik lahan yang tak berujung. Ia tak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan yang terjadi. Disertasi ini adalah jawabannya, upaya untuk memberikan solusi yang berkeadilan bagi semua pihak.
"Saya menyadari betapa rumitnya persoalan ini," kata Edi, suaranya menggema di ruangan itu.
"Pengaturan penyelesaian konflik lahan di Indonesia harus melibatkan masyarakat lokal dan para pengusaha yang berinvestasi. Tanpa itu, kita hanya akan terus terjebak dalam lingkaran setan ketidakpastian hukum dan ketidakadilan," paparnya.
Semua orang di ruangan itu mendengarkan dengan tertegun. Edi memaparkan disertasi, bak pidato bung karno di atas podium. Menggelegar. Para penguji sesekali mencatat poin-poin penting.
Edi melanjutkan dengan nada yang lebih lembut tapi penuh keyakinan, "Kita perlu menyederhanakan dan mengintegrasikan pengaturan ini, agar tidak terjadi tumpang tindih aturan. Ini bukan hanya tentang hukum, tapi tentang rasa keadilan masyarakat kita."
Edi berhenti sejenak, menatap ke sekeliling ruangan. Ia tahu, di luar sana, ada begitu banyak orang yang terjebak dalam konflik ini, yang menanti solusi yang adil.
"Penelitian ini hanya awal. Saya berharap penelitian-penelitian berikutnya dapat menggali lebih dalam, menemukan jalan keluar yang lebih baik," lanjutnya.
Ketika sesi tanya jawab berakhir, dan para penguji memberikan penilaian mereka, hati Edi berdebar lebih kencang. Namun, ketika nilai akhir diumumkan—nilai A dengan IPK sempurna 4,00—ruangan itu meledak dalam tepuk tangan dan sorak-sorai. Edi Purwanto telah resmi menjadi Doktor.
Di tengah kebahagiaan itu, Edi menyempatkan diri untuk berbicara dengan para wartawan. Ia menjelaskan, "Judul disertasi ini bukan kebetulan. Ini adalah bagian dari semangat saya dan teman-teman di DPRD Provinsi Jambi. Kita telah membentuk pansus konflik lahan, dan kita serius dalam menangani masalah ini."
Namun, di balik semua pencapaian ini, Edi tahu bahwa ia tidak akan berada di titik ini tanpa dukungan penuh dari keluarga dan rekan-rekannya. Dalam wawancara itu, suaranya bergetar ketika ia berterima kasih kepada istri, anak-anak, dan semua orang yang telah mendukungnya.
"Ini bukan hanya hasil kerja saya, tapi juga rahmat Allah, karunia-Nya. Saya berterima kasih kepada keluarga saya, kepada mama, mertua, dan almarhum bapak saya. Mereka adalah inspirasi saya," ucapnya, bangga.
Ketika semua tamu mulai meninggalkan ruangan, Edi masih berdiri di sana, merenung. Gelar Doktor bukanlah akhir, tapi awal dari perjalanan baru. Sebuah perjalanan untuk membawa perubahan nyata bagi masyarakat, untuk memastikan bahwa hukum di negeri ini benar-benar menjadi alat keadilan, bukan alat kekuasaan.
Mimpi Seorang Doktor
Di balik senyumnya yang tenang, Edi memendam sejuta rencana. Hari ini, ia telah mencapai sebuah tonggak penting dalam hidupnya, tapi tugas yang lebih besar menantinya. Dengan gelar Doktor di tangannya, ia merasa lebih siap untuk berjuang demi rakyat Jambi, demi tanah air yang lebih adil dan berkeadilan. Apalagi, tak berapa lama lagi Edi bakal beringsut ke Jakarta, berkantor di senayan.
Ya, pada Pileg 2024 lalu, Edi sukses terpilih menjadi anggota DPR RI dapil Jambi. Dengan gelar Doktor, perjalanan karir politik Edi kian kokoh.
Edi menyadari, bahwa setiap langkahnya kini akan membawa harapan banyak orang. Dan ia siap, dengan seluruh jiwa dan raganya, untuk memenuhi harapan itu. Perjalanan ini masih panjang, tapi dengan dukungan keluarga, rekan, dan rakyatnya, Edi yakin ia akan mampu menapaki jalan itu dengan penuh keyakinan.
Di luar gedung Universitas Jambi, angin berhembus lembut, seolah menyambut babak baru dalam kehidupan seorang Edi Purwanto—seorang pemimpin yang tak hanya bermimpi, tapi juga bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya.
Dan kisah ini baru saja dimulai.(*)
Add new comment