Presiden dan Revolusi Pendidikan Digital: Dari Satu Layar Menuju Cakrawala Ilmu yang Tak Terbatas

WIB
IST

" Mimpi anak bangsa untuk belajar, berinovasi, dan menatap masa depan gemilang.”

Oleh :

Dr. FAHMI RASID
PUSDIKLAT LAM PROVINSI JAMBI

ADA YANG BERBEDA, dalam wajah pendidikan Indonesia hari ini. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan zaman, perhatian Presiden terhadap dunia pendidikan kembali memberi harapan baru sebuah harapan yang tidak hanya berupa janji, tetapi hadir nyata dalam bentuk tindakan dan inovasi. Salah satu wujudnya adalah pemberian satu unit televisi digital untuk setiap sekolah di tahun ini. Bukan sekadar perangkat elektronik, melainkan jendela baru bagi anak-anak bangsa untuk belajar secara lebih luas, interaktif, dan menyenangkan.

Langkah ini menjadi simbol nyata bahwa pendidikan hari ini harus beradaptasi dengan teknologi, bukan sekadar mengikuti arus, tapi memanfaatkannya sebagai kekuatan baru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Televisi digital di sekolah bukan hanya alat tayang, tetapi ruang belajar baru tempat siswa mengenal dunia melalui visual, suara, dan pengalaman nyata.

Bayangkan, dari satu layar, anak-anak bisa menyaksikan proses pembuatan film animasi, mengenal tata surya dalam simulasi 3D, hingga mengikuti pembelajaran interaktif dari guru-guru hebat di berbagai penjuru negeri. Dunia menjadi dekat, ilmu menjadi hidup. Itulah arah baru pendidikan yang sedang dibangun: belajar tidak lagi dibatasi dinding kelas, tetapi meluas seluas langit pengetahuan.

Dari Satu Menjadi Empat, dan Terus Bertambah

Presiden tidak berhenti pada langkah awal. Tahun depan, komitmen itu akan ditingkatkan menjadi tiga tambahan layar digital untuk sekolah, sehingga totalnya menjadi empat. Sementara pada tahun 2027, ditargetkan akan bertambah lagi dua unit, menjadikan enam perangkat digital pembelajaran dalam satu sekolah.

Inilah bentuk keberlanjutan yang jarang terjadi di masa lalu kebijakan yang berproses, bertumbuh, dan memperhatikan kebutuhan riil di lapangan. Dengan enam perangkat, artinya setiap sudut sekolah akan memiliki ruang belajar digital yang lebih luas. Satu layar di ruang kelas, satu di laboratorium, satu di perpustakaan, satu di ruang seni, dan seterusnya.

Anak-anak kita akan belajar membuat animasi, mengedit video, memahami coding dasar, dan menyaksikan hasil karya mereka sendiri tampil di layar sekolah. Betapa luar biasanya pengalaman belajar semacam itu belajar bukan lagi hanya tentang menghafal, tapi mencipta dan berinovasi.

Teknologi sebagai Sarana Pemberdayaan, Bukan Pengganti Guru

Kehadiran televisi digital dan sarana pembelajaran modern bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan memperkuatnya. Guru tetaplah pelita utama dalam pendidikan. Teknologi hanya memperluas cahaya itu agar menjangkau lebih banyak ruang dan jiwa anak didik.

Presiden tampak sangat memahami hal ini. Oleh karena itu, program digitalisasi pendidikan berjalan seiring dengan penguatan kompetensi guru, terutama melalui program Merdeka Belajar Gemilang (MBG).

Program MBG bukan hanya tentang kurikulum fleksibel, tetapi juga pendekatan kreatif yang menumbuhkan karakter, kemandirian, dan kemampuan berpikir kritis. Dalam semangat MBG, setiap anak diberikan kebebasan untuk memilih cara belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dan di sinilah peran perangkat digital seperti televisi, tablet, dan laboratorium multimedia menjadi sangat penting karena mereka membuka ruang belajar tanpa batas.

