Jika Doamu Tak Segera Dikabulkan, Mungkin karena Allah Terlalu Mencintaimu

WIB
IST

Oleh :

Ahamd Inung

Apakah Anda pernah mendapat wirid tertentu yang harus dibaca dalam jumlah tertentu, waktu tertentu, dan di tempat tertentu, yang jika dilaksanakan maka hajat Anda semacam “digaransi” akan segera terkabul? Kalau Anda tidak pernah mendapatkan amalan "kepastian", pernahkah Anda merasa sangat membutuhkan sesuatu atau terjepit dalam sebuah situasi yang sangat memerlukan pertolongan, kemudian Anda berdoa dengan sangat khusyu’, bahkan sambil bercucuran air mata?

Kemungkinan besar Anda pernah mengalami salah satu atau kedua situasi di atas. Pertanyaannya adalah apakah doa Anda dikabulkan? Sulit untuk menjawabnya bukan? Di satu kesempatan, Allah terasa cepat sekali mengabulkan doa-doa kita. Di kesempatan yang lain, doa-doa kita rasanya sama sekali tidak didengar Allah, sampai kita merasa tak ingat lagi bahwa kita pernah berdoa.

Di kesempatan yang lain, kita berdoa dengan tangisan yang menyayat hati, melolong-lolong memohon kepada Allah, tapi kita merasa doa ini sama sekali tak mendapat respons dari Allah. Namun, saat kita merasa tidak lagi berharap pada pertolongan-Nya, eh pertolongan itu datang tepat pada waktunya.

Tidak ada satu pun orang yang berharap doanya tidak dikabulkan Allah. Bahkan, kalau bisa, begitu selesai doa, langsung ada hasilnya. Seperti magician yang begitu merapal mantera, langsung memunculkan sesuatu yang diinginkan, tepat di depan mata.

Doa, sebagaimana setiap ibadah, adalah bentuk penghambaan kita kepada Allah. Ketika kita berdoa kepada Allah, kita sesungguhnya mengakui bahwa kita membutuhkan Allah. Tapi, tanpa kita sadari, dalam berdoa kita justru sering meletakkan diri sebagai “majikan” Allah yang memerintah-nya untuk memenuhi keinginan-keinginan kita.

Allah Maha Kuasa. Adalah tidak mungkin bagi-Nya melakukan sesuatu di bawah tekanan hamba-Nya. Allah melakukan sesuatu berdasarkan “timeline” yang tidak selalu dipahami manusia. Rencana Allah akan terjadi dalam waktu yang tepat. Istilah “waktu Tuhan adalah sempurna” mestinya menyadarkan kita bahwa tak ada doa yang tak didengar. Setiap doa didengar Allah dan akan dikabulkan dalam waktu yang tepat dalam wujud terbaik, sekalipun kita tidak bisa memahaminya sepenuhnya.

Esensi setiap doa adalah memohon kebaikan kepada Allah. Saat kita berdoa dan menanti terkabulnya doa, itu adalah sebuah waktu saat kesadaran diri tumbuh melalui refleksi diri. Yang tidak kalah penting dari terkabulnya doa adalah kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk mempertanyakan ulang motif, kehendak, dan berbagai tindakan kita di balik doa-doa yang kita panjatkan. Ini adalah sebuah proses yang sangat penting bagi pertumbuhan diri.

Penting juga untuk menyadari bahwa jawaban langsung terhadap doa kita mungkin tidak selalu berdampak baik. Dalam beberapa kasus, penundaan atau hasil yang berbeda dari doa kita mungkin lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Allah dengan ilmu-Nya yang tak terbatas, melihat gambaran yang lebih besar dan memahami jaringan rumit keadaan yang mengelilingi setiap doa. Apa yang mungkin tampak seperti doa yang tidak dijawab dapat menjadi cara untuk melindungi kita dari konsekuensi yang tidak terduga atau membimbing kita menuju jalan yang lebih baik.

Allah jauh lebih tahu diri kita daripada diri kita sendiri. Berapa kali kita merasa bersyukur karena doa-doa kita ditunda pengkabulannya atau bahkan tidak dikabulkan Allah. Andai doa itu dikabulkan saat kita memintanya, mungkin justru akan mencelakai kita sendiri. Berapa kali kita menyadari bahwa banyak doa-doa kita yang kita panjatkan kepada Allah hanyalah luapan nafsu busuk kita yang kita kamuflase dalam lantunan doa-doa mulia. Allah Maha Tahu apa yang ada dalam batin kita. Sayangnya, saat kita berdoa, kita sering merasa lebih tahu dari Allah.

Jalaluddin al-Rumi menjelaskan bahwa kadang Allah tidak segera mengabulkan doa kita karena justru saking cinta-Nya pada kita. Dalam kitab Fihi Ma Fihi, al-Rumi menjelaskan tentang ditundanya pengkabulan doa karena Allah sangat mencintai hamba-Nya yang menangis dalam doa.

“Wahai hamba-Ku, Aku akan mengabulkan permintaanmu dengan segera ketika kamu berdoa dan meratap. Tapi, suara ratapan doamu itu begitu manis di telinga-Ku. Aku menunda mengabulka doa-doamu agar kamu meratap lagi dan lagi, karena suara ratapan doamu begitu manis bagi-Ku.

” Perkataan Rumi di atas sesungguhnya adalah penjelasan longgar dari sebuah hadits yang diriwayatkan Thabrani.

إن العبد ليدعو الله عز وجل وهو يحبه فيقول الله عز وجل: يا جبريل اقض لعبدي هذا حاجته وأخرها، فإني أحب أن لا أزال أسمع صوته قال: وإن العبد ليدعو الله عز وجل وهو يبغضه فيقول الله عز وجل: يا جبريل اقض لعبدي هذا حاجته وعجلها، فإني أكره أن أسمع صوته

Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dan Dia mencintainya, maka Allah akan berkata: ‘Hai Jibril, penuhi kebutuhan hamba-Ku ini, tapi jangan sekarang, karena Aku senang mendengar suaranya.’ Dan sesungguhnya seorang yang berdoa kepada Allah dan Dia membencinya, Allah akan berkata: ‘Hi Jibril, penuhi kebutuhan hamba-Ku ini secepatnya, karena aku tidak suka mendengar suaranya’.”

Bayangkan, jika doa kita dipenuhi Allah, tapi Allah tidak mencintai kita. Kata Rumi, dicintai Allah itu lebih berharga dari ratusan ribu langit, bumi, dunia, akhirat, arsy, singgasana, dan lain sebagainya.

Sumber: https://www.arina.id/perspektif/ar-JcaTh/jika-doamu-tak-segera-dikabulkan--mungkin-karena-allah-terlalu-mencintaimu

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.