Wakil Gubernur Jambi, Drs. H. Abdullah Sani, M.Pd.I, secara resmi membuka Seminar Nasional “Kedigdayaan Melayu Jambi Sebagai Penguatan Arah Pembangunan Nasional”, Sabtu (8/11/2025).
Dalam acara yang berlangsung di Museum Svarnadvipa KCBN Muaro Jambi, Wagub Sani didapuk untuk membuka acara sekaligus membacakan sambutan tertulis dari Gubernur Jambi, Dr. H. Al Haris, S.Sos, MH.
Melalui sambutan yang dibacakan Wagub, Gubernur Al Haris menyampaikan apresiasi tinggi kepada Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Jambi yang telah memprakarsai seminar strategis tersebut.
Gubernur Al Haris, dalam teks pidatonya, menegaskan bahwa tema yang diusung bukan sekadar untuk mengenang kejayaan masa lalu.
"Kedigdayaan Melayu Jambi bukan sekadar mengenang kejayaan masa lalu, tetapi juga sebuah upaya reflektif untuk menegaskan kembali bahwa nilai-nilai budaya dan adat Melayu merupakan pilar penting dalam membangun arah pembangunan nasional yang berkarakter, beradab, dan berkelanjutan," demikian isi sambutan Gubernur.
Sambutan tersebut juga memaparkan bagaimana sejarah peradaban Melayu Jambi telah tercatat dalam naskah-naskah kuno sejak abad ke-7 Masehi, yang menyebut Jambi sebagai "pusat pelayaran dan perdagangan dunia" sekaligus "pintu gerbang peradaban Nusantara".
Lebih jauh, Gubernur Al Haris menekankan bahwa pembangunan tidak hanya dimaknai sebagai pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi juga harus berlandaskan "nilai-nilai budaya, moral, dan spiritual".
Ia optimis kearifan lokal Melayu Jambi dapat menjadi sumber inspirasi untuk memperkuat good governance dan memperkaya visi pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.
"Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menanamkan nilai-nilai luhur budaya Melayu dalam kehidupan sehari-hari. Pelestarian budaya harus menjadi gerakan kolektif dan berkesinambungan," ujar Wagub Sani, membacakan pesan Gubernur.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi materi yang menghadirkan sejumlah narasumber utama, termasuk Direktur Kepercayaan dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi, S.H.M.M, serta pakar arkeologi Prof. Dr. Agus Aris Munandar dari Universitas Indonesia.(*)
Add new comment