Agaknya, hari ini, secangkir kopi di Jambi terasa lebih nikmat. Bukan karena gulanya, tapi karena ada harapan baru yang menguar. Harapan itu bernama meritokrasi. Sebuah kata yang mungkin terdengar hebat, tapi sesungguhnya sangat sederhana. Bagaimana menempatkan orang yang tepat, di tempat yang tepat.
The right man on the right place.
Anda pasti pernah dengar. Atau malah sering dengar. Si A jadi kepala dinas. Langsung ada yang berbisik.
"Pantas, dia kan tim sukses".
Si B dapat promosi.
Bisikan lain muncul.
"Wajar, dia dekat dengan anu...".
Bisik-bisik itu penyakit. Kanker. Menggerogoti semangat orang yang benar-benar kerja. Yang benar-benar punya talenta. Tapi karena tidak punya 'anu', ya nasibnya begitu-begitu saja.
Gubernur mau operasi kanker itu. Dibabat habis.
Caranya?
Baru kemarin beliau bertemu tim dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Duduk semeja. Saya membayangkan pertemuannya. Pasti tidak bertele-tele. Saya kenal beliau. Gubernur yang tak suka basa-basi. Yang maunya langsung ke jantung persoalan.
Langsung ke tujuan, minta dibuatkan saringan.
Saringan yang lubangnya pas. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.
Saringan itu namanya, Manajemen Talenta.
Keren ya namanya? Padahal idenya sederhana sekali. Sangat sederhana.
Semua ASN di Jambi akan 'difoto'. Kinerjanya. Prestasinya. Inovasinya. Jejak rekamnya. Semua dimasukkan ke dalam satu kotak data raksasa.
Nanti, kalau ada jabatan kosong, misalnya kepala dinas X. Kotak itu yang akan bicara.
"Ini lho, ada tiga calon paling pas. Skornya sekian. Keahliannya ini. Pengalamannya itu."
Tak ada lagi lobi-lobi tengah malam. Tak perlu lagi bawa-bawa nama. Datanya sudah telanjang. Mau berkelit bagaimana?
Ribet?
Tentu.
Semua yang baru pasti terasa ribet. Dulu kita kirim surat lewat pos. Sekarang tinggal klik WhatsApp. Awalnya juga terasa ribet. Sekarang, Anda tidak bisa hidup tanpanya kan?
Ini soal mengubah kebiasaan lama. Dari kebiasaan 'siapa bekingnya' menjadi 'apa isinya'.
Gubernur tahu ini tak populis. Akan ada yang tersinggung. Yang selama ini nyaman di zonanya, pasti menggerutu. Biar saja. Obat memang kadang pahit. Tapi menyembuhkan.
Pak Haris tak sedang membangun istana untuk dirinya. Beliau sedang meletakkan fondasi. Agar 5, 10, 20 tahun lagi, rumah besar bernama Jambi ini diurus oleh orang-orang terbaiknya. Bukan oleh orang-orang terdekatnya.
Indeks Reformasi Birokrasi Jambi naik. Itu bonus awal. Efek kejut. Yang dituju jauh lebih besar dari sekadar angka di atas kertas.
Yang dituju adalah mental baru. Semangat baru. Bahwa di Jambi, prestasi adalah kunci.
Titik.(*)
Awin Sutan Mudo
Add new comment