Dear Pak Gubernur! SMA Negeri 10 Tanjabtim Menanti Bantuan Perbaikan

WIB
IST

Hanya satu jam dari Kantor Gubernur Jambi, ada sebuah sekolah berdiri di atas tanah gambut yang terus amblas. Sekolah itu adalah SMA Negeri 10 Tanjung Jabung Timur. Inilah tempat, di mana ratusan anak membangun cita-cita, tapi di bawah atap yang nyaris runtuh, lantai yang turun, dan dinding yang retak dimakan waktu.

Ini bukan bangunan tua berusia ratusan tahun. Tapi, gedungnya sudah berumur 15 tahun. Sepanjang berdiri, pernah direhab hanya sekali—dan itu pun karena lantainya amblas pada 2012. Sejak itu, sekolah ini menunggu janji pembangunan yang datang dan pergi seperti musim berganti.

Terdapat 10 ruang kelas, 1 laboratorium biologi, 1 laboratorium kimia, dan 1 ruang perpustakaan. Tapi, hampir semuanya tak lagi layak pakai. Satu ruang kelas sudah tak bisa digunakan karena plafonnya runtuh dan lantainya amblas. Sementara 6 ruang kelas lainnya mengalami kerusakan sedang hingga berat.

Laboratorium kimia kini tak bisa difungsikan secara penuh. Plafonnya ambrol. Lantainya turun. Kondisinya membuat eksperimen sains menjadi mimpi yang terhalang genteng bocor.

“Ketika hujan turun, anak-anak harus pindah tempat. Mereka belajar sambil mencari sudut yang tidak basah,” ujar seorang guru yang mengajar di sekolah itu.

Pada awal 2025, Kementerian PUPR sempat melakukan pengecekan teknis, dan menyatakan bahwa sebagian besar bangunan masuk dalam kategori rusak berat. Harapan sempat tumbuh bahwa pembangunan akan segera dimulai.

Namun kenyataan berkata lain. Perubahan peralihan kewenangan pembangunan dari kementerian ke provinsi menyebabkan proses itu terhenti di tengah jalan. Bangunan yang sudah dinyatakan rusak gagal dibangun kembali. Dan anak-anak yang menunggu perbaikan kembali belajar di ruang yang nyaris runtuh.

SMA Negeri 10 Tanjabtim tak memiliki laboratorium komputer sejak didirikan. Tak ada fasilitas olahraga selain satu lapangan voli seadanya. Tak ada lapangan upacara. Tak ada pagar pengaman.

Pagar depan hanyalah pagar kayu tua yang sudah lapuk dimakan usia. Akibatnya, ternak warga seperti sapi sering masuk ke halaman sekolah, mengacak-acak taman kecil yang dibuat siswa, dan bahkan masuk ke dekat ruang kelas.

Fasilitas WC siswa sudah tidak layak digunakan. Kondisi tanah yang amblas menyebabkan saluran air dan dinding WC ikut rusak. Saat musim hujan, bocor di atap memaksa siswa pindah-pindah kelas, membawa meja dan kursi sambil menahan tumpahan air dari langit.

Ini bukan di pedalaman terjauh. Ini hanya satu jam dari pusat kekuasaan pendidikan provinsi. Mereka menanti upaya negara untuk mendapat sekolah yang layak.(*)

Lihatlah foto-foto sekolahnya :

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network