Cerita 1001 malam adalah kumpulan kisah yang sangat terkenal di kawasan timur tengah, ia menjadi rujukan kisah yang mengajarkan cerita yang penuh dengan ajaran-ajaran moral bagi pendengarnya. Karenanya kisah 1001 malam banyak menjadi bahan cerita bagi orang tua yang akan mengajarkan pelajaran moral kepada anak atau generasi berikutnya.
JambiLink akan bertutur mengenai kisah 1001 malam dengan berkeliling melihat-lihat kota jambi, kali ini formatnya berbeda, ia berupa video vlogging yang memperlihatkan jalanan di seputar kota jambi dengan hiruk pikuk dan ribuan kenangan serta nostalgia bagi penduduknya.
Yuk lihat videonya di sini:
Di sebuah kerajaan besar, jauh di timur, hidup seorang raja bernama Shahryar yang terkenal akan kekuatan dan kekejamannya. Awalnya, Shahryar adalah raja yang adil dan bijaksana, hingga suatu hari ia mengalami penghianatan yang menghancurkan. Saat ia kembali dari medan perang, Shahryar menemukan bahwa istrinya, ratu yang sangat ia cintai, telah berselingkuh dengan salah satu pelayan istana. Hancur oleh rasa sakit dan kemarahan, Shahryar mengeksekusi istrinya dan bersumpah untuk tidak pernah lagi percaya pada wanita. Dalam kemarahan butanya, ia membuat keputusan kejam: setiap hari, ia akan menikahi seorang wanita baru, hanya untuk membunuhnya pada pagi harinya, memastikan mereka tidak pernah punya kesempatan untuk mengkhianatinya.
Maka, hari demi hari, satu demi satu wanita dibawa ke istana, dinikahi, dan dibunuh saat fajar menyingsing.
Setelah waktu yang cukup lama, ketakutan menyebar di seluruh kerajaan. Para orang tua menangis, keluarga merasa putus asa, dan tidak ada yang bisa menghentikan kebrutalan sang raja. Namun, di dalam kegelapan ini, muncul seorang wanita cerdas dan pemberani, Shahrazad, putri wazir kerajaan.
Shahrazad sangat terpelajar. Ia tahu sejarah, filsafat, puisi, dan berbagai kisah dari penjuru dunia. Lebih dari itu, ia memiliki hati yang penuh kasih sayang dan tekad kuat untuk mengakhiri kekejaman yang melanda negerinya. Meski wazir, ayahnya, mencoba membujuknya untuk tidak mendekati sang raja, Shahrazad tetap teguh dengan rencananya.
"Ayah, aku telah memutuskan. Aku akan menikahi Raja Shahryar," kata Shahrazad dengan tegas.
Wazir terkejut dan penuh kesedihan. "Anakku, apa yang kau katakan? Kau tahu apa yang akan terjadi. Raja akan menikahimu, dan esok hari, kau akan menemui ajalmu, seperti wanita-wanita lainnya!"
Shahrazad tersenyum lembut. "Ayah, percayalah padaku. Aku punya rencana, dan dengan izin Tuhan, aku akan menghentikan pertumpahan darah ini."
Setelah banyak debat dan air mata, wazir menyerah pada kehendak putrinya. Keesokan harinya, Shahrazad dibawa ke istana untuk menikahi Shahryar. Sebelum pergi, ia meminta satu hal dari ayahnya: membawa adik perempuannya, Dunyazad, bersamanya ke istana sebagai peneman. Wazir mengabulkan permintaan tersebut, meski hatinya penuh ketakutan.
Malam tiba, dan Shahrazad berbaring di tempat tidur di samping Shahryar, mengetahui bahwa mungkin ini adalah malam terakhirnya. Namun, ia tidak menunjukkan ketakutan. Sebaliknya, ia bersikap penuh percaya diri. Setelah beberapa saat hening, adiknya, Dunyazad, yang berada di kamar terdekat, memanggilnya, seperti yang telah direncanakan sebelumnya.
