Kampung Bahagia: Ikon Gagasan Besar Maulana-Diza dalam Mewujudkan Pembangunan Partisipatif

WIB
Ilustrasi Jambi Link

Jambi – Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi, Maulana-Diza, membawa konsep Kampung Bahagia sebagai gagasan besar dalam kampanye mereka. Gagasan ini bukan sekadar jargon politik, tetapi sebuah pendekatan baru dalam pembangunan kota yang melibatkan masyarakat secara langsung. Maulana-Diza percaya bahwa pembangunan kota yang ideal harus menyentuh setiap lapisan masyarakat, dan mereka yakin bahwa warga harus menjadi bagian integral dari proses tersebut.

Pembangunan dari Bawah: Partisipasi Masyarakat Sebagai Kunci

Misi utama Maulana-Diza adalah melibatkan masyarakat dalam setiap aspek pembangunan. Tidak lagi pembangunan yang hanya dirancang dari atas, tetapi justru dari bawah. Warga akan diberi ruang untuk merencanakan dan mengeksekusi proyek-proyek yang sesuai dengan kebutuhan di wilayah mereka masing-masing.

“Pembangunan tidak bisa hanya dari pemerintah ke masyarakat. Ini harus dua arah. Masyarakat harus ikut terlibat, dari perencanaan hingga evaluasi. Dengan cara ini, pembangunan benar-benar mencerminkan kebutuhan warga,” kata Maulana dalam berbagai kesempatan kampanye.

Konsep ini menjadi inti dari Kampung Bahagia, di mana setiap RT akan diberi kesempatan untuk menentukan sendiri apa yang paling mereka butuhkan—apakah itu pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air, taman bermain, atau fasilitas publik lainnya.

Rp 100 Juta per RT: Wujud Nyata Partisipasi

Untuk mewujudkan Kampung Bahagia, Maulana-Diza berkomitmen mengalokasikan anggaran sebesar Rp 100 juta per RT. Dana ini akan diberikan langsung ke tingkat RT, dengan pengawasan yang ketat, namun tetap memberi kebebasan kepada warga untuk menentukan prioritas pembangunan.

Diza menjelaskan bahwa alokasi ini bukan sekadar bantuan, tetapi upaya untuk menciptakan pembangunan berbasis partisipasi. “Setiap RT punya kebutuhan yang berbeda. Ada yang lebih butuh saluran drainase, ada yang lebih butuh perbaikan jalan lingkungan, dan lain sebagainya. Dana ini akan digunakan sesuai kebutuhan masing-masing wilayah, berdasarkan hasil musyawarah warga,” ujar Diza.

Perencanaan Partisipatif: Musyawarah Warga Sebagai Landasan

Maulana-Diza percaya bahwa pembangunan yang berhasil harus berawal dari dialog antara pemerintah dan masyarakat. Mereka akan mendorong musyawarah warga di setiap RT untuk menentukan prioritas pembangunan. Setiap warga akan diajak untuk menyampaikan aspirasi dan usulan proyek apa yang harus didahulukan.

Maulana menekankan, “Kami ingin memastikan bahwa pembangunan ini betul-betul dirasakan langsung oleh masyarakat. Tidak ada lagi program yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Masyarakat yang tahu apa yang paling dibutuhkan di lingkungan mereka, dan kami siap mendengarkan.”

Dalam musyawarah ini, pemerintah akan bertindak sebagai fasilitator yang membantu warga merencanakan proyek dan memastikan bahwa dana yang dialokasikan digunakan secara transparan dan efektif.

Evaluasi dan Pengawasan Bersama

Tak hanya perencanaan, masyarakat juga akan dilibatkan dalam evaluasi proyek pembangunan. Maulana-Diza berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap proyek yang dijalankan mendapat pengawasan dari warga setempat. Setiap RT akan memiliki tim kecil yang bertugas memantau jalannya proyek dan memastikan kualitas pengerjaannya.

“Tidak cukup hanya membangun, tapi harus ada evaluasi. Jika ada masalah dalam pelaksanaan, warga bisa langsung melaporkan, dan pemerintah akan segera turun tangan,” tegas Maulana.

Kampung Bahagia: Ikon Baru Jambi yang Berdaya

Melalui Kampung Bahagia, Maulana-Diza bertekad menciptakan Jambi yang benar-benar berdaya dari bawah, di mana warga tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga penggerak utama pembangunan. Mereka percaya bahwa pembangunan partisipatif ini akan memperkuat rasa kepemilikan masyarakat terhadap lingkungan mereka.

“Kami ingin Jambi menjadi kota yang bahagia, di mana setiap warganya merasa dihargai dan didengarkan. Kampung Bahagia adalah langkah nyata untuk mewujudkan itu,” tutup Diza dengan penuh optimisme.

Dengan alokasi anggaran Rp 100 juta per RT dan konsep pembangunan partisipatif ini, Maulana-Diza berharap mampu membawa perubahan besar bagi Kota Jambi. Kampung Bahagia bukan sekadar slogan, tetapi visi untuk menciptakan kota yang lebih inklusif, sejahtera, dan bahagia bagi semua warganya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.