Jambi – Di bawah sinar matahari yang menyelimuti Markas Yonif 142/KJ, Jambi Timur, pada Rabu pagi, Brigjen TNI Heri Purwanto, Komandan Korem (Danrem) 042/Garuda Putih, berdiri di depan barisan prajurit. Suaranya yang tegas dan berwibawa menembus keheningan, menyampaikan pesan mendalam tentang tugas, tanggung jawab, dan kehormatan. Ini bukan sekadar pengarahan rutin. Bagi para prajurit, momen ini adalah penyegaran nilai-nilai dasar pengabdian.
“Melaksanakan tugas operasi adalah kehormatan dan kebanggaan bagi seorang prajurit,” ujar Brigjen Heri. Kalimat itu seperti mantra, mengingatkan prajurit bahwa seragam yang mereka kenakan adalah simbol kepercayaan negara.
Dalam pengarahan yang berlangsung di Jalan Yos Sudarso, Paal 2 Kasang, Brigjen Heri merumuskan empat pilar utama yang ia yakini sebagai fondasi keberhasilan setiap prajurit: kehormatan tugas, kepedulian, kekompakan, dan latihan berkelanjutan. Pilar-pilar itu, katanya, adalah kunci untuk menjalankan misi apa pun, baik dalam operasi militer perang maupun operasi militer selain perang.
“Setiap tugas, sekecil apa pun, adalah wujud kepercayaan negara kepada kalian,” katanya. Tidak ada tugas yang terlalu kecil atau remeh. Bagi Brigjen Heri, setiap misi adalah kesempatan untuk menunjukkan pengabdian terbaik.
Ia melanjutkan dengan menekankan pentingnya kepedulian. “Mulailah peduli dari hal-hal kecil: peduli pada diri sendiri, rekan, satuan, dan lingkungan sekitar.” Kepedulian, menurutnya, akan memupuk rasa ingin tahu yang berujung pada pelaksanaan tugas yang lebih efektif.
Dalam operasi, kekompakan adalah kunci. Brigjen Heri menegaskan bahwa kebersamaan di antara prajurit tidak hanya memperkuat ikatan satuan, tetapi juga menjadi perisai dalam menghadapi tekanan di medan tugas.
Dan akhirnya, ia mengingatkan bahwa seorang prajurit sejati tidak pernah berhenti berlatih. “Kita prajurit dididik dan dilatih untuk menjadi prajurit yang siap tempur,” tegasnya. Dalam dunia militer, hanya mereka yang terlatih yang mendapat kehormatan menjalankan operasi militer perang.
Namun, pengarahan ini bukan hanya soal prosedur militer. Bagi Brigjen Heri, ini adalah momen untuk menyalakan kembali semangat para prajurit. Ia memahami bahwa tugas berat tidak hanya membutuhkan fisik yang kuat, tetapi juga mental yang tangguh.
Dengan suara yang tenang namun penuh determinasi, ia menutup pengarahannya: “Berikan pengabdian terbaik dalam setiap pelaksanaan tugas. Negara hadir melalui kalian, dan masyarakat menaruh harapan besar di pundak kalian.”
Di markas Yonif 142/KJ pagi itu, tidak ada tepuk tangan meriah atau sorak-sorai. Namun, dalam diam, para prajurit tahu bahwa pesan Brigjen Heri adalah sesuatu yang akan mereka bawa ke lapangan, melekat dalam setiap langkah mereka. Di balik seragam hijau mereka, ada tekad untuk menjaga kehormatan tugas, peduli pada lingkungan, solid dalam kebersamaan, dan terus melatih diri—karena bagi mereka, menjadi prajurit bukan hanya soal perang, tetapi juga soal pengabdian tanpa batas.(*)
Add new comment