Jambi – Dengan visi membangun Jambi yang mandiri dan sejahtera, pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi, Dr. H. Maulana, MKM, dan Diza Hazra Aljosha, SE, MA, hadir dengan rancangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang memadukan pariwisata, budaya, dan peluang bisnis. Melalui KEK ini, kawasan Tanggo Rajo dan Gentala Arasy akan disulap menjadi pusat aktivitas ekonomi dan wisata yang hidup, berkelas, dan mengundang. Konsep KEK ini bertujuan menjadikan Jambi sebagai destinasi unggulan yang modern dan kaya akan keunikan lokal, di mana setiap kunjungan tak hanya menjadi pengalaman berkesan, tetapi juga turut menggerakkan perekonomian masyarakat.
Tanggo Rajo dan Gentala Arasy: Lebih dari Destinasi, Menjadi Denyut Jantung Ekonomi Jambi
Dengan perencanaan matang, Maulana-Diza ingin membawa Tanggo Rajo dan Gentala Arasy dari sekadar tempat wisata menjadi pusat ekonomi yang vital. Tanggo Rajo, yang terletak di tepi Sungai Batanghari, akan diperbarui dengan sentuhan konsep waterfront berstandar internasional, di mana area ini nantinya akan dipenuhi ruang untuk restoran terapung, pusat kuliner lokal, serta taman-taman tematik yang menawarkan suasana yang khas.
Di sisi lain, Gentala Arasy akan dikembangkan sebagai pusat budaya dan edukasi yang berfokus pada identitas Melayu Jambi. Area ini akan menampilkan sejarah dan kekayaan budaya lokal, di mana para pengunjung bisa mempelajari tradisi setempat melalui pameran interaktif dan pertunjukan seni. “Kami melihat Tanggo Rajo dan Gentala Arasy sebagai tempat yang menghubungkan masa lalu dan masa depan Jambi, di mana keindahan alam, kebudayaan, dan ekonomi bertemu,” ujar Maulana penuh optimisme.
Modernisasi Tanpa Kehilangan Akar Budaya: KEK sebagai Representasi Jambi yang Berkarakter
Dalam merancang KEK, Maulana-Diza sangat berhati-hati agar modernisasi yang dilakukan tetap menjaga keaslian dan identitas Jambi. Di tengah kemajuan, Maulana-Diza ingin setiap sudut KEK tetap mencerminkan karakter lokal. Dari arsitektur bangunan hingga desain ruang publik, semuanya dirancang dengan mempertahankan nuansa Melayu Jambi yang otentik. Dengan demikian, setiap pengunjung bisa merasakan nuansa khas Jambi sekaligus menikmati fasilitas modern.
“Kami ingin KEK ini menjadi cerminan Jambi yang berakar kuat pada budayanya, namun tak tertinggal dalam hal kemajuan. Di sini, wisatawan akan merasakan sentuhan lokal dalam setiap pengalaman yang mereka dapatkan,” ungkap Maulana. Hal ini menjadi nilai tambah bagi KEK Jambi, menjadikannya tujuan wisata yang tidak hanya menawarkan fasilitas, tetapi juga cerita dan rasa.
Pusat Kuliner dan Pusat Oleh-Oleh: Menghidupkan UMKM Lokal
Maulana-Diza menyadari bahwa pariwisata dan ekonomi masyarakat tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, dalam KEK ini, akan dibangun pusat kuliner yang menampilkan makanan khas Jambi yang autentik dan variasi hidangan modern. Pusat kuliner ini akan didesain sebagai tempat yang tidak hanya memanjakan selera, tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya masyarakat lokal dan wisatawan.
Selain itu, pusat oleh-oleh akan didirikan untuk menampilkan produk-produk UMKM lokal. Dari kerajinan tangan, kain tradisional, hingga makanan ringan khas Jambi, pusat oleh-oleh ini dirancang untuk mendukung pengusaha lokal dan memperkenalkan produk-produk asli Jambi kepada dunia. “Kami ingin setiap pengunjung membawa pulang bagian kecil dari Jambi. Dengan pusat oleh-oleh ini, kami berharap UMKM bisa berkembang dan dikenal lebih luas,” jelas Maulana.
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO): Menghubungkan Ikon-Ikon Kota dan Memberi Kenyamanan bagi Wisatawan
Untuk memudahkan akses antar ikon wisata, Maulana-Diza merencanakan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang akan menghubungkan Masjid Raya, pusat perbelanjaan WTC Batanghari, dan Tanggo Rajo. Jembatan ini lebih dari sekadar infrastruktur penyeberangan; desainnya yang ikonik diharapkan akan menambah keindahan kota dan menjadi landmark baru yang fotogenik. Di samping berfungsi sebagai akses, jembatan ini dilengkapi dengan jalur khusus untuk pejalan kaki dan disabilitas, fasilitas tempat duduk, dan area istirahat dengan pemandangan Sungai Batanghari.
