Proyek revitalisasi Candi Muaro Jambi senilai lebih seperempat triliun memicu rasa penasaran publik. Apa saja yang akan dilakukan dengan dana sebesar itu? Publik mendesak pengawasan ketat agar proyek ini sukses tanpa penyimpangan, demi melestarikan warisan budaya.
***
Keheningan hutan yang mengelilingi Candi Muaro Jambi tiba-tiba terusik oleh kabar yang menggemparkan. Proyek revitalisasi senilai lebih dari seperempat triliun rupiah kini tengah digulirkan di situs bersejarah ini. Dengan anggaran mencapai Rp 342 miliar, dana proyek ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Banyak yang bertanya-tanya, apa saja yang akan dilakukan dengan dana sebesar itu?
Dari data yang diungkap Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kemendikbud, diketahui bahwa proyek ini dinamakan "Konstruksi Fisik Pembangunan Museum KCBN Muarajambi". Pemenang tender proyek ini adalah, PT. PP (Persero) Tbk, yang beralamat di Jalan Letjen TB Simatupang 57, Pasar Rebo-Jakarta.
Pelaksanaan fisik Pembangunan Museum KCBN Muarajambi ini meliputi pekerjaan konstruksi pembangunan museum dan pekerjaan interior dan tata pamer museum berikut dengan sarana pendukung lainnya. Kini, PT PP dihadapkan pada tugas besar untuk menghidupkan kembali keagungan situs ini dengan tetap menjaga kelestariannya.
Belum lama ini, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi, Agus Widiatmoko, menjelaskan kepada media, bahwa proses revitalisasi akan dilakukan dengan sangat hati-hati.
“Ekskavasi dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan pada lapisan tanah dan akar pohon, serta melindungi temuan-temuan penting,” katanya.
Dua candi yang sedang dalam tahap pemugaran adalah Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku. Sementara itu, penelitian pemugaran dilakukan di Candi Sialang dan Menapo Alun-alun.
Salah satu fokus utama proyek ini adalah normalisasi dan revitalisasi kanal-kanal kuno di wilayah Muaro Jambi. Kanal-kanal ini, yang dulunya berperan penting dalam sistem irigasi dan transportasi, diharapkan dapat kembali berfungsi optimal untuk mendukung ekosistem lokal.
Namun, di balik kabar baik ini, muncul pula kekhawatiran. Publik mengharapkan agar anggaran besar ini diawasi dengan ketat. Dengan nilai proyek yang mencapai ratusan miliar, masyarakat khawatir akan potensi penyimpangan yang dapat menghambat tujuan mulia dari proyek ini.
“Pengawasan ketat harus dilakukan agar hasilnya benar-benar maksimal sesuai harapan. Setiap penyimpangan harus dicegah,” tegas tokoh masyarakat setempat.
Hal ini disampaikan mengingat betapa pentingnya menjaga kepercayaan publik dalam proyek sebesar ini, yang menyangkut warisan budaya bangsa.
Seiring berjalannya proyek, publik terus mengamati dengan rasa penasaran yang tinggi. Apakah proyek ini akan menjadi tonggak sejarah baru bagi Muaro Jambi atau justru akan menjadi salah satu cerita panjang tentang harapan yang belum terealisasi? Waktu yang akan menjawabnya.
Dari Pusat Pembelajaran Buddha ke Ikon Wisata: Transformasi Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi adalah salah satu kompleks candi terbesar di Indonesia yang terletak di tepi Sungai Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Kompleks ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu yang diperkirakan dibangun antara abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi. Berikut ini adalah uraian mengenai sejarah dan kondisi terkini Candi Muaro Jambi:
Sejarah Pendirian
Asal-usul dan Pembangunan
Candi Muaro Jambi diyakini dibangun selama masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan diteruskan oleh Kerajaan Melayu. Pada masa itu, kawasan ini menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa candi ini berfungsi sebagai pusat pendidikan, yang dikunjungi oleh para biksu dan pelajar dari berbagai penjuru Asia, termasuk Tiongkok dan India. Situs ini memuat berbagai peninggalan arkeologis seperti arca Buddha, prasasti, dan stupa yang mencerminkan pengaruh ajaran Buddha Tantrayana.
