Ribuan petani asal Riau dan Jambi memulai aksi long-march sejauh 1300 kilometer menuju ibu kota, Jakarta. Perjalanan yang dimulai sejak pagi hari ini membawa mereka melewati kota-kota besar seperti Jambi dan Sumatera Selatan, hingga mencapai Pelabuhan Bakauheni di Bandar Lampung. Di sana, mereka menunggu rekan-rekan yang masih dalam perjalanan untuk menyeberang ke Pelabuhan Merak, menandai langkah nyata dalam perjuangan mereka.
Pak Selamen, petani delima dari Jambi, menyampaikan semangat juangnya. “Kami sejak pagi tidak pernah melihat sinar matahari. Hujan rintik terus-menerus. Namun, apapun kondisi harus kami terobos demi tujuan perjuangan,” ujarnya tegas.
Antoni Fitra, salah satu peserta, menambah semangat dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. “Kami terus menyanyikan yel-yel ‘Tegakkan Pasal 33 UUD 1945’ dan ‘Tanah Untuk Rakyat’ untuk menyemangati sesama peserta,” kata Antoni.
Muhammad Ridwan, korlap aksi, mengungkapkan tantangan yang dihadapi. “Hujan dan debu jalanan sangat mempengaruhi kondisi kami. Selain itu, kami tidak memiliki masker dan peralatan kesehatan yang memadai,” katanya. Namun, tekad mereka tak goyah. “Kami pantang mundur!” serunya.
Aksi ini memasuki hari ketiga, namun Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni belum menunjukkan respons yang signifikan. Ridwan menegaskan, “Jika Raja Juli Antoni tak mau mendengar kami, kami tidak akan menyerah. Kami akan terus maju hingga ke Jakarta dan memaksa beliau untuk mendengar rakyat.”
Dengan perjalanan yang sudah menembus lebih dari 800 kilometer, para petani kini berada di Pelabuhan Bakauheni, menunggu kesempatan untuk menyeberang ke Merak. Di sepanjang perjalanan, dukungan dari masyarakat lokal sangat terasa. Di Jambi dan Sumatera Selatan, berbagai organisasi pergerakan dan politik turut memberikan dukungan langsung, memperkuat semangat para petani.
Ridwan juga mengingatkan bahwa aksi ini bukan hanya tentang menempuh jarak jauh, tetapi juga menyemai perlawanan yang lebih luas dan kuat. “Jika mereka tetap membatu, maka banjir perlawanan rakyat akan merobohkan mereka,” tegasnya.
Aksi long-march ini menjadi simbol keteguhan hati para petani dalam memperjuangkan hak atas tanah dan keadilan. Mereka berharap, dengan mencapai Jakarta, suara mereka akan didengar oleh pemerintah pusat dan solusi nyata dapat ditemukan untuk permasalahan yang mereka hadapi.
“Disini kami menunggu senja untuk menyeberang ke Merak. Kami percaya perjuangan ini akan membawa perubahan positif bagi kami dan petani di seluruh Indonesia,” tambah Pak Selamen.
Dengan tekad yang kuat dan dukungan yang luas, petani Riau dan Jambi menunjukkan bahwa mereka siap berjuang hingga akhir untuk hak-hak mereka. Long-march ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga simbol perjuangan kolektif untuk masa depan yang lebih baik.(*)
Comments
Perjuangan yg sia sia
Yang anda hadapi nanti bukannya pak menteri, tapi para cukong dan mafia, kalau bisnis terusik sedikit dan untungnya banyak pasti permintaan dipenuhi, pak menteri tdk bisa apa apa, karena sdh disetir para cukong dan mafia
Saran utk pengambil kebijakan
HAK ATAS TANAH YG DIMINTA PARA PETANI DI SUMATERA SEBAIK NYA DIBERIKAN KEPADA MEREKA SEPERTI KEINGINAN MEREKA...KARNA PENGUSAHA BANYAK UANG DAN BISA USAHA DI KEPULAUAN SERIBU...ATAU DI PULAU PULAU KECIL LAINNYA DISELURUH WILAYAH NKRI.....PENGUSAHA PUNYA UANGLEBIH...BILA MEREKA USAHA DIPULAU PULAU KECIL MEREKA BISA BELI KAPAL MESIN PERGI KETEMPAT KERJANYA...BEDADGNPETANIDAN RAKYATKECIL YGMODAL USAHANYA JG KECIL...DARIPADA PULAU JADI TEMPATWISATA SAJA...KAN PULAU PULAU BISA DIJADIKAN TAMBAK IKAN DAN PERTANIAN...KELAPA..SAWIT ATAU KELAPA HIJAU...JADI YG PUNYA MODAL KERJA BANYAK YA SURUH USAHA DGN SEDIKIT LEBIH DARI PENGUSAHA KUR...YG HANYA MODALNYA SEDIKIT..DAN PAS PASAN
Add new comment