Warga Dusun Rantau Pandan, Bungo, Jambi, menggelar demo menolak aktivitas penambangan emas ilegal yang merusak lingkungan dan meminta perhatian pemerintah. Mereka menuntut tindakan nyata dari pihak berwenang.
***
Bungo – Pada Rabu sore yang mendung, ratusan warga Dusun Rantau Pandan, Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Jambi, berkumpul di depan kantor desa. Dengan penuh semangat, mereka menggelar aksi demonstrasi, menuntut penghentian aktivitas Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) yang menggunakan ekskavator di dalam Sungai Batang Bungo. Kegiatan tersebut tidak hanya meresahkan, tetapi juga mencemari lingkungan hidup mereka.
Kondisi sungai yang semakin memprihatinkan membuat warga tak bisa lagi menahan amarah.
"Kami tidak pandang bulu lagi, yang penting alat itu keluar, Pak!" teriak salah satu orator demo dengan suara bergetar. Poster-poster bertuliskan penolakan digenggam erat oleh massa yang terus berdatangan. Tuntutan mereka jelas: pemerintah desa, kecamatan, dan penegak hukum harus bertindak tegas mengusir aktivitas ilegal yang sudah jelas melanggar hukum.
Suara Warga yang Terabaikan
Desa Rantau Pandan, yang dulunya tenang, kini bergolak dengan suara protes. Keberadaan ekskavator di Sungai Batang Bungo menambah beban kecemasan warga. Air sungai yang keruh dan tercemar mengancam sumber kehidupan mereka.
“Sungai adalah sumber air bagi kami, untuk kebutuhan sehari-hari dan pertanian. Kalau terus dibiarkan, dampaknya sangat besar bagi kesehatan dan lingkungan,” ungkap seorang warga yang tak ingin disebut namanya.
Camat Rantau Pandan, Sirojuddin, mengonfirmasi aksi demo tersebut. "Ya, ada demo warga yang menolak PETI di dusun Rantau Pandan dan sudah ada kesepakatan antara pendemo dengan pihak terkait," ujarnya. Namun, Datuk Rio (Kades) Dusun Rantau Pandan, NS Akbar Anil Pane, belum memberikan jawaban atas situasi ini, meninggalkan tanda tanya besar di benak warga yang berharap ada solusi segera.
Ancaman Terhadap Lingkungan
Aktivitas PETI yang menggunakan ekskavator telah mengubah wajah Sungai Batang Bungo. Air sungai yang dulu jernih kini keruh dan berbahaya. Flora dan fauna di sekitar sungai mulai hilang, mengancam ekosistem setempat. Warga yang menggantungkan hidupnya pada sungai kini berada dalam ancaman nyata.
"Kami khawatir setiap kali ada pasien yang datang. Kondisi Pustu yang rusak bisa saja ambruk sewaktu-waktu. Ini sangat membahayakan," keluh Leni, bidan desa yang bertugas di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Tanjung Katung.
Harapan dan Tuntutan Warga
Warga Desa Rantau Pandan berharap agar pemerintah segera bertindak. Mereka tidak hanya menuntut penghentian aktivitas PETI, tetapi juga meminta perhatian lebih terhadap kondisi infrastruktur desa yang mulai uzur. “Kami butuh tindakan nyata, bukan janji-janji. Kondisi Pustu yang rusak parah ini harus segera diperbaiki,” tegas seorang warga.
Warga menginginkan agar pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kondisi Pustu yang sudah puluhan tahun berdiri tanpa perbaikan. "Mudah-mudahan tahun 2024 ini, bangunan Pustu segera diperbaiki agar pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu," harap Leni.
Insiden ini menjadi cermin bagi pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan untuk lebih memperhatikan kondisi fasilitas kesehatan di daerah-daerah terpencil. Dengan perhatian dan tindakan yang tepat, diharapkan kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Warga Rantau Pandan berharap suara mereka didengar dan pemerintah hadir untuk melindungi dan melayani mereka dengan baik.(*)
Sumber : https://bungonews.net/2024/07/31/tolak-peti-ratusan-warga-dusun-rantau-pandan-gelar-aksi-demo-didepan-kantor-desa/
Add new comment