Tak banyak pemimpin yang bisa merancang daerahnya seperti seorang arsitek membangun kota dari kertas kosong. Tapi Al Haris, Gubernur Jambi dua periode, telah membuktikan bahwa visi bisa dituangkan dalam sketsa, dan sketsa bisa menjadi jalan, jembatan, sekolah, sawah, dan harapan.
Ia bukan datang dari elite ibukota. Ia memulai karier dari golongan I ASN, menjadi Lurah, lalu dua periode menjadi Bupati Merangin, sebelum akhirnya dipercaya dua kali memimpin Provinsi Jambi.
Al Haris bukan pemimpi yang bicara tinggi, tapi arsitek pembangunan—dengan cetak biru yang dibangun dari pengalaman hidup dan kerja nyata.
Dan pagi itu, Rabu 21 Mei 2025, di forum Musrenbang 2025-2029, yang berlangsung di Swiss-Belhotel Jambi, ia membentangkan lagi cetak biru itu — di hadapan Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya, para Bupati, kepala OPD, Tenaga Ahli Gubernur (TAG) dan para perencana pembangunan dari seluruh penjuru Jambi.
Bila Elon Musk disebut arsitek Tesla karena menyatukan gagasan futuristik dan kecepatan eksekusi, maka Al Haris adalah arsitek Jambi, yang menyatukan akar budaya lokal, sistem birokrasi yang disiplin, dan ide-ide cemerlang tentang keadilan pembangunan.
Ia merancang wilayah, menyulam kebijakan sosial, menyatukan sektor, dan menanam mimpi jangka panjang yang bisa diwariskan ke pemimpin berikutnya.
“Kami ingin pembangunan Jambi itu seperti desain arsitektur, terukur, punya fondasi, dan menyentuh sisi keindahan hidup rakyat,” kata Al Haris dalam sambutannya yang hangat, Rabu pagi itu.
Selama dua periode di kursi Gubernur, Al Haris tak hanya mengelola APBD. Ia menyusun sistem. Dan sistem itu kini dituangkan dalam 12 Program Prioritas, di bawah naungan besar: PRO-JAMBI (Program Jaringan Majukan Jambi).
Dalam 40 slide yang ditampilkan Al Haris, tak satu pun berisi jargon kosong. Ada kerangka visi besar: “Jambi Mantap Berdaya Saing dan Berkelanjutan Tahun 2029”, dengan turunan misi yang konkret.
PRO-JAMBI (Program Jaringan Majukan Jambi) menjadi pilar utama dari strategi pembangunan daerah itu. Gagasan itu dibagi menjadi lima klaster program, yakni:
- PRO-JAMBI Sehat (Jaminan Kesehatan, Bantuan Gizi, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
- PRO-JAMBI Cerdas (Beasiswa, Pendidikan Vokasi, Bantuan Siswa Miskin)
- PRO-JAMBI Tangguh (Kredit 2% Petani, Bedah Rumah, Life Skill Milenial, UMKM)
- PRO-JAMBI Responsif (Desa Bersinar, Bantuan Disabilitas, Babinsa, Pengaduan “Lapor Wak Dul”)
- PRO-JAMBI Agamis (1 Desa 1 Hafiz, Insentif Guru Ngaji, Bantuan Umrah, Diniyah)
Program ini menempatkan manusia sebagai inti pembangunan, bukan sekadar statistik ekonomi.
Lalu, dalam rancangan Al Haris, ada namanya koridor SENTUSA (Sengeti-Tungkal-Sabak). Al Haris menjelaskan SENTUSA akan diproyeksikan sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi baru. Ia dikoneksikan dengan Ring Road Baru Ma. Jambi–Batanghari–Kota Jambi dan Jalan Layang Pal X.
Tujuannya, sebagai solusi mobilitas jangka panjang.
Begitu pula pengembangan kawasan strategis lainnya. Seperti, Ujung Jabung sebagai simpul logistik pelabuhan. Geopark Merangin, Danau Kerinci, dan Candi Muaro Jambi sebagai wisata unggulan berbasis sejarah dan lingkungan.
