SOLOK, SUMATERA BARAT – Serangan hewan buas kembali menggemparkan warga pedalaman. Kali ini, seorang pria bernama Aidil Fitri, warga Jorong Karang Putiah, Nagari Simanau, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, menjadi korban keganasan beruang liar saat tengah bekerja di kebunnya, Jumat (25/3/2025) siang.
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 14.30 WIB, saat Aidil sedang beraktivitas seperti biasa di kebun miliknya. Tanpa peringatan, seekor beruang besar tiba-tiba muncul dan langsung menyerang dirinya secara brutal.
“Korban diserang secara tiba-tiba oleh beruang yang cukup besar. Ia tidak sempat melawan, hanya bisa pasrah saat tubuhnya dicabik dan digigit,” terang Yusrial Dani Putra, Ketua Pemuda Nagari Simanau, saat dikonfirmasi, Sabtu (29/3/2025).
Beruntung, Aidil tidak sendirian di kebun. Salah seorang rekannya yang berada tak jauh dari lokasi langsung datang menyelamatkan. Dengan alat seadanya, ia mencoba mengusir beruang hingga akhirnya hewan buas itu kabur meninggalkan Aidil yang sudah bersimbah darah.
Korban kemudian dievakuasi ke Puskesmas Batu Bajanjang, Kecamatan Tigo Lurah, untuk mendapat pertolongan pertama. Namun karena pendarahan hebat, sekitar pukul 19.00 WIB korban dirujuk ke RSUD Dr. M. Natsir, Kota Solok, untuk perawatan intensif.

“Korban alami luka berat di wajah, terutama bagian hidung, juga luka di tangan dan kaki. Saat ini masih menjalani perawatan intensif,” jelas Dani.
Kejadian yang menimpa Aidil Fitri bukan kasus tunggal. Konflik antara manusia dan beruang liar juga sering terjadi di wilayah Sumatera, terutama yang masih memiliki hutan lebat namun mulai terdesak oleh aktivitas manusia.
Di Provinsi Jambi, sejumlah kasus serangan beruang juga tercatat dalam setahun terakhir. Pada Juni 2024, seorang pria di Desa Air Liki Baru, Kabupaten Merangin, menjadi korban serangan saat sedang bekerja di kebun. Ia mengalami luka berat dan patah tulang, dan harus dirawat di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Sebelumnya, pada Maret 2024, seorang nenek di Desa Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, diserang saat menyadap karet. Korban mengalami luka parah di bagian wajah dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian berulang ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan pemangku kepentingan konservasi untuk bertindak lebih serius. Selain karena habitat beruang semakin menyempit, interaksi satwa buas dan manusia dipicu oleh perambahan hutan dan krisis ekosistem.
"Kalau ini dibiarkan, korban jiwa akan terus bertambah. Dibutuhkan pemetaan zona rawan konflik satwa dan edukasi menyeluruh kepada masyarakat di daerah pinggir hutan," ujar seorang pegiat konservasi dari Forum Lingkungan Jambi.
Hingga saat ini, Aidil Fitri masih menjalani perawatan intensif. Warga di sekitar Nagari Simanau kini dihantui rasa takut. Aktivitas ke kebun mulai berkurang, sebagian warga bahkan memilih tidak keluar rumah kecuali dalam kelompok besar.
Pemerintah setempat diminta segera berkoordinasi dengan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) untuk melakukan evakuasi atau penghalauan beruang yang masih berkeliaran di sekitar pemukiman warga.(*)
Add new comment