Jambi – Suasana Pasar Handil, Kota Jambi, Kamis (11/9/2025) pagi tampak berbeda. Pedagang ayam mengeluhkan dagangan mereka sulit habis meski stok tidak sebanyak biasanya. Penyebabnya, harga daging ayam broiler kembali meroket dan kini menembus Rp40 ribu per kilogram.
Kenaikan ini cukup drastis bila dibandingkan harga sepekan sebelumnya yang masih berkisar Rp30 ribu–Rp35 ribu per kilogram. Bahkan awal pekan lalu, harga ayam masih berada di angka Rp38 ribu. Namun kini, pedagang terpaksa menjual hingga Rp40 ribu per kilogram karena harga dari distributor terus naik.
Rina, pedagang ayam di Pasar Handil, mengaku kondisi ini membuatnya kesulitan menjual stok. Konsumen lebih memilih mengurangi jumlah belanja atau bahkan menunda membeli.
“Kalau biasanya bisa habis satu pikul lebih sehari, sekarang berat. Pembeli banyak yang mengurangi belanja karena harga sudah terlalu mahal,” kata Rina.
Ia menuturkan, sebagian konsumen yang biasanya membeli 2 kilogram ayam kini hanya membeli setengah atau satu kilogram. Bahkan ada yang beralih membeli lauk alternatif karena harga ayam terlalu tinggi.
Dampak lain dirasakan pedagang warung makan. Yanto, pemilik warung di kawasan Kota Baru, mengatakan kenaikan harga ayam membuat biaya modal melonjak, sementara harga jual ke konsumen tidak bisa serta-merta dinaikkan.
“Kalau harga jual dinaikkan, pelanggan bisa kabur. Jadi kami bertahan dengan harga lama, tapi keuntungan jadi sangat tipis,” keluhnya.
Ia menambahkan, dalam beberapa hari terakhir margin keuntungan warungnya menurun drastis. “Modal naik, tapi hasilnya sama saja. Kadang malah rugi,” tambah Yanto.
Menurut sejumlah pedagang, lonjakan harga ayam dipicu oleh terbatasnya pasokan dari distributor. Beberapa menyebut ada pengurangan suplai dari peternak, sementara permintaan pasar tetap tinggi.
Situasi ini memaksa pedagang pasar menaikkan harga jual untuk menutup biaya pengambilan dari distributor. “Distributor bilang stok berkurang, jadi harga ikut naik. Kami terpaksa jual mahal,” ujar salah satu pedagang.
Selain ayam, harga kebutuhan pokok lain juga naik. Telur ayam misalnya, kini tembus Rp50 ribu per papan. Kondisi ini memperberat beban masyarakat kecil yang sehari-hari mengandalkan bahan pangan tersebut.
Kenaikan harga ayam broiler menjadi perhatian serius karena berpotensi memicu inflasi pangan di Kota Jambi. Daging ayam merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok bahan makanan, bersama beras dan telur.
Jika kondisi pasokan tidak segera normal, harga bisa terus naik dan menekan daya beli masyarakat. Dalam jangka panjang, kenaikan harga ini juga bisa berdampak pada sektor kuliner yang sangat bergantung pada pasokan ayam.
Pedagang dan masyarakat berharap Pemerintah Kota Jambi segera turun tangan untuk menstabilkan harga. Kebijakan pengendalian distribusi, penambahan stok, atau operasi pasar dinilai penting agar harga kembali normal.
“Kalau pemerintah tidak cepat bertindak, kasihan masyarakat kecil dan pedagang warung makan yang paling kena dampaknya. Harapan kami harga bisa kembali ke level normal,” tutur Yanto.
Sejauh ini, belum ada langkah resmi dari Pemkot Jambi maupun instansi terkait terkait pengendalian harga ayam broiler. Namun masyarakat menunggu tindakan nyata karena lonjakan harga sudah mulai dirasakan sejak awal September.(*)
Add new comment