Masjid sebagai "PUSAT PERADABAN

WIB
IST

"Mengapa Jambi Harus Memiliki Masjid dengan Manajemen ala Jogokariyan"

OLEH : Dr. FAHMI RASID
"JAMAAH MASJID BAITURRAHMAN"

MASJID sejak awal kelahirannya dalam sejarah Islam bukan sekadar ruang ibadah ritual, melainkan pusat peradaban. Dari masjid, nilai-nilai ketuhanan diturunkan ke dalam praktik sosial; dari masjid pula lahir pendidikan, solidaritas, dan penguatan masyarakat.
Namun dalam realitas kekinian, tidak sedikit masjid yang kehilangan peran strategisnya. Ia ramai saat shalat, tetapi sunyi dari denyut persoalan umat.
Padahal, tantangan sosial, ekonomi, dan moral masyarakat hari ini justru menuntut kehadiran masjid yang lebih aktif dan solutif.
Di Indonesia, salah satu contoh paling konkret bagaimana masjid dapat berfungsi sebagai pusat peradaban modern adalah Masjid Jogokariyan di Yogyakarta.
Masjid ini sering dijadikan rujukan nasional karena keberhasilannya mengelola masjid secara profesional, terbuka, dan berdampak nyata bagi masyarakat. Dari pengalaman ini, penulis ingin menyampaikan satu sikap yang tegas: Provinsi Jambi sangat harus memiliki minimal satu masjid yang dikelola dengan manajemen seperti Masjid Jogokariyan . Bukan sekadar keinginan personal, tetapi kebutuhan strategis bagi pembangunan peradaban daerah.

Masjid Jogokariyan: Bukti Masjid yang Hidup.

Masjid Jogokariyan dikenal luas bukan karena bangunannya yang megah, tetapi karena manajemennya yang visioner dan berorientasi umat. Masjid ini menjalankan fungsi ibadah dengan baik, sekaligus menjadi pusat pendidikan, sosial, dan ekonomi masyarakat sekitar.

Pengelolaan zakat, infak, dan sedekah dilakukan secara transparan dan produktif. Program pemberdayaan jamaah dirancang berdasarkan kebutuhan riil masyarakat.
Menurut banyak pengamat manajemen masjid, Jogokariyan adalah contoh masjid berbasis komunitas (community-based mosque). Ia hadir sebagai solusi, bukan sekadar simbol. Azyumardi Azra (2012) menegaskan bahwa masjid ideal adalah masjid yang “hidup di tengah masyarakat dan ikut membentuk peradaban, bukan hanya menjaga ritualitas”. Jogokariyan menunjukkan bahwa gagasan itu bisa diwujudkan secara nyata.

Mengapa Jambi Membutuhkannya.

Provinsi Jambi memiliki modal sosial dan religius yang kuat. Tradisi Islam dan adat Melayu tumbuh berdampingan dalam kehidupan masyarakat. Masjid tersebar hampir di setiap lingkungan, dari kota hingga desa. Namun yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah kualitas pengelolaan masjid. Banyak masjid berjalan dengan niat baik, tetapi belum didukung sistem manajemen yang terencana, berkelanjutan, dan berdampak luas.
Karena itu, Jambi tidak kekurangan masjid, tetapi memerlukan masjid percontohan—satu masjid yang dikelola secara profesional dan menjadi rujukan bagi masjid-masjid lain. Minimal satu masjid di tingkat provinsi harus tampil sebagai pusat peradaban: tempat belajar, berdaya, dan berkhidmat untuk umat.
Dalam perspektif pembangunan manusia sebagaimana dikemukakan Amartya Sen, pembangunan sejati adalah perluasan kapasitas manusia. Masjid dengan manajemen ala Jogokariyan adalah instrumen konkret untuk memperluas kapasitas tersebut: meningkatkan literasi keagamaan, memperkuat solidaritas sosial, dan memberdayakan ekonomi umat.

Peran Strategis Dewan Masjid Indonesia (DMI) Indonesia maupun Provinsi Jambi.

Gagasan ini tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif Dewan Masjid Indonesia (DMI), baik di tingkat pusat maupun Provinsi Jambi. DMI memiliki mandat moral dan organisatoris untuk membina, mengoordinasikan, dan meningkatkan kualitas pengelolaan masjid di Indonesia. Karena itu, dorongan agar lahir masjid percontohan di Jambi seharusnya menjadi perhatian serius DMI.
DMI tidak hanya berperan sebagai lembaga koordinatif, tetapi juga sebagai agen transformasi manajemen masjid. Melalui pelatihan, pendampingan, dan standardisasi pengelolaan, DMI dapat mendorong lahirnya masjid-masjid yang tidak hanya makmur secara jamaah, tetapi juga produktif secara sosial.
Masjid Jogokariyan dapat dijadikan referensi praktik baik (best practice) nasional. Transfer pengetahuan, studi banding, dan adaptasi model Jogokariyan ke konteks lokal Jambi adalah langkah yang sangat mungkin dilakukan jika ada kemauan bersama.

Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi Jambi.

Selain DMI, Pemerintah Provinsi Jambi memiliki peran penting sebagai fasilitator. Pemerintah memang tidak masuk ke ranah ibadah, tetapi sangat berkepentingan terhadap fungsi sosial masjid. Masjid yang dikelola dengan baik akan membantu pemerintah dalam banyak hal: pengentasan kemiskinan, penguatan pendidikan nonformal, pembinaan generasi muda, hingga ketahanan sosial masyarakat.
Pemerintah daerah dapat mendorong program penguatan manajemen masjid melalui kebijakan, bantuan peningkatan kapasitas SDM pengelola masjid, serta sinergi program sosial pemerintah dengan masjid percontohan. Masjid tidak diposisikan sebagai objek, melainkan mitra pembangunan.
Jika satu masjid di Jambi berhasil menjadi pusat peradaban, dampaknya akan meluas. Akan lahir ekosistem baru pengelolaan masjid yang profesional, transparan, dan dipercaya publik.

Bagaimana Cara Mewujudkannya..??

Pertanyaan pentingnya bukan hanya “mengapa harus ada”, tetapi bagaimana cara mewujudkannya. Beberapa langkah konkret dapat dilakukan.
Pertama, penetapan masjid percontohan oleh DMI Provinsi Jambi bersama pemerintah daerah dan tokoh masyarakat, tanpa menimbulkan kecemburuan atau rivalitas.
Kedua, peningkatan kapasitas pengelola masjid melalui pelatihan manajemen, keuangan, dan program sosial berbasis masjid.
Ketiga, pendampingan langsung dengan belajar dari Masjid Jogokariyan—bukan meniru mentah-mentah, tetapi mengadaptasi sesuai karakter masyarakat Jambi.
Keempat, membangun partisipasi jamaah, sehingga masjid benar-benar menjadi milik bersama, bukan milik segelintir pengurus.
Kelima, transparansi dan akuntabilitas, karena kepercayaan jamaah adalah modal utama masjid.

Masjid, Peradaban, dan Masa Depan Jambi.

Sosiolog Emile Durkheim menyebut institusi keagamaan sebagai perekat sosial. Ketika masjid berfungsi optimal, ia memperkuat kohesi sosial dan nilai bersama. Masjid yang hidup akan melahirkan masyarakat yang peduli, beradab, dan saling menguatkan.
Jambi sedang bergerak menuju masa depan. Pembangunan fisik penting, tetapi pembangunan manusia jauh lebih menentukan. Masjid dengan manajemen ala Jogokariyan adalah investasi peradaban, bukan proyek jangka pendek. Ia menyiapkan generasi yang beriman, berilmu, dan berdaya.
Penulis meyakini, jika satu masjid di Jambi berhasil menjadi pusat peradaban, maka akan lahir efek domino. Masjid-masjid lain akan belajar, berbenah, dan tumbuh. Dari satu contoh, menjadi gerakan kolektif.

Seruan untuk Bertindak.

Tulisan ini adalah harapan sekaligus seruan. Jambi sangat harus memiliki minimal satu masjid dengan manajemen ala Jogokariyan. DMI Pusat, DMI Provinsi Jambi, Pemerintah Provinsi Jambi, serta para pengelola masjid perlu duduk bersama dan menjadikan ini sebagai agenda bersama.
Peradaban besar tidak lahir dari bangunan megah semata, tetapi dari institusi yang dikelola dengan visi, nilai, dan keberanian untuk berubah. Masjid adalah titik awalnya. Dan Jambi, dengan seluruh potensi yang dimiliki, sangat layak memulainya sekarang.

*Referensi :

  1. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos, 2012.
  2. Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam. Chicago: University of Chicago Press, 1974.
  3. Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1992.
  4. Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2007.
  5. Durkheim, Emile. The Elementary Forms of Religious Life. New York: Free Press, 1995.
  6. Sen, Amartya. Development as Freedom. Oxford: Oxford University Press, 1999.
  7. Praktik Manajemen Masjid Jogokariyan, Yogyakarta (studi kasus publik dan dokumentasi komunitas masjid)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network