Jambi – Di tengah riuh rendah era disrupsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu Jambi membuktikan diri sebagai institusi yang mampu bertahan dan beradaptasi. Wisuda ke-XXXII yang digelar pada akhir 2024 tidak hanya menandai pencapaian para mahasiswa, tetapi juga menjadi ajang pembuktian bahwa kampus ini terus mengukir relevansi di dunia pendidikan kesehatan.
Sebanyak 174 lulusan dari empat program studi – Kesehatan Masyarakat, Ilmu Keperawatan, Farmasi, dan Profesi Ners – dilepas dengan penuh kebanggaan. Namun, di balik angka itu, terdapat narasi transformasi sebuah institusi yang menghadapi tantangan zaman dengan tekad yang tak tergoyahkan.
“Wisuda ini bukan sekadar selebrasi. Ini adalah hasil perjalanan panjang. Kami bukan hanya mencetak lulusan, tetapi juga mengemban tanggung jawab untuk memastikan mereka siap menghadapi dunia kerja yang terus berubah,” ujar H. Subakir, SKM., M.Kes., Ketua STIKES Harapan Ibu Jambi, membuka prosesi dengan nada penuh optimisme.
Sepuluh tahun lalu, STIKES Harapan Ibu Jambi menghadapi persoalan klasik: mahasiswa lamban menyelesaikan studi dan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang belum maksimal. Tapi situasi itu tidak dibiarkan berlarut. Evaluasi menyeluruh dilakukan, bukan hanya terhadap mahasiswa, tetapi juga dosen dan sistem pembelajaran.
Kini, hasilnya nyata. Rata-rata waktu penyelesaian studi berkurang dari 5,8 tahun (2014) menjadi 3 tahun 11 bulan (2024). Rata-rata IPK pun melonjak dari 2,98 menjadi 3,5. “Kami tidak memberikan kelonggaran. Yang kami lakukan adalah merombak sistem, memastikan dosen aktif membimbing dan mahasiswa lebih terarah,” kata Subakir.
Peningkatan ini bukan tanpa pengorbanan. Di balik setiap rapat evaluasi, setiap perbaikan kurikulum, ada kerja keras yang tak terlihat. Bagi STIKES Harapan Ibu Jambi, transformasi bukan sekadar program kerja, melainkan bagian dari budaya.
STIKES Harapan Ibu Jambi tak berhenti pada akreditasi “Baik Sekali” yang berhasil diraih. Selama empat tahun berturut-turut, mereka dipercaya menjadi pendamping SMK Pusat Unggulan di bidang pekerja migran, tidak hanya di Jambi tetapi juga di provinsi lain. Kepercayaan ini menjadi bukti bahwa institusi ini telah melampaui batas lokal dan menancapkan jejaknya di panggung nasional.
“Kami tidak hanya mencetak tenaga kesehatan, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam membangun kompetensi di bidang lain. Ini adalah tugas besar yang kami jalankan dengan penuh tanggung jawab,” lanjut Subakir.
Di balik kebanggaan institusi, para lulusan kini dihadapkan pada tantangan dunia nyata. Ketua LL Dikti Wilayah X yang diwakili oleh Eri Suryadi, S.P., menyampaikan pesan tajam kepada para wisudawan. “Wisuda adalah langkah pertama. Kompetensi kalian akan diuji di dunia kerja. Jangan pernah berhenti belajar,” katanya, seakan mengingatkan bahwa tantangan sesungguhnya baru dimulai.
Subakir, dalam sambutannya, menguatkan pesan itu. “Kalian adalah wajah STIKES di luar sana. Jadilah profesional yang tidak hanya kompeten, tetapi juga beretika. Dunia kesehatan membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan teknis; ia membutuhkan jiwa pengabdian,” ujarnya.
Wisuda ke-XXXII STIKES Harapan Ibu Jambi bukan hanya tentang angka-angka kelulusan, tetapi juga tentang perjalanan sebuah institusi yang terus memperbarui dirinya. Di tengah gempuran tantangan zaman, STIKES Harapan Ibu Jambi memilih untuk maju, menerjang batas-batas yang ada.
Bagi para lulusan, masa depan menanti. Namun, di balik toga dan selebrasi, ada pesan sederhana yang menggema: perjalanan tidak berakhir di sini. STIKES Harapan Ibu Jambi telah memberikan fondasi, tetapi keberhasilan sejati hanya akan datang dari perjuangan pribadi mereka.(*)
Add new comment