Di suatu pagi yang sejuk di bulan November, di sebuah yayasan sederhana bernama Yayasan Pendidikan Asiatic Persada (YPAP) di Bajubang, Batanghari, anak-anak Suku Anak Dalam (SAD) berkumpul dengan wajah penuh harap. Mata mereka yang polos, berkilauan dengan semangat baru, menanti momen penting dalam hidup mereka. Hari itu, PT Berkat Sawit Utama (BSU) akan menyerahkan bantuan berupa seragam dan perlengkapan sekolah.
SAD, yang juga dikenal sebagai Orang Rimba, adalah kelompok masyarakat adat di Provinsi Jambi yang hidup bersahaja dengan tradisi nomaden. Namun, perkembangan zaman membawa mereka pada tantangan baru: pendidikan dan kesempatan untuk masa depan yang lebih baik. Hari ini, bantuan yang akan mereka terima adalah awal kecil menuju perubahan besar dalam kehidupan mereka.
Ade Saputra, perwakilan dari Departemen Sosial Security License (SSL) PT BSU, berdiri di depan anak-anak dengan senyum ramah. Ia memulai sambutannya dengan suara lembut namun penuh keyakinan. “Kami di PT BSU sangat senang bisa mendukung pendidikan kalian. Program ini adalah bagian dari komitmen kami untuk mendukung komunitas lokal, khususnya anak-anak SAD, agar memiliki akses ke pendidikan. Kami berharap bantuan ini bisa memotivasi kalian untuk terus belajar,” katanya sambil memandang anak-anak satu per satu.
Langkah Kecil di Jalan Panjang
Di antara anak-anak itu, ada Rano, seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun yang sangat bersemangat menerima seragam baru. Rano tidak pernah menyangka akan memiliki seragam sekolah yang layak. Setiap kali ia melihat anak-anak dari desa lain pergi ke sekolah dengan rapi, hatinya berdebar-debar penuh harapan. Hari ini, impiannya untuk mengenakan seragam sekolah akhirnya terwujud.
Rano teringat pada hari-hari saat ia masih mengikuti ayahnya berburu di hutan. Namun kini, hidupnya mulai berubah. Mereka telah menetap di sebuah lahan kecil di pinggiran perkebunan sawit, dan keluarganya mulai terbiasa dengan kehidupan baru yang tak lagi berpindah-pindah. Ibunya sering menceritakan tentang masa lalu mereka yang penuh tantangan, namun kini Rano memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Seragam yang baru ia kenakan terasa nyaman di tubuhnya. Di dalam hatinya, Rano bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. “Aku ingin jadi guru,” gumamnya pada teman-temannya, sambil tersenyum lebar. Mereka tertawa bersamanya, tetapi di balik tawa itu, ada keinginan yang sama—keinginan untuk meraih sesuatu yang belum pernah mereka impikan sebelumnya.
Mimpi di Tengah Perubahan
Seiring berjalannya waktu, bantuan yang diterima anak-anak SAD dari PT BSU menjadi simbol dari harapan dan kesempatan. Anak-anak SAD, yang dulu hanya bermain dan membantu orang tua di hutan, kini memandang pendidikan sebagai jalan untuk mengubah nasib mereka. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT BSU, manajemen perusahaan berkomitmen untuk tidak hanya menyediakan bantuan pendidikan, tetapi juga mendukung anak-anak SAD hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Namun, tantangan tetap ada. Banyak dari anak-anak ini yang harus berjuang melawan keterbatasan budaya dan akses pendidikan. Masyarakat SAD masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi yang diwariskan turun-temurun, yang kadang sulit dipadukan dengan pendidikan formal. Tetapi, dengan kehadiran dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan seperti PT BSU, mereka mulai belajar dan memahami arti penting dari pendidikan.
Jalan Menuju Masa Depan
Hari-hari berlalu, dan setiap pagi, anak-anak SAD di Bajubang mengenakan seragam mereka dengan penuh kebanggaan. Seragam itu kini bukan hanya kain yang menutupi tubuh mereka, tetapi menjadi simbol harapan dan mimpi untuk masa depan. Ade Saputra sering datang untuk melihat perkembangan mereka. Ia merasa bahwa anak-anak ini memiliki potensi besar yang harus digali.
“Kami di PT BSU akan selalu mendukung kalian,” kata Ade pada suatu hari saat ia berkunjung ke yayasan. “Kami ingin melihat kalian sukses, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di kehidupan yang akan kalian jalani nanti.” Anak-anak itu mendengarkan dengan penuh perhatian, membayangkan masa depan mereka yang lebih cerah.
Di dalam hati mereka, terbersit impian untuk menjadi dokter, guru, dan bahkan pengusaha, sesuatu yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Dengan bantuan seragam dan perlengkapan sekolah ini, mereka merasa semakin dekat dengan impian mereka, berjalan mantap menapak jalan yang dulu tampak jauh dan tak mungkin diraih.(*)
Add new comment