Saiful Tewas Tertimpa Reruntuhan Bangunan, Banjir dan Longsor Ungkap Buruknya Tata Kelola Lingkungan Kota Jambi

WIB
IST

JAMBI – Minggu pagi (30/3/2025) menjadi saksi bisu peristiwa memilukan di Kelurahan Kebun Handil, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Seorang pria bernama Saiful (49) meninggal dunia secara tragis setelah tertimbun reruntuhan bangunan yang roboh akibat longsor dan banjir menyusul hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Jambi sejak dini hari tadi.

Peristiwa itu terjadi di belakang Bengkel Garage 71, Jalan Almahera, saat Saiful dan dua rekannya, Aldi (21) dan Deni (40), sedang membersihkan saluran pembuangan air yang tergenang banjir hingga setinggi 50 cm. Tiba-tiba, lantai bangunan di sekitar lokasi ambrol dan longsor, menyeret Saiful ke dalam aliran anak sungai yang deras bersama reruntuhan beton dan material bangunan lainnya.

Deni sempat terbawa arus, namun berhasil ditarik Aldi ke tempat aman. Sayangnya, Saiful tak seberuntung itu—ia terkubur di bawah puing dan ditemukan sudah tidak bernyawa.

Tim Pemadam Kebakaran Kota Jambi mendapat laporan melalui layanan WhatsApp sekitar pukul 09.00 WIB dan tiba di lokasi hanya 20 menit kemudian. Sebanyak 15 personel dan dua armada dikerahkan, termasuk unit rescue dan fire jeep.

“Kami langsung melakukan evakuasi saat tiba. Kondisi medan sulit karena reruntuhan menimpa korban. Setelah beberapa menit pencarian, kami temukan korban dalam kondisi meninggal dunia,” ujar Kadis Damkar Kota Jambi, Mustari Affandi.

Deni yang mengalami luka ringan di bagian kepala langsung mendapatkan pertolongan medis, sementara Aldi yang selamat tanpa luka serius tampak terguncang menyaksikan evakuasi dramatis rekan kerjanya.

Tragedi ini bukan sekadar cerita duka karena satu nyawa hilang—ini adalah cermin dari kerusakan sistemik yang lebih besar di Kota Jambi. Hujan deras bukan fenomena baru, tetapi banjir dan longsor yang menyertainya kini terjadi nyaris setiap kali hujan lebat turun.

Banjir yang melanda Kebun Handil dan banyak titik lain di kota ini mengungkap buruknya tata kelola lingkungan dan perencanaan tata ruang wilayah (RTRW). Rawa-rawa yang dulunya menjadi resapan air kini telah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan, pertokoan, dan bangunan permanen. Ruang terbuka hijau makin menyempit. Saluran drainase tak mampu lagi menampung limpasan air.

“Masalahnya bukan hanya air hujan, tapi ke mana air itu akan pergi? Kota ini kehilangan daya serapnya. Rawa yang berubah jadi beton adalah resep pasti untuk bencana,” ujar salah satu warga Kebun Handil.

RTRW Kota Jambi kerap kali dinilai tidak adaptif terhadap perubahan iklim dan gagal melindungi kawasan rawan bencana. Banyak pengamat menilai bahwa alih fungsi lahan yang massif terjadi tanpa mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Saiful hanyalah seorang pekerja harian, yang pagi itu ingin membantu mengatasi genangan air. Tapi kota ini—yang telah kehilangan banyak rawa dan paru-paru alaminya—tak lagi mampu menampung hujan.

Ia gugur dalam situasi yang seharusnya bisa dicegah, jika saja perencanaan kota dijalankan dengan prinsip keberlanjutan dan keselamatan warga sebagai prioritas utama.

“Kami berusaha semaksimal mungkin, tapi nasib berkata lain. Semoga ini jadi pelajaran untuk semua,” tutup Mustari Affandi, dengan nada getir.

Banjir bukan sekadar bencana, tapi cerminan dari tata kota yang pincang. Dan Saiful, adalah korban dari kelalaian kolektif itu.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network