"Kakakku yang tercinta, sebelum kau pergi meninggalkanku selamanya, bisakah kau menceritakan sebuah kisah terakhir untuk menenangkan hatiku?" tanya Dunyazad.
Shahryar, yang sedikit terkejut dengan permintaan tersebut, mengizinkan Shahrazad untuk bercerita. “Baiklah,” katanya, penuh rasa ingin tahu, “ceritakanlah sebuah kisah.”
Shahrazad mulai berbicara, suaranya lembut namun tegas. “Maka, dengarkanlah, wahai raja yang mulia, kisah seorang pedagang dan jin.”
Kisah Pedagang dan Jin
Pada suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang sering bepergian jauh untuk berdagang, membawa barang-barangnya dari satu kota ke kota lain. Suatu hari, dalam perjalanannya melalui padang pasir yang gersang, ia merasa sangat lelah dan haus. Saat menemukan sebuah oasis kecil dengan pohon kurma yang rindang, ia berhenti untuk beristirahat.
Pedagang itu duduk di bawah pohon, mengeluarkan makanan dan minumannya, lalu memakan kurma segar yang ia bawa dari kota. Setelah selesai, ia tanpa sadar melemparkan biji kurma ke tanah. Namun, tak ada yang menduga bahwa biji itu jatuh tepat mengenai kepala seorang jin yang terperangkap di bawah tanah.
Tiba-tiba, dari tanah yang retak, muncul asap tebal dan hitam. Dari asap itu, muncullah sesosok jin besar dan mengerikan. Matanya menyala merah, tubuhnya tinggi menjulang, dengan taring panjang keluar dari mulutnya. Sang jin meraung penuh amarah. “Siapakah yang telah berani menyakitiku dengan melemparkan biji kurma ini? Aku akan membalas dendam dengan membunuhmu!”
Pedagang itu terkejut dan ketakutan. Ia jatuh tersungkur di tanah, memohon ampun. “Wahai jin yang agung, aku tak sengaja menyakitimu! Maafkanlah aku, aku tidak tahu bahwa kau ada di sini!”
Namun jin itu tidak mau mendengarkan. “Sudah terlalu lama aku terperangkap, dan hari ini, setelah ratusan tahun, aku bebas. Tapi kau telah menyakitiku, dan untuk itu, kau harus mati!”
Pedagang itu terus memohon. “Izinkan aku berpamitan dengan keluargaku, wahai jin. Aku akan kembali dan menyerahkan nyawaku padamu, tetapi berilah aku waktu untuk menyelesaikan urusanku.”
Jin itu, setelah beberapa pertimbangan, memberikan tenggat waktu kepada pedagang tersebut. Ia berjanji akan kembali tepat setahun kemudian untuk menyerahkan dirinya. Sang pedagang pun pergi dengan hati yang berat, memikirkan nasibnya.
Shahrazad dengan sengaja menghentikan kisahnya di sini, tepat saat fajar mulai menyingsing. “Namun, wahai raja yang mulia, matahari sudah terbit, dan aku harus berhenti bercerita. Jika paduka mengizinkan, aku akan melanjutkan kisah ini besok malam.”
Raja Shahryar, yang awalnya berniat membunuh Shahrazad, menjadi begitu penasaran dengan kelanjutan cerita pedagang dan jin. Ia menunda eksekusi Shahrazad hingga malam berikutnya, agar ia bisa mendengar sisa cerita tersebut.
Dengan begitu, Shahrazad berhasil menunda kematiannya untuk satu malam lagi. Melalui kecerdikan dan bakat bercerita, ia memulai misi panjangnya untuk menyelamatkan hidupnya dan menyembuhkan hati sang raja yang terluka.
Demikianlah akhir dari malam pertama Seribu Satu Malam.
Add new comment