Karnaval Hari Kemerdekaan RI ke-79 di Sarolangun berlangsung meriah, dengan penampilan istimewa dari warga Suku Anak Dalam (SAD) yang mencuri perhatian. Mereka menampilkan tarian dan nyanyian tradisional, menjadi pusat perhatian di tengah perayaan yang penuh warna ini.
Langit Sarolangun yang biru cerah seakan turut merayakan kemerdekaan. Matahari memancarkan sinarnya tanpa ampun, namun panas itu tak mampu mengurangi semangat ratusan peserta yang memadati jalan-jalan utama. Karnaval Hari Kemerdekaan RI ke-79 di Kabupaten Sarolangun berlangsung dengan meriah, membawa warna dan keceriaan yang begitu terasa. Setiap langkah, setiap gerak, adalah ungkapan cinta terhadap negeri ini.
Penjabat Bupati Sarolangun, Bachril Bakri, tampak berdiri di atas panggung kehormatan. Dari sana, ia menyaksikan iring-iringan karnaval yang penuh dengan kegembiraan. Mata Bachril menyapu lautan manusia yang tumpah ruah di jalanan, melihat betapa warga begitu antusias menyambut hari kemerdekaan. Di wajahnya terpancar kepuasan, senyum yang tak bisa disembunyikan.
“Ini semua berkat kerja keras kita bersama, sinergi seluruh elemen yang ada di Sarolangun—masyarakat, OPD, dan Forkopimda,” ucapnya dengan nada penuh apresiasi. Ia tahu bahwa kemeriahan ini bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Ada upaya besar dari banyak pihak yang terlibat, dari yang tua hingga yang muda, dari pejabat hingga masyarakat biasa.
Namun, di antara semua atraksi yang ditampilkan, ada satu penampilan yang mencuri perhatian. Warga Suku Anak Dalam (SAD), dengan segala keunikan dan keaslian mereka, menjadi pusat perhatian. Saat mereka melenggak-lenggok di sepanjang rute karnaval, semua mata tertuju pada mereka. Mereka hadir dengan pakaian adat yang sederhana namun sarat makna, membawa serta nyanyian dan tarian yang biasa mereka lakukan di dalam rimba.
Momen itu seperti sebuah jendela yang terbuka lebar, memberikan pandangan sekilas ke dalam dunia yang jarang terlihat. Gerak mereka mungkin tampak sederhana bagi yang tak terbiasa, namun bagi masyarakat SAD, itu adalah ekspresi kehidupan. Langkah-langkah mereka menyatu dengan alunan musik tradisional yang menggema di udara, menghidupkan suasana dengan cara yang berbeda.
“Melihat SAD ikut serta dalam karnaval ini adalah momen yang sangat berarti,” kata Bachril dengan mata berbinar. “Mereka menyajikan lagu-lagu daerah mereka, dan itu sangat mengharukan. Saya merasa sangat bahagia bisa menyaksikan ini.”
Warga yang menyaksikan pun seakan terpaku, menyaksikan dengan kekaguman yang tak bisa disembunyikan. Bagi mereka, kehadiran SAD dalam karnaval bukan hanya sekadar hiburan. Itu adalah pengingat akan keberagaman budaya yang dimiliki negeri ini. Anak-anak SAD yang biasanya lebih sering berada di dalam rimba, kini berdiri di tengah-tengah keramaian, menjadi bagian dari perayaan yang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Bachril bersyukur, melihat bagaimana masyarakat dari berbagai lapisan begitu antusias terlibat dalam karnaval ini. Ada rasa bangga yang tak terlukiskan melihat bagaimana semua elemen masyarakat bersatu, mengisi kemerdekaan dengan cara mereka masing-masing. Dan di tengah-tengah semua itu, warga SAD menjadi bintang yang paling bersinar, membawa cerita mereka sendiri ke dalam karnaval yang penuh warna ini.
Sebagai penutup, Bachril memberikan penghargaan kepada semua yang terlibat dalam suksesnya pelaksanaan karnaval ini. “Saya sangat bersyukur, dan saya percaya, apa yang kita lakukan hari ini akan terus diingat sebagai bagian dari sejarah Sarolangun,” ujarnya, penuh haru.(*)
Add new comment