Jambi – Banjir telah lama menjadi momok bagi Kota Jambi. Setiap kali hujan deras turun, beberapa titik di kota ini kerap berubah menjadi genangan air, melumpuhkan mobilitas dan mengancam kenyamanan warga. Bagi pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi, Dr. H. Maulana, MKM, dan Diza Hazra Aljosha, SE, MA, situasi ini bukan hanya sekadar masalah infrastruktur, melainkan tantangan besar yang menuntut solusi jangka panjang dan inovatif.
Dalam visi besar mereka, Maulana-Diza melihat Kota Jambi sebagai kota tangguh yang siap menghadapi bencana sekaligus mampu beradaptasi terhadap perubahan. Bukan sekadar pembangunan, program pengelolaan banjir yang mereka usung dipandang sebagai langkah revolusioner yang menghubungkan teknologi, edukasi, dan kebersamaan warga.
Melihat Banjir dari Perspektif Kesiapsiagaan
Maulana-Diza memandang banjir sebagai ujian terhadap ketahanan infrastruktur dan kesiapsiagaan kota. Menurut mereka, banjir tidak bisa lagi dianggap sebagai peristiwa alam yang “sekali lewat selesai,” tetapi sebagai fenomena yang membutuhkan kesiapan dari segala sisi. Kolaborasi teknologi dan edukasi publik menjadi komponen penting dalam misi mereka, yang lebih dari sekadar pembangunan kolam retensi dan normalisasi drainase.
“Banjir bukan hanya air yang melimpah, tetapi sebuah alarm bagi kita untuk melihat apakah sistem kota ini cukup tangguh dalam menghadapi tekanan,” ungkap Maulana. “Kota yang modern bukan sekadar tentang gedung tinggi, tapi juga tentang kemampuan menghadapi bencana tanpa melumpuhkan aktivitas warganya.”
Kolam Retensi: Bukan Hanya Penampungan, Tapi Ruang Hidup Baru
Kolam retensi, dalam konsep Maulana-Diza, lebih dari sekadar lubang besar untuk menampung air. Mereka ingin menciptakan ruang hidup baru bagi kota, di mana kolam retensi dapat berfungsi ganda sebagai taman publik saat musim kemarau.
“Kolam retensi akan didesain sebagai ruang hijau yang dapat digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Saat hujan, kolam ini menjalankan perannya sebagai penampung air. Di luar itu, kita punya ruang terbuka hijau baru untuk rekreasi,” jelas Diza.
Selain menampung air, kolam retensi ini akan dilengkapi dengan taman-taman yang rindang dan tempat berkumpul untuk keluarga. Pasangan ini juga berencana memanfaatkan teknologi sensor air di setiap kolam, yang akan mengirim peringatan otomatis ke sistem pemantauan kota saat volume air mendekati kapasitas.
“Dengan begitu, masyarakat dan petugas siap siaga. Teknologi sederhana seperti ini akan mengubah cara kita menghadapi hujan deras,” lanjut Maulana.
Drainase yang Mengalir Lancar, dengan Peran Warga yang Aktif
Di Jambi, sistem drainase yang sering tersumbat menjadi penyebab utama genangan air di banyak kawasan. Maulana-Diza berencana melakukan normalisasi drainase yang menyeluruh, mencakup pembaruan sistem pembuangan air di setiap kelurahan. Namun, bagi mereka, langkah ini tidak cukup. Warga Jambi harus berperan aktif dalam menjaga saluran air agar tetap lancar.
“Sistem drainase yang bagus pun akan percuma jika tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk menjaga kebersihan saluran. Kami akan menggandeng sekolah, komunitas, dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama menyosialisasikan pentingnya menjaga drainase tetap bersih,” ujar Diza.
Maulana-Diza juga ingin melibatkan warga dalam kegiatan berkala seperti Gotong Royong Mingguan, di mana warga dan petugas kebersihan bekerja sama membersihkan drainase di lingkungan mereka. Mereka berharap kegiatan ini dapat membangun budaya gotong royong serta membangkitkan rasa memiliki terhadap infrastruktur kota.
