Krisis Kemarau Panjang: Warga Tebo Ilir Memohon Hujan Lewat Sholat Istisqa

WIB
Ilustrasi Jambi Link

Tebo Ilir – Kekeringan yang melanda Tebo Ilir akibat kemarau panjang membuat warga setempat beralih ke langit, memohon belas kasih Tuhan melalui Sholat Istisqa. Dilaksanakan di Lapangan Mapolsek Tebo Ilir pada Kamis, 1 Agustus 2024, pukul 07.30 WIB, acara ini menjadi manifestasi kepasrahan sekaligus protes terhadap kondisi alam yang kian kritis.

Acara tersebut menghadirkan pejabat dan tokoh masyarakat, termasuk Camat Tebo Ilir Ahmad Fuad, M.Pd., Kapolsek Tebo Ilir Iptu Winarno, SH, MH, serta Danramil Tebo Ilir Kapten Inf Adrial Nursal. Tak ketinggalan, para siswa dari berbagai sekolah di kecamatan turut hadir, menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap bencana ini merasuk hingga ke generasi muda.

Camat Tebo Ilir, Ahmad Fuad, dalam sambutannya, menggambarkan kegiatan Sholat Istisqa ini sebagai upaya terakhir dalam menghadapi dampak kemarau panjang yang menghantam 11 desa dan satu kelurahan di wilayahnya. “Kami berharap hujan segera turun, mengatasi kekeringan yang memicu keresahan masyarakat akibat karhutla yang meluas di Jambi, terutama Tebo,” kata Ahmad Fuad.

Namun, di balik doa dan harapan, terselip pesan tajam mengenai perlunya introspeksi terhadap perlakuan manusia terhadap lingkungan. Khotib, H. Sanusi, S.Ag., dalam khotbahnya, menekankan bahwa kemarau ini bukan semata soal cuaca, melainkan peringatan keras terhadap praktik merusak alam yang sudah berlangsung lama.

H. Sanusi mengingatkan umat bahwa merusak lingkungan merupakan dosa yang berdampak langsung pada kehidupan manusia. “Kerusakan yang kita lihat ini adalah akibat dari ulah kita sendiri. Allah SWT melarang perbuatan ini, dan kita harus bertobat serta menjaga alam yang telah kita rusak,” tegas Sanusi.

Ia menambahkan bahwa manusia harus berhenti memandang bumi hanya sebagai sumber daya untuk dieksploitasi. “Ini saatnya kita introspeksi, berhenti merusak, dan mulai merawat lingkungan kita sebagai bentuk ibadah dan tanggung jawab moral,” tambahnya.

Acara yang berlangsung hingga pukul 09.00 WIB ini diakhiri dengan rasa harap sekaligus kesadaran bahwa tindakan nyata harus segera diambil untuk memulihkan lingkungan. Warga Tebo Ilir berharap agar pemerintah dan semua pihak terkait bergerak cepat dalam menangani dampak kemarau dan kebakaran hutan yang terus membayangi.

Sholat Istisqa ini bukan sekadar ritual memohon hujan, tetapi juga pengingat bahwa bencana alam tidak hanya perlu dihadapi dengan doa, tetapi juga dengan tindakan konkret yang dimulai dari perubahan perilaku manusia terhadap lingkungan. Masyarakat kini menunggu apakah doa-doa mereka akan dijawab dan berharap bahwa kali ini, pesan dari alam akan didengar dan ditindaklanjuti dengan serius

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network