Nelayan Desa Tungkal Satu: Menjaga Mangrove, Menuai Hasil

WIB
Ilustrasi Jambi Link

Di Desa Tungkal Satu, nelayan tak perlu lagi melaut jauh ke tengah laut. Sungai-sungai sekitar hutan mangrove kini menjadi tempat mereka memasang jaring dan jala. Hasil tangkapan melimpah, berkat upaya menjaga ekosistem mangrove yang mereka lakukan bersama. Desa ini, yang penduduknya mayoritas bekerja sebagai nelayan dan petani, sangat bergantung pada ekosistem mangrove.

Ekosistem ini menjadi penopang hidup mereka. Jika rusak, hasil tangkapan ikan menurun drastis, kebun-kebun terancam terendam air laut, dan panen bisa gagal. Menghadapi ancaman ini, masyarakat Desa Tungkal Satu bergerak. Mereka memulihkan lingkungan melalui pembibitan dan penanaman mangrove di kawasan Hutan Mangrove Pangkal Babu. Inisiatif ini muncul dari kesadaran masyarakat, dilakukan secara urunan dan gotong royong.

"Masyarakat menjaga kawasan mangrove agar kebun tidak terendam air laut. Tanpa hutan mangrove, air bisa sampai ke desa dan merendam kebun," ujar Ambo Angka, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Bakau Lestari, dalam keterangan resmi yang dikeluarkan oleh KKI Warsi.

Mangrove bukan hanya benteng penahan air laut. Hutan ini juga menjadi rumah bagi ikan, kepiting, dan udang. Masyarakat sadar, tanpa mangrove, habitat sumber kehidupan mereka akan punah. "Kalau tidak ada hutan mangrove, kita harus melaut jauh. Sementara kemampuan kita hanya nelayan pesisir," lanjut Ambo. Kesadaran ini menumbuhkan semangat mereka untuk memulihkan mangrove.

Masyarakat rutin melakukan pembibitan mangrove. Bibit-bibit tersebut ditanam untuk memperkuat hutan agar tahan terhadap terjangan air laut. Beruntung, inisiatif ini mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk penggiat lingkungan yang menggelar aksi penanaman bersama. "Beruntung upaya kami didukung banyak pihak. Bibit kami dibeli dan ditanam di hutan. Hasil penjualannya digunakan lagi untuk kegiatan pembibitan," jelas Ambo.

Kegiatan penanaman mangrove yang rutin ini menginspirasi KKI Warsi, lembaga pendamping masyarakat di Desa Tungkal Satu, untuk mengembangkan program baby tree dengan dukungan Jejak.in. Program ini tidak hanya menanam, tapi juga merawat tanaman mangrove.

Mangrove adalah ekosistem pesisir yang penting. Tidak hanya menjadi habitat bagi berbagai spesies laut dan burung, tetapi juga memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dan melindungi garis pantai dari abrasi. Provinsi Jambi memiliki luas hutan mangrove sekitar 11.779 hektar, menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023.

Meski luasnya kecil dibandingkan hutan daratan, hutan mangrove menyimpan cadangan karbon yang besar. Mangrove menyerap karbon dioksida dari atmosfer lebih efektif dibandingkan hutan daratan, membantu mengurangi efek rumah kaca dan perubahan iklim global.

Upaya masyarakat Desa Tungkal Satu dalam menjaga dan memulihkan mangrove adalah contoh nyata dari bagaimana inisiatif lokal dapat membawa dampak besar. Dengan menjaga mangrove, mereka tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga memastikan keberlanjutan sumber penghidupan mereka. Semangat gotong royong dan kesadaran lingkungan yang tinggi menjadi kunci keberhasilan mereka.

Inisiatif ini menunjukkan pentingnya dukungan berbagai pihak dalam upaya konservasi lingkungan di tingkat lokal. Keberhasilan masyarakat Desa Tungkal Satu adalah inspirasi bagi kita semua. Dengan kerja keras dan kebersamaan, kita bisa menjaga alam dan memanen keberkahan darinya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network