Warga Desa Mengupeh di Jambi mengeluhkan polusi udara dari pabrik kelapa sawit yang mengganggu kesehatan dan pendidikan di pondok pesantren. Desakan kepada pemerintah dan perusahaan untuk bertindak cepat meningkat.
Di tengah hijau dan damainya Desa Mengupeh, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi, muncul bayang-bayang ancaman yang mengusik kehidupan warganya. Asap pekat dan bau tak sedap kini menghantui setiap tarikan napas, meresahkan masyarakat yang selama ini menikmati udara segar dari alam sekitar.
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) S3A, yang berdiri megah di desa tersebut, menjadi sumber keluhan. Menurut warga yang berinisial S dan Y, sejak pabrik mulai beroperasi, udara di desa mereka berubah drastis. Asap yang dihasilkan pabrik diduga mencemari udara, membuat setiap tarikan napas terasa berat dan tidak nyaman.
"Sejak pabrik berdiri, sulit sekali mendapatkan udara segar. Selalu ada bau asap yang mengganggu," keluh S, sambil berharap kondisi udara di desa mereka bisa kembali normal seperti dulu.
Masalah ini bukan hanya menjadi beban pikiran S dan Y. Banyak warga lainnya juga merasakan dampak buruk dari polusi udara ini. Mereka mengungkapkan bahwa pabrik tersebut telah merusak lingkungan desa yang dulunya bersih dan segar, mengubahnya menjadi tempat yang tercemar oleh asap dan bau menyengat.
Pada Sabtu, 10 Agustus 2024, pantauan di lapangan menunjukkan situasi yang lebih mengkhawatirkan. Tidak jauh dari lokasi pabrik, sebuah pondok pesantren (Ponpes) berdiri sebagai simbol pendidikan agama yang penting bagi masyarakat setempat. Namun, polusi udara dari pabrik mengancam proses belajar mengajar di Ponpes tersebut. Warga khawatir akan kesehatan para santri yang setiap hari terpapar udara tercemar.
Seorang warga menyuarakan kekhawatirannya, "Asap dari pabrik bisa mempengaruhi kesehatan anak-anak di Ponpes. Kami takut mereka jadi sakit," ungkapnya dengan nada cemas. Kekhawatiran ini menambah panjang daftar keluhan warga terkait dampak negatif dari keberadaan pabrik kelapa sawit tersebut.
Organisasi masyarakat Pekat IB, melalui ketuanya Hafizan Romi Faisal, turut menyuarakan keprihatinan mereka. Hafizan menegaskan bahwa tindakan segera perlu diambil demi kesehatan warga dan santri Ponpes.
"Kami siap mendukung langkah-langkah warga dan pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini," ujarnya, menegaskan komitmen ormas Pekat IB untuk mendampingi warga dalam mencari solusi terbaik.
Warga Desa Mengupeh mendesak pihak PMKS PT S3A untuk bertanggung jawab atas dampak lingkungan yang ditimbulkan. Mereka meminta perusahaan untuk segera mengevaluasi sistem operasionalnya dan mengambil langkah-langkah nyata untuk mengurangi polusi udara.
Selain itu, mereka berharap agar pemerintah setempat lebih tegas dalam menegakkan aturan lingkungan. Mereka menginginkan adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap aktivitas industri di wilayah tersebut, memastikan semua perusahaan mematuhi standar yang berlaku.
Aktivis lingkungan melihat masalah ini sebagai contoh nyata dari dampak buruk industri terhadap lingkungan jika tidak diawasi dengan baik. Mereka menyerukan perhatian lebih terhadap pengawasan dan penegakan hukum di sektor industri, khususnya di daerah-daerah yang rentan terhadap pencemaran.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak PMKS PT S3A terkait keluhan warga. Masyarakat Desa Mengupeh terus berharap agar masalah ini segera mendapatkan solusi demi kebaikan semua pihak yang terlibat.
Di balik desakan dan harapan, terdapat keyakinan bahwa suara masyarakat tidak akan diabaikan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, warga Mengupeh berharap udara segar akan kembali, membawa kehidupan yang lebih sehat dan aman bagi generasi mendatang. Mereka berdiri bersama, menuntut perubahan demi masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.(*)
Sumber : https://jurnalis.online/aset-bangsa-terancam-organisasi-masyarakat-pekat-ib-akan-laporkan-pabrik-kelapa-sawit-pmks-s3a/
Add new comment