Hidup dalam Bayang-Bayang Hidrosefalus: Kisah Dapa Mubarok

WIB
IST

Di tengah riuhnya aktivitas masyarakat di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, tersembunyi sebuah kisah haru yang tak banyak orang ketahui. Dapa Mubarok, seorang bocah berusia 7 tahun, telah menghabiskan seluruh hidupnya berjuang melawan hidrosefalus, penyakit langka yang membuat kepalanya membesar akibat penumpukan cairan di otak. Ketika anak-anak seusianya bermain dan berlari bebas, Dapa harus menjalani hari-harinya dengan penuh keterbatasan.

Di rumah sederhana yang mereka huni, Dapa tinggal bersama orang tuanya, Darwis dan Susi Susanti. Pasangan ini memiliki harapan yang besar untuk masa depan anak mereka, meskipun setiap hari adalah perjuangan. Susi, seorang ibu rumah tangga yang sepenuh hati merawat Dapa, harus menyaksikan anaknya berjuang dengan kondisi yang menyedihkan.

“Setiap hari saya berharap ada keajaiban untuk Dapa,” kata Susi, seperti dikutip dari Tribunnews Jambi.

Matanya berkaca-kaca, saat mengelap keringat di dahi anaknya.

Darwis, suaminya, adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia bekerja sebagai buruh serabutan, melakukan apapun yang bisa menghasilkan uang halal.

“Kadang saya disuruh membersihkan rumput di kebun sawit orang,” ujar Darwis.

Raut wajahnya memancarkan kelelahan. Setiap pagi ia berangkat dengan sepeda tuanya, berharap mendapat pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan untuk hari itu.

Penghasilan Darwis tak seberapa. Tapi semua itu ia dedikasikan untuk keluarganya. Hasil kerja kerasnya digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dan tentunya juga untuk biaya pengobatan Dapa yang tak pernah berhenti.

Biaya pengobatan membuat dadanya sesak. Saking tingginya biaya, sering kali membuat Darwis harus mengencangkan ikat pinggang. Mereka berjuang untuk tetap bertahan. Tapi hidup dengan hidrosefalus adalah perjuangan yang membutuhkan lebih dari sekadar ketabahan.

Di tengah himpitan ekonomi, keluarga ini sangat membutuhkan bantuan. Susi dan Darwis berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Merangin. Termasuk uluran tangan dari masyarakat yang peduli. Bantuan sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka, memberi harapan baru di tengah keputusasaan yang sering kali menghantui.

Setiap hari adalah babak baru dalam perjuangan panjang mereka. Meski demikian, Darwis dan Susi tidak pernah kehilangan harapan. Mereka bermimpi suatu hari dapat melihat Dapa berlari dan bermain layaknya anak-anak lain. Hingga saat itu tiba, mereka terus berjuang dan berharap, mengandalkan kekuatan cinta dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik.

Kisah Dapa Mubarok adalah pengingat akan pentingnya kepedulian kita terhadap sesama. Di balik wajah-wajah ceria yang kita temui, mungkin ada cerita sedih yang tersembunyi, menunggu uluran tangan dan perhatian dari kita semua. Melalui bantuan yang kita berikan, kita bisa menjadi bagian dari perjalanan Dapa menuju masa depan yang lebih baik.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network