JAKARTA – Di tengah upaya pemerintah mengejar target "Asta Cita" untuk menciptakan birokrasi profesional, sebuah tantangan besar namun tak kasat mata masih membayangi kinerja para abdi negara.
Tantangan itu disebut sebagai "ancaman senyap" berupa Perilaku Kerja Kontraproduktif (Counterproductive Work Behavior) yang kerap dipicu oleh rasa bosan.
Menjawab keresahan tersebut, Fakultas Psikologi Jenjang Magister Universitas Tarumanagara (UNTAR) turun gunung melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).
Menggandeng Badan Penghubung Daerah Provinsi Jambi, mereka menggelar seminar bertajuk “Bagaimana Mengatasi Rasa Bosan dan Perilaku Kontraproduktif di Tempat Kerja?”.
Acara yang digelar pada Senin (17/11/2025) di Kantor Badan Penghubung Daerah Provinsi Jambi, Cikini, Jakarta Pusat ini menghadirkan dua narasumber ahli, yakni Thenisia Warinta, S.Psi dan Dr. P. Tommy Y. S. Suyasa, Psikolog.
Dalam paparan materinya, Thenisia Warinta dan Tommy Suyasa menyoroti paradoks dalam birokrasi saat ini. Di satu sisi ada tuntutan percepatan layanan publik lewat agenda prioritas Presiden (Asta Cita), namun di sisi lain banyak ASN terjebak dalam rutinitas yang monoton.
"Bentuk perilaku kontraproduktif ini beragam, mulai dari menunda tugas, menurunkan kualitas pelayanan, menyalahgunakan fasilitas kantor, hingga menciptakan konflik internal," ungkap Thenisia Warinta.
Ia lantas mengutip penelitian Pasaribu et al. (2024). Yang mengungkap fakta mengejutkan bahwa tingkat perilaku kontraproduktif di sebuah dinas pemerintahan tergolong tinggi, menandakan ini adalah fenomena struktural, bukan sekadar kasus orang per orang.
Ia menjelaskan bahwa perilaku ini tidak selalu didasari niat jahat.
“Banyak ASN terperangkap kebosanan akibat pekerjaan yang repetitif dan minim tantangan,” ujarnya.
Ia lalu merujuk pada riset Spanouli et al. (2023) dan van Hooff & van Hooft (2023), kebosanan kerja memicu pelarian psikologis.
“Akibatnya, pegawai mencari stimulasi alternatif seperti cyberloafing (bermain internet saat jam kerja) atau menjadi tidak responsif,” tegasnya.
"Ini menjadi ancaman senyap. Reformasi birokrasi tidak cukup hanya bicara digitalisasi atau penyederhanaan SOP. Reformasi birokrasi membutuhkan reformasi perilaku," imbuh Tommy Suyasa.
Kunci untuk meredam dampak negatif tersebut adalah kontrol diri (self-control). Menurutnya, riset Wang et al. (2021) dan Muliati (2025) mengonfirmasi bahwa kontrol diri adalah benteng utama integritas pegawai.
Untuk itu, Dr. P. Tommy Y. S. Suyasa, Psikolog dan Thenisia Warinta, S.Psi memperkenalkan metode ASYIK sebagai pendekatan praktis yang bisa diterapkan ASN sehari-hari.
Berikut detil penjelasannya :
A - Aktivitas: Lakukan variasi aktivitas positif dan produktif agar tidak terjebak kebosanan.
S - Sensoris: Kelola indera untuk menjaga ketenangan, seperti mendengarkan musik yang menenangkan atau menata ruang kerja.
Y - Yakin: Pegang teguh nilai moral dan etika profesi ASN sebagai kompas dalam bertindak.
I - Intelektual: Gunakan kemampuan analisis kausal (sebab-akibat). Pikirkan dampak buruk perilaku negatif bagi diri sendiri dan organisasi.
K - Kenali Potensi Diri: Pahami kekuatan dan kelemahan diri untuk fokus pada pengembangan karier, bukan perilaku destruktif.
Selain faktor individu, menurut mereka peran pemimpin juga disorot. Mengacu pada studi Kim (2020) serta Li & Xu (2025), gaya kepemimpinan yang suportif terbukti menurunkan burnout, sementara kepemimpinan kasar justru memicu perilaku buruk bawahan.
Seminar ini berlangsung dinamis dan dihadiri dengan antusias oleh segenap ASN Badan Penghubung Daerah Provinsi Jambi. Diskusi dua arah terjadi saat para pegawai berbagi pengalaman mengenai tantangan rutinitas di kantor perwakilan daerah.
Kepala Badan Penghubung Daerah Provinsi Jambi, Drs. Amrulsyah, menyambut positif inisiatif akademisi UNTAR ini. Ia menilai materi yang disampaikan sangat relevan dengan kebutuhan organisasi saat ini.
"Harapan kami, seminar ini kembali mengingatkan para ASN untuk lebih produktif dan semangat bekerja. Saya juga mendorong seluruh jajaran untuk mencoba menerapkan metode 'ASYIK' guna menghindari kebosanan kerja dan perilaku kontraproduktif lainnya," ujar Amrulsyah menutup kegiatan.
Melalui kolaborasi antara dunia akademik dan birokrasi seperti ini, diharapkan "ancaman senyap" dalam tubuh ASN dapat diredam, sehingga cita-cita pelayanan publik yang prima dapat terwujud sepenuhnya.(*)
Add new comment