Ngaji Politik

Popularitas vs Politik Uang: Apa yang Benar-Benar Membuat Kandidat Menang di Pilkada?


Dr. Jafar Ahmad

Akademisi dan Peneliti Idea Institute Indonesia

Setiap Pilkada, publik disuguhi pemandangan yang sama: perebutan perhatian, janji-janji manis, dan sesekali, uang beredar pada “serangan fajar”. Ada dua strategi paling menonjol, yakni popularitas dan politik uang. Mana yang benar-benar efektif memenangkan suara? Apakah popularitas cukup? Ataukah politik uang tetap jadi jurus pamungkas? Atau bagaimana kalau keduanya bergabung?

Siapa Pemenang Pilkada di Jambi?

Dr Jafar Ahmad

Akademisi dan Peneliti Idea Institute Indonesia

Tentu saya belum bisa jawab. Apalagi belum ada lembaga survei yang mengumumkan hasilnya secara terbuka. Seluruh wilayah di Jambi melaksanakan Pemilihan Kepal Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) November mendatang. Tentu dengan situasi lokalnya masing-masing. Ada yang banyak sekali calonnya, ada yang hanya dua seperti provinsi Jambi, dan ada juga yang melawan kotak kosong seperti di Batanghari?

Politik Dinasti: Keniscayaan dan Tantangan bagi Demokrasi Indonesia

Politik dinasti telah menjadi sejarah panjang umat manusia. Dan, saya menduga akan selalu ada dan dipertahankan. Kecuali jika kita masih berani mencoba benar-benar menghapusnya. Namun, apakah politik dinasti sepenuhnya buruk? Adakah penjelasan lain, kenapa politik dinasti tetap hidup dan mungkin akan selalu hidup di tengah-tengah kita?

Politik Dinasti vs Meritokrasi Hati

Oleh :

Dr Jafar Ahmad

Dosen dan Peneliti Idea Institute Indonesia

Seharusnya hari ini saya akan menulis tentang politik Dinasti. Saya akan menjelaskan apakah itu etis atau tidak? apakah akan berdampak baik atau sebaliknya? lalu, kenapa dalam sistem politik demokratis seperti di Indonesia, politik dinasti masih tetap bisa dilanggengkan?

Fenomena Kotak Kosong dan Borong Partai dalam Pilkada Serentak

Pilkada serentak yang tengah berlangsung di berbagai daerah di Indonesia menampilkan fenomena menarik yang patut dicermati: kotak kosong atau borong partai.

Fenomena ini terlihat pada Pilgub Jambi dengan pasangan Haris-Sani untuk Pilgub, Pilwako Jambi oleh Maulana, Batanghari oleh Fadhil Arief, Tebo oleh Aspan, Merangin oleh M Syukur, Bungo oleh Jumiwan Aguza, dan Tanjab Barat oleh Ustadz Anwar Syadat. Apa yang menyebabkan kecenderungan ini dan bagaimana dampaknya terhadap demokrasi lokal kita?

Keliru Memprediksi Keluarga Zulkifli Nurdin

Dr Jafar Ahmad

Pengamat Politik, Peneliti Idea Institute Indonesia

Saya salah, saat menjawab pertanyaan penguji waktu itu. Pada sidang promosi doktor di Desember 2018 itu, saya memperkirakan keluarga Zulkifli Nurdin baru akan kembali bersaing dalam politik Jambi sekitar 2029. Namun, hanya butuh enam tahun bagi keluarga ini untuk kembali tampil di panggung politik. Empat tahun lebih cepat dari perkiraan saya.