"Tak banyak yang tahu Jambi punya geopark berusai 200 hingga 300 juta tahun. Letaknya di Merangin. Ini ikon dan kebanggaan kita. Nanti akan banyak wisatawan terbang ke sini," bebernya.
Infrastruktur ini tak dibangun untuk headline. Tapi untuk masa depan yang terstruktur. Tak banyak pemimpin yang bisa menjelaskan angka makro ekonomi sekaligus mengutip ayat Qur’an dan menyebut guru ngaji dalam satu kalimat kebijakan. Tapi Al Haris melakukannya.
Ia memadukan ketekunan birokrasi, ketegasan teknokrat, dan kelembutan budaya Melayu Jambi dalam satu gaya kepemimpinan yang langka. Ia adalah teknolog pembangunan yang tetap mengakar.
Ia tak hanya membangun jalan dan gedung, tapi juga membangun nilai dan rasa. Layaknya arsitek hebat, Al Haris tentu tak bisa bekerja sendiri. Untuk mengeksekusi detil gagasan besar itu, ia membutuhkan tim yang solid, kuat, dan cerdas. Karena dalam dunia pembangunan, ide besar hanya akan berarti jika ditopang oleh sistem pelaksana yang mampu menjaga arah dan mutu. Tanpa itu, visi hanya akan tinggal janji.
"Mari kita solid, kolaborasi. Saatnya berlari...,"tegas Al Haris di hadapan para OPD.
Karena itu, tak berlebihan kalau...suatu saat nanti....jika Indonesia membutuhkan Menteri Pembangunan Daerah, Menteri Sosial, atau bahkan Menteri Dalam Negeri dari putra Jambi, maka Al Haris, mungkin, adalah profil yang cocok dengan bekal integritas dan kapasitasnya itu.
Sebagaimana ditegaskan Presiden Prabowo, bahwa masa depan Indonesia tak bisa dibangun hanya dengan pidato. Ia butuh arsitek. Dan Al Haris, telah membuktikan bahwa ia tahu caranya membangun dari pondasi hingga atap.
“Apa yang dirancang Al Haris adalah integrasi teknokratik dan nilai-nilai lokal yang sangat langka di kalangan kepala daerah,” ujar Arya Bima, Wamendagri, seusai forum berlangsung.
Di tengah euforia proyek infrastruktur, misalnya, Al Haris tetap menyeimbangkannya dengan pembangunan karakter dan spiritualitas masyarakat. Program 1 Desa 1 Hafiz Qur’an, insentif guru ngaji, dukungan ke pesantren, hingga penguatan layanan kesehatan primer adalah bukti bahwa kesejahteraan bukan hanya soal angka, tapi juga soal nilai.
Inilah jenis pemimpin yang paham bahwa pembangunan harus menyentuh akal dan nurani. Tak banyak pejabat yang bisa merancang roadmap 5 tahun ke depan, disusun lintas sektor dan wilayah, dengan peta kawasan dari hulu ke hilir. Tapi Al Haris melakukannya—tanpa banyak gimik, tanpa panggung politik nasional, cekrak-cekrek, layaknya "Gubernur konten" itu.
Ia orang yang membangun sistem. Dan sistem yang ia bangun kini mulai menarik perhatian pusat. Bima Arya mengakui itu. Mungkin Jakarta belum mengenal betul siapa Al Haris. Tapi rakyat Jambi sudah melihat hasilnya. Di samping banyak kelemahannya, tapi, kita harus jujur bahwa Al Haris adalah sosok pemimpin yang bekerja dalam senyap.
Musrenbang 2025 bukan klimaks. Ia adalah prolog dari babak baru pembangunan Jambi. Cetak biru telah disiapkan. Jalur telah dibuka. Sekarang tinggal bagaimana seluruh elemen mewujudkannya.(*)
Add new comment