Di tengah sorotan publik terkait isu banjir di kawasan Simpang Mayang, Jambi Business Center (JBC) menunjukkan langkah konkret dengan membentuk Satgas Kebersihan bersama warga dari RT 08, 09, 10, dan 11 di Kelurahan Simpang IV Sipin, Kota Jambi. Inisiatif ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial JBC terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar kawasan pengembangannya.
“Kami terus berupaya untuk segera memberikan solusi agar warga terdampak mendapatkan kejelasan dan tindakan nyata atas isu banjir yang beredar,” ujar Mario manajemen JBC, Rabu (16/4/2025).
Satgas Kebersihan ini akan difokuskan pada kegiatan pembersihan saluran drainase dan kanal yang selama ini kerap tersumbat sampah dan sedimen, yang menjadi salah satu penyebab utama genangan air di kawasan padat permukiman tersebut. Aksi ini merupakan bagian dari langkah preventif untuk mengurangi risiko banjir, terutama di musim penghujan.
“Kami percaya bahwa kolaborasi dengan warga adalah langkah terbaik. Kami tidak bisa menyelesaikan ini sendiri,” tambah pihak JBC.

Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, JBC juga menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk fasilitas dan alat kebersihan untuk mendukung operasional Satgas.
Bantuan CSR ini meliputi:
- Alat pengangkat sedimen dan sampah
- Tong sampah
- Alat pelindung kerja (APD)
- Biaya operasional satgas
“CSR berupa pembiayaan satgas dan alat kebersihan ini merupakan bentuk nyata dari kemitraan kami dengan warga empat RT. Ini bukan hanya proyek sekali jalan, tapi akan berkelanjutan,” jelasnya.
Langkah ini mendapat perhatian positif di tengah polemik publik terkait proyek JBC yang disebut-sebut dalam isu banjir Simpang Mayang. Sebelumnya, Gubernur Jambi Al Haris, anggota DPR RI HBA, hingga tokoh politik AR Syahbandar telah menegaskan bahwa banjir di kawasan tersebut bukan hanya disebabkan oleh JBC, dan menyerukan semua pihak untuk fokus pada solusi, bukan saling menyalahkan.
“JBC ini sudah banyak berkontribusi, termasuk menciptakan lapangan kerja dan mempercepat pembangunan kota. Sekarang mereka juga bergerak soal lingkungan. Harus diapresiasi,” kata salah satu tokoh masyarakat di RT 10.
Pembentukan Satgas Kebersihan ini menjadi contoh nyata model kemitraan antara pengembang kawasan dengan komunitas lokal. Di tengah tantangan urbanisasi dan perubahan tata ruang, solusi kolaboratif seperti ini menjadi penting untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan lingkungan.(*)
Add new comment