Kekeringan Ancam Panen Petani Kerinci: Puluhan Hektare Sawah Retak dan Menguning

WIB
Ist

KERINCI – Musim kemarau yang mulai mengeringkan bumi Kerinci kini menyisakan kekhawatiran mendalam di kalangan petani. Di Desa Semurup, tepatnya di kawasan belakang Pasar Semurup, puluhan hektare sawah kini terancam gagal panen akibat minimnya pasokan air irigasi. Tanah mengering, pecah-pecah, dan padi muda mulai menguning sebelum sempat tumbuh subur.

Tiga kecamatan terdampak langsung, yakni Air Hangat, Air Hangat Barat, dan Depati Tujuh. Petani di kawasan itu mengeluhkan tidak hanya soal kekeringan, tetapi juga ketidaksiapan sistem pengairan, mulai dari saluran irigasi yang tersumbat rumput liar hingga tidak adanya suplai air alternatif.

"Air tidak masuk. Padi baru 15 hari tanam sudah mulai rusak. Kalau dibiarkan, bisa gagal semua," ujar seorang petani yang enggan disebut namanya, Jumat (23/5/2025).

Yudi, petani lainnya, menguatkan kesaksian tersebut. Menurutnya, selain air yang tak kunjung datang, mereka juga menghadapi kelangkaan pupuk, keterbatasan bibit, dan minimnya pendampingan teknis dari pemerintah.

"Musim tanam kali ini sangat berat. Kami khawatir dampaknya bukan hanya bagi kami, tapi juga ketahanan pangan lokal," ujarnya.

Kepala BMKG Stasiun Depati Parbo, Nia Kurnia Ningsih, menyatakan bahwa wilayah Kerinci dan Sungai Penuh memang telah memasuki awal musim kemarau sejak pertengahan Mei 2025. Suhu harian rata-rata 24°C dengan maksimum 32°C. Ia mengimbau masyarakat dan pemerintah untuk mulai mengantisipasi risiko lanjutan, termasuk potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Kami ingatkan warga untuk tidak membuka lahan dengan membakar dan tidak membuang puntung rokok sembarangan," tegas Nia.

Kondisi ini menuntut perhatian segera dari Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Dinas Pertanian. Para petani berharap adanya bantuan air darurat, normalisasi irigasi, dan skema penanganan risiko gagal panen.

"Kami tidak butuh janji, tapi tindakan. Sawah kami bukan statistik, tapi sumber hidup," ucap salah satu petani dengan nada getir.

Kemarau tidak sekadar cuaca. Ia adalah krisis senyap yang menguji ketahanan pangan, daya tahan ekonomi lokal, dan kehadiran negara di lapangan. Kerinci hari ini adalah alarm dini. Jika air terus tak mengalir, bukan hanya sawah yang retak—tetapi juga harapan rakyat kecil di lembah Gunung Kerinci.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network