“Jembatan ini adalah simbol dari sebuah konektivitas, bukan hanya fisik tetapi juga budaya. Kami ingin memastikan bahwa setiap orang, mulai dari pejalan kaki hingga wisatawan, merasa nyaman dan aman saat mengelilingi Jambi,” kata Maulana. Dengan JPO ini, Jambi semakin dekat menjadi kota yang ramah dan teratur, di mana tata kota berfungsi untuk mendukung mobilitas warga dan kenyamanan wisatawan.
Taman Terbuka Hijau dan Fasilitas Ramah Lingkungan
Keberadaan taman-taman terbuka hijau di KEK ini menjadi salah satu fokus Maulana-Diza untuk memberikan ruang yang segar bagi warga dan wisatawan. Taman-taman ini dirancang untuk menjadi ruang rekreasi dengan jalur jogging, area bermain anak, dan taman bunga tematik. Dilengkapi dengan jalur sepeda dan trotoar lebar, KEK ini juga akan menjadi contoh kawasan ramah lingkungan dengan penggunaan energi terbarukan, termasuk penerangan bertenaga surya dan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi.
“Kami ingin KEK ini menjadi kawasan yang bersih, hijau, dan nyaman. Taman terbuka hijau ini akan menjadi paru-paru kota dan ruang bagi warga untuk beristirahat dan bersantai,” ujar Maulana. Lingkungan yang sehat dan nyaman ini diharapkan mampu memberikan suasana yang kondusif bagi wisatawan untuk menikmati keindahan Jambi.
Pusat Seni dan Budaya: Tempat Berkumpulnya Seniman dan Pelaku Kreatif Lokal
Maulana-Diza ingin menjadikan KEK sebagai ruang bagi seniman dan pelaku budaya untuk mengekspresikan karya mereka. Di sini, akan ada pusat seni dan budaya di mana seniman lokal bisa mengadakan pameran, pertunjukan seni, dan kegiatan budaya yang menampilkan kekayaan Jambi. Pusat seni ini juga direncanakan untuk menggelar festival tahunan, pertunjukan teater, dan konser musik yang bisa menarik perhatian pengunjung.
“Kami ingin KEK ini menjadi tempat di mana seni dan budaya hidup dan berkembang. Setiap orang yang datang akan mendapatkan pengalaman yang mendalam, memahami budaya Jambi dengan cara yang unik,” ungkap Maulana. Dengan pusat seni ini, Jambi diharapkan bisa menjadi pusat kreativitas yang dinamis, tempat di mana seni lokal tumbuh dan dikenal lebih luas.
Menciptakan Lapangan Kerja dan Memberdayakan Ekonomi Masyarakat
Bagi Maulana-Diza, KEK bukan hanya proyek wisata, tetapi juga motor penggerak ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar. Mulai dari pekerja di sektor pariwisata, kuliner, hingga kerajinan tangan, KEK ini diharapkan mampu membuka peluang kerja baru bagi warga Jambi. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah wisatawan, pelaku usaha kecil dan menengah akan mendapatkan peluang untuk memperkenalkan produk mereka kepada pasar yang lebih luas.
“KEK ini bukan hanya soal pengembangan wilayah, tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Kami ingin setiap warga merasa diuntungkan dengan adanya proyek ini,” kata Maulana. Dengan melibatkan masyarakat setempat dalam setiap aspek pengelolaan KEK, pasangan ini berharap dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Menuju Jambi yang Lebih Terbuka dan Berdaya Saing
Dengan Kawasan Ekonomi Khusus ini, Maulana-Diza membayangkan Jambi sebagai kota yang terbuka, maju, dan berdaya saing, di mana tradisi dan modernitas bisa hidup berdampingan. Proyek KEK ini tidak hanya diharapkan meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga membawa Jambi ke peta wisata nasional dan internasional.
“Jambi punya semua yang dibutuhkan untuk menjadi destinasi unggulan. Melalui KEK ini, kami ingin menunjukkan bahwa Jambi adalah kota yang berdaya, di mana setiap sudutnya memancarkan keunikan dan kekayaan budaya,” tutup Maulana.
Kawasan Ekonomi Khusus ini, jika terealisasi, akan menjadi tonggak baru bagi Jambi dalam mewujudkan kota yang modern, indah, dan ekonominya tumbuh bersama masyarakat. KEK bukan sekadar tempat, tetapi simbol semangat Jambi menuju masa depan yang lebih baik, lebih hijau, dan lebih bersinar.(*)
Add new comment