Jambi - Tenaga Ahli (TAG) Gubernur Jambi Bidang Pariwisata, Thamrin B. Bachri, melontarkan 'warning' keras bagi dunia usaha. Eks Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenpar periode 2003-2008 ini menyebut ada dua 'penyakit' yang bisa menghancurkan industri pariwisata.
"Kombinasi yang akan menghancurkan pariwisata adalah MATERIALISM plus SHORT-TERMISM (Materialisme plus berpikir jangka pendek)," tegas Thamrin.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara utama dalam "Rapat Optimalisasi Penyelenggaraan CSR/TJSLBU di Provinsi Jambi" di Ruang Rapat PSDA Bappeda Jambi, Rabu (5/11/2025).
Menurut Thamrin, di era sekarang, perusahaan tidak bisa lagi lari dari tanggung jawab sosial (CSR). Era CSR yang hanya dianggap sebagai filantropi atau sumbangan amal sudah berakhir.
Thamrin, yang juga Senior Advisor Indonesia Tourism Support , menegaskan bahwa CSR telah berevolusi menjadi bagian integral dari strategi bisnis.
"CSR bukan lagi sekadar 'Nice To Have' (Bagus jika ada), melainkan sudah menjadi 'Need To Have' (Sebuah keharusan)," paparnya.
Ia juga mengingatkan perusahaan untuk tidak terjebak dalam praktik 'Greenwashing', atau pencitraan seolah-olah peduli lingkungan dan sosial namun praktiknya nihil. Menurutnya, CSR harus transparan dan akuntabel.
Thamrin membeberkan, CSR yang dijalankan dengan benar bukan sekadar 'buang uang'. Manfaatnya bagi perusahaan sangat besar, di antaranya Meningkatkan Citra Publik & Reputasi Merek. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan & Penjualan. Membantu menarik talenta terbaik & investor. Dan Berfungsi sebagai 'penyangga' atau 'cadangan niat baik' saat perusahaan menghadapi krisis.
Dalam konteks Jambi, Thamrin mendorong dana CSR/TJSLBU perusahaan dialokasikan untuk urusan kebudayaan dan kepariwisataan.
Menurutnya, CSR di sektor pariwisata berarti perusahaan berkomitmen bertindak etis, berkelanjutan, dan bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan, sosial-budaya, serta ekonomi.
Bentuknya bisa beragam, mulai dari "Konservasi Warisan Budaya" (Heritage Conservation) , "Dukungan untuk Kesenian" (Support for the arts) , "Promosi Keragaman Budaya" (Promoting Cultural Diversity) , hingga "Mendukung Acara Pariwisata" (Support for the Tourism Events).
Ia menyimpulkan bahwa CSR dapat menjadi katalisator untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, sosial, dan ekologi. "Kita Memasuki Era CSR (We Are Entering The Age Of CSR)," pungkasnya.(*)
Add new comment