Flyover dan Underpass: Infrastruktur untuk Kota yang Semakin Sibuk
Kemacetan di Jambi semakin sulit diatasi, terutama ketika hujan membuat jalan-jalan utama terendam air. Maulana-Diza melihat kemacetan bukan hanya sebagai masalah mobilitas, tetapi juga sebagai penghambat pertumbuhan ekonomi dan keseharian masyarakat. Karena itu, mereka merancang flyover dan underpass untuk mengalihkan arus lalu lintas dari titik-titik rawan genangan dan menciptakan konektivitas yang lebih baik di dalam kota.
“Kita butuh jalan yang lebih efisien, dan tidak terpengaruh oleh cuaca. Flyover dan underpass ini akan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan dan memastikan aktivitas warga tetap berjalan meskipun terjadi hujan deras,” kata Maulana.
Namun, proyek ini tidak sekadar tentang infrastruktur besar. Pasangan ini berkomitmen untuk menempatkan desain yang estetis dan ramah lingkungan pada setiap flyover dan underpass yang akan dibangun, menjadikannya bukan hanya penghubung antarjalan tetapi juga landmark baru bagi kota.
“Kami ingin warga bangga dengan infrastruktur kota ini. Flyover dan underpass bukan sekadar beton, tapi simbol Jambi yang semakin maju,” tambah Diza.
Inovasi: Dari Pemantauan Banjir Real-Time hingga Edukasi Publik
Maulana-Diza tidak hanya berbicara soal bangunan, tapi juga bagaimana kota dapat merespons bencana secara lebih tanggap. Pasangan ini merencanakan penerapan pemantauan banjir secara real-time, di mana setiap titik rawan banjir dilengkapi sensor air yang terhubung dengan pusat komando kota. Warga pun bisa mengakses informasi ini melalui aplikasi khusus sehingga dapat mengambil tindakan dini saat kondisi cuaca mengancam.
Selain itu, edukasi publik juga menjadi bagian penting dalam program ini. Maulana-Diza berencana mengadakan sosialisasi reguler dan pelatihan untuk warga tentang cara mengatasi banjir dan tindakan evakuasi cepat. Mereka yakin bahwa kesiapsiagaan adalah senjata terbaik dalam menghadapi bencana.
“Kita ingin warga tidak panik saat banjir datang. Dengan edukasi yang baik, mereka tahu harus melakukan apa, ke mana harus pergi, dan bagaimana menolong tetangga sekitar yang mungkin membutuhkan bantuan,” jelas Maulana.
Menata Ulang Jambi Menuju Masa Depan yang Tangguh
Dari kolam retensi hingga normalisasi drainase, dari flyover hingga underpass, pasangan Maulana-Diza tidak hanya berbicara tentang membangun infrastruktur, tetapi juga merancang ulang sistem yang membuat Jambi lebih tangguh dan aman di masa depan. Dengan kolaborasi teknologi, infrastruktur berkelanjutan, dan partisipasi aktif masyarakat, mereka optimis bahwa Jambi bisa menjadi kota yang siaga terhadap ancaman bencana sekaligus ramah untuk ditinggali.
"Jambi memiliki potensi besar, dan kita perlu infrastruktur yang kuat untuk mendukungnya. Dengan program ini, kami ingin Jambi siap menghadapi perubahan cuaca, dan menjadi kota yang mampu melindungi setiap warganya," tutup Maulana.
Pasangan ini percaya bahwa Kota Jambi yang tangguh bukan sekadar impian, tetapi sesuatu yang bisa diwujudkan melalui visi yang jelas, rencana yang matang, dan dukungan dari semua pihak. Dengan optimisme ini, Maulana-Diza melangkah maju, membawa harapan untuk Jambi yang lebih baik, lebih kuat, dan tentunya – lebih bahagia.(*)
Add new comment