Pendidikan yang Relevan dengan Zaman

Kita sedang hidup di era di mana anak-anak tidak hanya dituntut untuk pintar, tetapi juga adaptif dan kreatif. Dunia kerja masa depan tidak lagi mengandalkan hafalan, tetapi kemampuan berpikir, berkolaborasi, dan berinovasi.

Melalui kebijakan pendidikan digital dan program MBG, Presiden sesungguhnya sedang menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 generasi yang bukan hanya melek teknologi, tetapi mampu memanfaatkannya untuk menciptakan nilai tambah.

Sebuah sekolah dengan enam layar digital bukanlah sekadar tempat belajar, tetapi laboratorium ide, tempat anak-anak berani bermimpi dan bereksperimen. Mereka bisa membuat film pendek, membuat animasi lokal dengan kearifan budaya daerah, atau menampilkan hasil riset kecil mereka kepada teman-teman satu sekolah.

Inilah revolusi pendidikan yang sesungguhnya: membangun kecerdasan yang hidup, bukan sekadar mengajar isi buku.

Dari Sekolah ke Masyarakat: Efek Berganda Pendidikan Digital

Dampak program ini tidak hanya dirasakan oleh murid, tetapi juga oleh guru dan masyarakat sekitar. Sekolah yang dilengkapi sarana digital bisa menjadi pusat literasi teknologi bagi warga sekitar. Masyarakat bisa ikut belajar , mulai dari pelatihan membuat konten edukatif, memahami penggunaan media sosial secara positif, hingga menonton siaran edukatif bersama.

Bayangkan, di desa-desa yang dulu hanya memiliki papan tulis dan kapur, kini anak-anak dapat menonton simulasi sains dan sejarah dunia melalui tayangan edukatif berkualitas tinggi. Sementara di perkotaan, pembelajaran bisa disiarkan langsung dan dibagikan antar sekolah.

Inilah wajah baru pemerataan pendidikan yang sejati: bukan sekadar jumlah sekolah yang banyak, tetapi kesetaraan kualitas pembelajaran di setiap sekolah.

Presiden yang Membangun Masa Depan dari Ruang Kelas

Langkah Presiden menyalakan “layar pengetahuan” di setiap sekolah sesungguhnya adalah simbol komitmen jangka panjang terhadap pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan bukan proyek satu tahun, melainkan investasi berjangka panjang untuk peradaban.

Setiap unit televisi digital yang masuk ke sekolah bukan sekadar alat bantu, tapi benih masa depan. Dari layar itu, anak-anak bisa melihat dunia, mengenal teknologi, dan bercita-cita lebih tinggi.

Dan ketika jumlahnya meningkat menjadi enam pada 2027, maka lengkaplah fondasi transformasi pendidikan digital di Indonesia sebuah sistem belajar yang dinamis, merata, dan memberdayakan.

Pendidikan tidak lagi ketinggalan zaman, tetapi menjadi pelopor perubahan.

Cahaya dari Layar yang Menyinari Masa Depan

Perhatian Presiden terhadap dunia pendidikan tidak hanya menggugah rasa syukur, tetapi juga menumbuhkan optimisme. Kita menyaksikan bagaimana langkah kecil satu layar di satu sekolah bisa melahirkan gelombang perubahan besar.

Program MBG hadir melengkapi, memastikan setiap langkah pembaruan tidak kehilangan arah nilai. Bahwa pendidikan bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang kemanusiaan.

Dan kini, anak-anak Indonesia tidak lagi hanya menjadi penonton dunia, tetapi menjadi bagian dari mereka yang membentuknya. Dari satu layar kecil, akan lahir ribuan pandangan luas. Dari satu kebijakan bijak, akan tumbuh jutaan impian besar.

Inilah Indonesia yang sedang dibangun: negeri yang mencerdaskan, beradab, dan siap menyongsong masa depan digital dengan kepala tegak dan hati berani.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network