Di Desa Simpang Sungai Duren, Kabupaten Muaro Jambi, kehidupan warga RT 04 kini terusik. Sebanyak 10 rumah dilaporkan mengalami keretakan, dan jalan-jalan desa berlubang semakin parah. Penyebabnya? Aktivitas mobilisasi material untuk proyek Tol Jambi Seksi 4 atau Tol Tempino Pijoan. Setidaknya, itu yang diyakini oleh warga dan Kepala Desa, Yusnardi.
“Rumah yang sudah terdata ada sekitar 8 sampai 10 yang retak. Selain itu, debu dan jalan rusak jadi masalah utama, terutama saat musim hujan,” ungkap Yusnardi, Kepala Desa Simpang Sungai Duren, dengan nada prihatin.
Bukan sekali dua kali Yusnardi mengadukan hal ini. Surat dan laporan sudah sampai ke meja DPR RI, DPRD Provinsi Jambi, DPRD Muaro Jambi, hingga pihak pelaksana proyek. Namun, jawaban konkret di lapangan masih menjadi misteri.
“Tapi di lapangan belum ada perubahan,” katanya, sembari menunjukkan keputusannya untuk terus memperjuangkan hak warganya.
Di sisi lain, pihak pelaksana proyek, Hutama Karya Infrastruktur (HKi), membantah bahwa keretakan rumah disebabkan oleh mobilisasi material proyek. Humas HKi, Fauzi, menegaskan bahwa hasil pengecekan lapangan menunjukkan keretakan rumah di dekat stasiun pengisian bahan bakar (SPB) terjadi karena masalah lain.
“Itu sudah terkonfirmasi, keretakan di depan SPB itu diakibatkan retak fibro SPB, bukan karena mobil proyek,” jelas Fauzi.
Namun, Fauzi tak menutup mata pada keluhan lain. Ia menyebut HKi tetap berkomitmen menangani dampak yang memang berasal dari aktivitas proyek. Pada 26 Desember, mereka melakukan sejumlah tindakan: memperbaiki jalan berlubang, memasang rambu peringatan, serta menyediakan alat berat dan material.
“Kami selalu menginstruksikan jajaran untuk responsif dalam menangani dampak armada menuju proyek tol,” katanya.
Bagi warga RT 04, fakta di lapangan tetap tak berubah. Setiap hari, mereka harus bertahan di tengah debu tebal yang menyelimuti desa, jalan berlubang yang sulit dilalui, dan rumah-rumah yang dindingnya retak. Bagi mereka, proyek tol ini bukan hanya soal pembangunan infrastruktur besar, tetapi juga ujian kesabaran.
“Kalau musim hujan, jalan seperti kubangan. Tapi kalau panas, debunya itu yang bikin sesak,” keluh seorang warga yang meminta namanya tak disebutkan.
Di tengah tarik menarik antara klaim warga dan bantahan pelaksana proyek, satu hal yang pasti: warga Desa Simpang Sungai Duren menunggu tindakan nyata. Mereka berharap ada solusi untuk mengatasi dampak proyek yang telah mengganggu kehidupan mereka.
Proyek besar seperti Tol Jambi Seksi 4 memang menjanjikan manfaat ekonomi jangka panjang. Namun, bagi RT 04, manfaat itu masih jauh di depan mata. Untuk saat ini, mereka hanya ingin hidup kembali tenang tanpa debu, tanpa jalan berlubang, dan tanpa dinding yang retak.(*)
Add new comment