Catatan Awin

Manajemen Talenta dan Meritokrasi

Agaknya, hari ini, secangkir kopi di Jambi terasa lebih nikmat. Bukan karena gulanya, tapi karena ada harapan baru yang menguar. Harapan itu bernama meritokrasi. Sebuah kata yang mungkin terdengar hebat, tapi sesungguhnya sangat sederhana. Bagaimana menempatkan orang yang tepat, di tempat yang tepat.

The right man on the right place.

Anda pasti pernah dengar. Atau malah sering dengar. Si A jadi kepala dinas. Langsung ada yang berbisik.

"Pantas, dia kan tim sukses".

Si B dapat promosi.

Bisikan lain muncul.

1998 VS 2025, Bagaimana Nasib Prabowo?

Rumah-rumah pejabat diserbu. Perkakas dapur ikut raib. Video berseliweran. Teriakan, lampu strobo, pagar yang jebol.

Di Bintaro, kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani dijarah. Di Kuningan, rumah Eko Patrio, anggota DPR, bernasib serupa. Di Tanjung Priok rumah politisi Nasdem Ahmad Sahroni juga dijarah. Termasuk rumah politisi Uya Kuya.

Presiden Prabowo langsung turun tangan. Polisi–TNI diminta berjaga. Lalu mengumumkan pemangkasan fasilitas DPR. Moratorium kunker ke Luar Negeri.

Daya Beli Menurun, Anggaran Menciut, Revolusi Pati jangan terjadi di Jambi

Semua orang tahu. Dan mungkin ikut merasakan. Daya beli sedang tak baik-baik saja. Bukan hanya di Jambi, di seluruh Indonesia.

Harga-harga memang tak melonjak setinggi 2022. Tapi kantong warga tetap terasa sesak. Petani sawit misalnya, harga tandan buah segar jatuh, ongkos pupuk naik. Belanja harian terpaksa dipangkas. Pedagang kecil mengeluh sepi.

Gandum Pertama dari Lereng Kerinci

Oleh:

*Awin Sutan Mudo

Gandum. Akan ditanam. Di Kerinci.

Saya ulangi. Gandum. Akan ditanam. Di Kerinci. Di Jambi. Di Indonesia.

Kalimat itu tak pernah ada di buku pelajaran kita. Tak pernah juga terpikir oleh akademisi. Apalagi oleh petani. Tapi pekan ini, saya mendengarnya langsung. Menteri Pertanian datang ke Kerinci. Untuk menanam padi. Namun yang paling mengejutkan bukan itu.