Enzo Zenz Allie Lulusan Terbaik Kopassus yang Kini Bertugas di Sandi Yudha

Karier militer Letnan Dua (Letda) Enzo Zenz Allie terus mencuri perhatian publik. Pria berdarah Prancis yang sempat menjadi perbincangan kontroversial kini menorehkan prestasi luar biasa dengan dinobatkan sebagai lulusan terbaik Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Angkatan 109. Tidak hanya itu, Enzo juga berhasil membuktikan dirinya sebagai prajurit tangguh yang layak ditempatkan di satuan elit Grup 2 Sandi Yudha Kopassus.

Pelantikan Enzo bersama 157 prajurit Kopassus berlangsung di Pantai Permisan, Cilacap, Jawa Tengah. Setelah menjalani latihan berat yang menjadi ciri khas Kopassus, Enzo kini bergabung dengan Batalyon 21/Buhpala Yudha, bagian dari Grup 2 Kopassus yang bermarkas di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Enzo Zenz Allie, kelahiran Cilegon pada 1999, adalah anak dari pasangan Siti Hajah Tilaria dan Jean Paul Francois Allie. Kehidupannya berubah drastis ketika ayahnya meninggal pada 2012. Sang ibu membawanya kembali ke Indonesia, di mana Enzo, yang sebelumnya tinggal di Prancis, mulai belajar bahasa Indonesia secara perlahan.

Cita-cita Enzo menjadi prajurit TNI mulai terwujud pada 2019 ketika ia diterima di Akademi Militer (Akmil). Kemampuan fisiknya yang luar biasa, seperti menyelesaikan 19 pull-up, 50 sit-up, dan 50 push-up dalam waktu satu menit, serta berlari sejauh 3.000 meter dalam 12 menit, membuatnya unggul di antara para taruna lainnya. Ia juga menguasai empat bahasa: Indonesia, Inggris, Prancis, dan Arab—kemampuan langka yang membuatnya istimewa di lingkungan militer.

Namun, perjalanannya tidak tanpa rintangan. Pada 2019, foto Enzo yang memegang bendera yang diasosiasikan dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) viral dan memicu polemik. Sejumlah pihak, termasuk mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto, meminta Enzo diberhentikan dengan alasan radikalisme.

Keputusan mempertahankan Enzo akhirnya diambil oleh Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa, yang kala itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). Andika menggunakan alat ukur moderasi bernegara yang menunjukkan bahwa Enzo memiliki indeks moderasi sebesar 84 persen, cukup untuk membuktikan kesetiaannya terhadap Pancasila dan NKRI.

"Kami tidak menemukan adanya keraguan terhadap ideologi Enzo. Penilaian kami objektif dan sesuai dengan alat ukur yang valid," ujar Andika dalam konferensi pers pada 2019.

Enzo sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al Bayan, Serang, Banten, sebelum melanjutkan pendidikan militernya di Akmil. Pengalaman ini membentuk karakter religius sekaligus disiplin, yang menjadi modal penting selama pendidikannya di Kopassus.

Sebagai bagian dari latihan tempur, Enzo dan rekan-rekannya menjalani Latihan Antar Kecabangan di Pusat Latihan Tempur Baturaja pada 2022. Latihan ini dirancang untuk membekali taruna dengan kemampuan memimpin di satuan tempur, bantuan tempur, dan administrasi.

Kini, sebagai lulusan terbaik Kopassus, Enzo membungkam keraguan yang pernah menghampirinya. Keberhasilannya menjadi bukti bahwa ia tidak hanya layak, tetapi juga unggul di lingkungan militer yang kompetitif. Penugasan di Batalyon 21/Buhpala Yudha menandai awal perjalanan barunya di Kopassus, satuan yang dikenal dengan operasi senyap dan misi berisiko tinggi.

Enzo Zenz Allie bukan lagi sekadar simbol perdebatan, tetapi representasi prajurit muda yang tangguh, cerdas, dan berdedikasi untuk NKRI. Dengan langkah ini, ia membuktikan bahwa latar belakang atau stigma masa lalu tidak menentukan masa depan. Prestasi, kerja keras, dan loyalitaslah yang menjadi ukuran sejati seorang prajurit.(*)