JAKARTA - Filantrop terkemuka dunia, Bill Gates, memberikan pandangannya yang tegas terkait program makan bergizi gratis yang menjadi janji politik andalan Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dalam wawancara eksklusifnya di Mata Najwa, Bill Gates secara lugas menyatakan bahwa prioritas utama untuk mengatasi stunting seharusnya dimulai jauh lebih awal, yakni sejak 1.000 hari pertama kehidupan, bukan hanya di sekolah.
Wawancara yang ditayangkan pada Minggu (13/10/2025) ini menjadi sorotan karena menyoroti berbagai isu kesehatan global, termasuk peran Indonesia. Gates mengakui ambisi besar di balik program makan bergizi gratis Prabowo untuk kesehatan anak], namun ia memberikan "sentilan" penting.
"Jujur saja, kunci untuk nutrisi sebenarnya sangat awal dalam hidup," kata Bill Gates.
Ia menekankan pentingnya memastikan ibu hamil tercukupi gizinya bahkan sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan pada tahun pertama kehidupan anak.
"Jadi dengan sumber daya terbatas, itu (1.000 hari pertama) seharusnya mutlak menjadi prioritas," tambahnya.
Jawaban Bill Gates ini seolah menampar kebijakan yang mengalokasikan triliunan anggaran untuk makan gratis di sekolah. Menurutnya, stunting tidak bisa dilawan hanya dengan makan gratis di sekolah. Ini memicu perdebatan publik apakah arah kebijakan dan alokasi anggaran Indonesia sudah tepat sasaran.
Selain program gizi, Bill Gates juga menyoroti kondisi global yang mengkhawatirkan. Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, angka kematian anak di dunia justru meningkat. Gates menyerukan agar negara-negara kaya mempertahankan dukungan pendanaan untuk kesehatan global.
"Kami ingin melihat kedermawanan yang kita miliki, yang sekitar 1% dari anggaran negara kaya, kami ingin itu dipertahankan," ungkapnya.
Wawancara juga membahas kontroversi uji klinis vaksin TBC yang sebagian dilakukan di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi pembunuh lebih dari 1 juta orang per tahun di dunia, dengan 134.000 di antaranya berasal dari Indonesia.
Bill Gates dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang turut berbicara, menepis tudingan teori konspirasi bahwa uji klinis ini menjadikan Indonesia sebagai 'kelinci percobaan' atau Gates Foundation mencari untung.
"Tidak ada yang menghasilkan uang dari vaksin ini. Ini murni untuk membantu orang miskin," tegas Bill Gates. Ia menambahkan bahwa uji klinis dilakukan dengan standar keamanan tertinggi dan diawasi regulator dunia seperti USFDA.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa TBC adalah penyakit menular yang mematikan, dan vaksinasi adalah kunci untuk menghentikannya, seperti COVID-19. Indonesia tidak masuk dalam uji coba vaksin TBC sebelumnya, padahal jika masuk, bisa memastikan kesesuaian vaksin dan mendapatkannya lebih dini.
"Ini penyakit negara miskin, jadi enggak ada orang negara maju yang meninggal karena TBC, makanya pendanaannya enggak pernah cukup," jelas Budi Gunadi Sadikin.
Bill Gates dan Budi Gunadi Sadikin juga menyentil soal kemandirian finansial negara berkembang dalam bidang kesehatan. Gates Foundation dan Welcome Trust telah mendonasikan lebih dari $550 juta untuk pengembangan vaksin TBC]. Indonesia sendiri menerima hibah $150 juta untuk riset dan uji klinis. Namun, Bill Gates menekankan bahwa filantropi tidak bisa selamanya menopang dunia.
"Puluhan tahun kita sudah jadi penerima bantuan kesehatan global, kini saatnya negeri ini belajar berdiri sendiri, membangun sistem yang mandiri dan berkelanjutan," tegas Budi Gunadi Sadikin.
Ia mengilustrasikan, seperti anak yang tidak bisa terus menerus diberi uang hingga dewasa.
Indonesia diharapkan bisa menjadi produsen solusi global, bukan hanya penerima bantuan, seperti keberhasilan Biofarma dalam memproduksi vaksin polio yang digunakan di 42 negara.
Pada akhir wawancara, Bill Gates menerima penghargaan "First Class Star of Service" dari Presiden Prabowo Subianto, dekorasi tertinggi Indonesia untuk warga negara asing, sebagai pengakuan atas kolaborasi dan kontribusinya dalam kesehatan global.(*)
Add new comment