JAKARTA – Di tengah harapan jutaan anak bangsa yang bercita-cita menjadi abdi negara, kabar pahit datang: pemerintah memastikan bahwa tidak ada pembukaan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada tahun 2025.
Pernyataan itu disampaikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Rini Widyantini, saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional Kearsipan di Jakarta, Kamis (22/5/2025).
“Kita belum bisa buka rekrutmen baru. Saya dan BKN masih menyelesaikan seleksi CASN tahun 2024. Bulan Juni ini kita targetkan tuntas untuk CPNS, dan Oktober untuk PPPK,” tegas Rini, yang pernyataannya disiarkan melalui kanal YouTube Kompas TV.
Pernyataan itu tak sekadar menutup pintu pendaftaran CPNS 2025. Ia sekaligus menjadi sinyal bahwa pemerintah sedang meninjau ulang strategi manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) secara menyeluruh—mulai dari rekrutmen, distribusi formasi, hingga loyalitas para ASN muda terhadap penugasan.
Lebih dari sekadar pembatalan formasi baru, ada ironi yang mengemuka: sebanyak 1.967 peserta yang dinyatakan lulus CPNS Tahun Anggaran 2024, memilih mundur.
Angka ini setara 12 persen dari total peserta yang mendapat penempatan melalui skema optimalisasi formasi.
“Sebagian besar dari mereka berasal dari proses optimalisasi—peserta yang nilainya tinggi tapi gagal di formasi awal, lalu dialihkan ke formasi kosong di instansi lain,” jelas Kepala BKN, Zudan Arif Fakrulloh, dalam Rapat Komisi II DPR RI (23/4/2025).
Namun setelah dialihkan, mereka tak betah. Ada yang merasa lokasi penempatannya terlalu jauh, ada yang tak mendapat restu keluarga, ada pula yang merasa pendapatan PNS tak sebanding dengan ekspektasi.
“Ada juga yang sedang studi lanjut (S2/S3), atau tidak cocok dengan instansi barunya. Realita di lapangan ternyata tak seindah bayangan saat mendaftar,” tambah Zudan.
Sementara itu, Menteri Rini menyebut ada sekitar 700 dosen CPNS yang juga mundur, mayoritas dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Di balik angka-angka, tersimpan kisah pribadi yang mencerminkan wajah baru birokrasi Indonesia—yang tak lagi cukup menarik bagi sebagian lulusan muda.
Di media sosial, banyak warganet menyoroti fenomena ini sebagai “gejala hilangnya daya tarik ASN sebagai karier jangka panjang.”
“PNS bukan lagi pilihan utama, terutama bagi lulusan top universitas yang lebih suka dunia startup, sektor swasta global, atau profesi fleksibel berbasis digital,” tulis akun @BirokrasiBersuara di X (Twitter).
Beberapa pelamar bahkan mengaku shock setelah mengetahui penempatan mereka sangat jauh dari domisili, tanpa fasilitas yang memadai, dan upah bersih yang tak sesuai harapan.
Menpan-RB menyebut keputusan menunda rekrutmen CPNS 2025 bukan hanya karena alasan administratif, tapi juga bagian dari evaluasi menyeluruh atas sistem ASN.
“Jika kami asal buka formasi tanpa perhitungan ulang, yang terjadi justru akan mengulangi kesalahan—penumpukan ASN di kota besar, formasi kosong di daerah tertinggal, dan tingginya angka pengunduran diri,” jelas Rini dalam Taklimat Media di Kemendikti Saintek (15/4/2025).
Pemerintah akan memprioritaskan formasi berbasis kebutuhan riil, terutama untuk sektor kesehatan, pendidikan, dan teknologi informasi. Namun tahun ini, fokus tetap pada penataan dan penuntasan CPNS & PPPK 2024.
Pengamat administrasi publik, Dr. Andika Rachman dari Universitas Indonesia, menyebut fenomena ini sebagai “wake-up call” bahwa ASN bukan untuk mereka yang sekadar mencari status atau penghasilan.
“ASN itu pengabdian, bukan privilege. Kalau tidak siap ditempatkan di pelosok dan tak tahan gaji standar negara, lebih baik dari awal jangan mendaftar,” tegasnya.
Dengan ditundanya CPNS 2025 dan terus bertambahnya angka pengunduran diri, publik kini menyaksikan transisi besar: dari ASN sebagai impian berjuta orang, menjadi ladang yang hanya ditempuh oleh mereka yang betul-betul siap mengabdi.
“CPNS 2025 mungkin tertunda. Tapi tantangan ASN ke depan akan jauh lebih berat,” pungkas Zudan.(*)
Add new comment