Peran dalam Kerajaan Melayu
Selain berfungsi sebagai pusat agama dan pendidikan, Candi Muaro Jambi juga merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Melayu sebelum akhirnya kerajaan ini bergabung dengan Sriwijaya. Dengan bergabungnya dua kerajaan ini, Muaro Jambi menjadi titik penting dalam jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Asia Tenggara dengan India dan Tiongkok.
Kisah dan Legenda
Legenda Laksamana Cheng Ho
Ada legenda yang mengaitkan kedatangan Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok dengan kompleks Candi Muaro Jambi. Konon, Cheng Ho singgah di kawasan ini selama perjalanannya dan mempersembahkan hadiah kepada penguasa setempat sebagai tanda persahabatan. Meskipun tidak ada bukti arkeologis langsung yang mendukung kisah ini, legenda tersebut tetap hidup dalam tradisi lisan masyarakat setempat.
Misteri Candi Gumpung
Salah satu bagian dari kompleks ini, yaitu Candi Gumpung, menyimpan berbagai misteri terkait fungsi dan pembangunannya. Beberapa ahli menduga bahwa candi ini adalah tempat upacara ritual yang penting, mengingat ditemukannya berbagai artefak ritual seperti yoni dan arca dewa-dewi.
Kondisi Sekarang
Restorasi dan Pelestarian
Sejak ditemukan kembali pada abad ke-19 oleh peneliti Belanda, kompleks Candi Muaro Jambi telah mengalami beberapa upaya restorasi. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk UNESCO, untuk melestarikan situs ini. Pada tahun 2009, Candi Muaro Jambi diusulkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, meskipun hingga kini status tersebut belum dikonfirmasi.
Objek Wisata dan Ikon Pariwisata
Saat ini, Candi Muaro Jambi telah menjadi salah satu objek wisata utama di Provinsi Jambi. Dengan luas sekitar 3.981 hektar, pengunjung dapat menjelajahi berbagai candi, kanal kuno, dan jalur peziarahan yang terdapat di kawasan ini. Pemerintah daerah aktif mempromosikan kompleks ini sebagai ikon pariwisata yang tidak hanya menawarkan keindahan arkeologis tetapi juga pengalaman edukatif mengenai sejarah dan budaya masa lampau.
Festival dan Acara Budaya
Setiap tahun, diadakan berbagai festival budaya di sekitar kompleks candi, seperti Festival Candi Muaro Jambi yang menampilkan seni tari, musik, dan pameran budaya lokal. Acara ini bertujuan untuk menarik wisatawan sekaligus mempromosikan kesadaran akan pentingnya pelestarian situs bersejarah ini.
Tantangan
Mengancam Warisan Sejarah
Keberadaan stockpile batu bara di sekitar Candi Muaro Jambi telah menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap situs sejarah ini. Aktivitas industri ini dapat mengganggu struktur dan keberlanjutan candi yang merupakan salah satu warisan budaya paling berharga di Indonesia.
Dampak Lingkungan dan Budaya
Selain polusi udara dan tanah yang ditimbulkan, operasi stockpile ini juga mengancam kelestarian lingkungan dan ekosistem di sekitar kawasan candi. Getaran dari aktivitas pertambangan dan transportasi batu bara dapat merusak struktur candi yang rapuh, sementara debu dan polutan lainnya dapat mempercepat kerusakan pada batu bata kuno.
Respons Masyarakat dan Pemerintah
Masyarakat dan pemerhati budaya telah menyuarakan keprihatinan mereka dan mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas dalam melindungi Candi Muaro Jambi. Beberapa upaya advokasi dan kampanye kesadaran telah dilakukan untuk menghentikan aktivitas stockpile di sekitar situs. Tapi, langkah itu sepertinya dianggap angin lalu bagi para konglomerasi batubara.(*)
Comments
Kita masyarakat Jambi…
Kita masyarakat Jambi khususnya dan Bangsa Indonesia umumnya harus dukung penuh pemugaran Candi Muara Jambi ini. Orang bijak bilang : mengenal sejarah adalah mengenal diri kita sendiri. Candi Muara Jambi merupakan Ikon wisata daerah Jambi yg harus dipromosikan terus agar mendunia.
Add new comment