Setelah Lama Terpuruk, Harga Karet Naik Tajam di Bungo

WIB
Ist

Setelah berbulan-bulan didera harga rendah, para petani karet di Kabupaten Bungo akhirnya bisa tersenyum lega. Harga komoditas utama ini resmi naik dari Rp12.000 menjadi Rp13.500 per kilogram. Lonjakan harga sebesar Rp1.500/kg itu terjadi sejak pertengahan Juni 2025 dan langsung disambut antusias para petani, khususnya di wilayah Jujuhan dan Jujuhan Ilir.

"Betul, sekarang sudah Rp13.500 per kilo. Sebelumnya masih di angka Rp12.000," ujar Herizo, Ketua Kelompok Lelang Sirih Sekapur saat dikonfirmasi, Sabtu (21/6/2025). Ia menyebut, tren positif ini memberi harapan baru bagi petani yang sempat mengalami tekanan ekonomi akibat anjloknya harga beberapa bulan terakhir.

Menurut Herizo, mayoritas petani karet di Jujuhan menggantungkan penghasilan dari komoditas ini. Maka, kenaikan harga menjadi angin segar yang sangat dibutuhkan untuk menopang kebutuhan harian mereka.

“Masih banyak petani di sini yang hidup dari hasil sadapan. Dengan harga naik, mereka bisa bernapas lebih lega, meski belum sepenuhnya aman,” katanya.

Meski kenaikan harga ini memberi harapan, tantangan belum selesai. Herizo berharap perusahaan-perusahaan pengolahan karet di wilayah Bungo ikut ambil bagian mendukung ekonomi lokal dengan membeli hasil sadapan langsung dari kelompok lelang.

Menurutnya, keterlibatan pembeli dari kalangan industri bisa memicu persaingan sehat dalam sistem lelang, yang ujungnya memberi harga terbaik bagi petani.

"Kalau banyak pembeli ikut lelang, harga bisa naik lebih bagus. Kami minta perusahaan jangan beli lewat tengkulak, tapi langsung dari kelompok lelang," tegas Herizo.

Di sisi lain, pemerintah daerah juga diminta tidak tinggal diam. Dukungan berupa akses pasar, pelatihan peningkatan kualitas lateks, serta infrastruktur distribusi menjadi kebutuhan mendesak agar petani tidak kembali terjebak dalam siklus harga rendah.

Kenaikan harga ini menjadi momen penting, tetapi belum menjamin stabilitas jangka panjang. Harga karet di pasar dunia sangat fluktuatif, dipengaruhi oleh faktor global seperti permintaan industri otomotif, nilai tukar dolar, hingga isu lingkungan dan perdagangan internasional.

Karena itu, petani berharap pemerintah mulai memikirkan sistem penyangga harga, atau mekanisme pasar yang lebih adil untuk melindungi petani dari ketidakpastian.

Harga boleh naik, tetapi pekerjaan rumah masih menumpuk. Dukungan lintas sektor—petani, perusahaan, dan pemerintah—menjadi kunci agar ekonomi karet rakyat di Bungo tidak sekadar hidup dari euforia sesaat, melainkan menuju kesejahteraan berkelanjutan.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network