Flow State bagi Kesehatan Mental Seorang Pendidik

WIB
IST

Oleh: Dr. Jamilah, M.Pd.I
Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

DI TENGAH tuntutan dunia pendidikan yang semakin kompleks, kesehatan mental pendidik menjadi isu krusial yang tidak lagi bisa dipinggirkan. Pendidik hari ini tidak hanya berhadapan dengan tugas mengajar, tetapi juga beban administratif yang menumpuk, tuntutan profesionalisme yang terus meningkat, perubahan karakter peserta didik, serta ekspektasi masyarakat yang kian tinggi. Tekanan yang berlangsung secara terus-menerus ini berpotensi memicu stres kronis, kelelahan emosional (burnout), bahkan penurunan makna dalam menjalani profesi pendidik.
Dalam konteks tersebut, pendidik dituntut tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental dan emosional. Salah satu pendekatan dari psikologi positif yang relevan dan aplikatif untuk menjawab tantangan ini adalah konsep Flow State.
Flow State atau kondisi flow merupakan keadaan mental optimal ketika seseorang sepenuhnya tenggelam dalam aktivitas yang sedang dilakukan. Pada kondisi ini, fokus menjadi sangat tinggi, kesadaran terasa jernih, dan individu merasakan kepuasan batin yang mendalam. Aktivitas yang dijalani tidak lagi dipersepsi sebagai beban, melainkan sebagai proses yang bermakna dan menyenangkan. Bagi seorang pendidik, kondisi flow bukan hanya berpengaruh pada kualitas pengajaran, tetapi juga sangat menentukan kesehatan mental serta keberlanjutan komitmen profesionalnya.

Pendidik dan Tantangan Kesehatan Mental

Pendidik sering berada pada posisi yang paradoksal. Di satu sisi, mereka dituntut menjadi sumber inspirasi, motivator, sekaligus teladan moral bagi peserta didik. Namun di sisi lain, pendidik tetaplah manusia yang rentan terhadap tekanan psikologis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa profesi pendidik termasuk kelompok dengan tingkat stres kerja yang relatif tinggi, terutama ketika dukungan kelembagaan belum sepenuhnya memadai.
Jika kondisi ini dibiarkan, pendidik berisiko mengalami kelelahan emosional, menurunnya empati, serta hilangnya makna dalam mengajar. Oleh karena itu, strategi menjaga kesehatan mental pendidik perlu bersifat preventif dan berkelanjutan. Di sinilah Flow State menawarkan perspektif yang konstruktif: bukan hanya mengurangi stres, tetapi juga menguatkan pengalaman positif, rasa bermakna, dan kepuasan batin dalam menjalankan profesi pendidikan.

Memahami Flow State dalam Dunia Pendidikan.

Konsep flow pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Mihaly Csikszentmihalyi, yang mendeskripsikannya sebagai kondisi ketika seseorang begitu larut dalam aktivitas hingga kehilangan kesadaran terhadap waktu dan kelelahan. Flow muncul ketika terdapat keseimbangan antara tantangan yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki. Aktivitas yang terlalu mudah akan menimbulkan kebosanan, sedangkan yang terlalu sulit memicu kecemasan.
Dalam dunia pendidikan, flow dapat muncul ketika pendidik mengajar dengan penuh penghayatan, merancang pembelajaran kreatif, memfasilitasi diskusi bermakna, membimbing mahasiswa, atau melakukan penelitian akademik. Saat flow terjadi, aktivitas mengajar tidak lagi dipandang sebagai rutinitas administratif, melainkan sebagai proses intelektual dan spiritual yang memberi kepuasan batin.
Ciri utama kondisi flow pada pendidik antara lain fokus yang tinggi pada proses pembelajaran, keterlibatan emosional yang positif, serta perasaan bermakna terhadap peran yang dijalani. Dalam kondisi ini, pendidik cenderung lebih sabar, empatik, reflektif, dan adaptif terhadap dinamika kelas.

Cara Mencapai Flow State bagi Pendidik.

Mencapai kondisi flow bukanlah sesuatu yang instan, melainkan dapat dilatih secara sadar dan berkelanjutan. Langkah pertama adalah menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik. Pendidik perlu memahami apa yang ingin dicapai dalam setiap aktivitas pembelajaran, tidak hanya dari sisi materi, tetapi juga dari sisi nilai, proses, dan relasi dengan peserta didik.
Langkah kedua adalah memilih aktivitas yang menantang namun realistis. Pembelajaran yang terlalu monoton cenderung mematikan semangat, sementara yang terlalu kompleks tanpa dukungan memadai justru menimbulkan tekanan. Keseimbangan inilah yang menjadi prasyarat utama munculnya flow.

Langkah berikutnya adalah mengelola distraksi. Di era digital, gangguan menjadi tantangan serius. Pendidik perlu menciptakan ruang fokus, baik secara fisik maupun psikologis, agar dapat hadir secara utuh dalam proses mengajar.
Selain itu, pendidik perlu memusatkan perhatian pada proses, bukan semata hasil administratif. Ketika orientasi hanya pada target formal, makna mengajar mudah tereduksi. Sebaliknya, dengan menikmati proses interaksi dan pembelajaran, pendidik lebih mudah memasuki kondisi flow.

Terakhir, istirahat yang cukup dan keseimbangan hidup menjadi fondasi utama. Flow tidak mungkin dicapai dalam kondisi kelelahan kronis. Kesehatan mental membutuhkan ritme kerja yang manusiawi.

Manfaat Flow State bagi Kesehatan Mental Pendidik

Manfaat flow bagi pendidik sangat signifikan. Pertama, flow terbukti mengurangi stres dan kelelahan emosional karena aktivitas dijalani dengan perasaan positif dan penuh makna. Kedua, flow meningkatkan motivasi intrinsik dan kepuasan kerja, sehingga pendidik lebih tahan terhadap risiko burnout.

Ketiga, kondisi flow berdampak langsung pada kualitas pembelajaran. Pendidik yang hadir secara utuh mampu menciptakan suasana belajar yang hidup, dialogis, dan inspiratif. Keempat, flow memperkuat hubungan sosial dan iklim akademik yang sehat, baik dengan mahasiswa maupun rekan sejawat.

Flow State dalam Perspektif Pendidikan

Islam dan Humanistik
Dalam perspektif pendidikan Islam dan humanistik, mengajar bukan sekadar pekerjaan, melainkan amanah dan ibadah. Flow State dapat dipahami sebagai kondisi batin ketika kompetensi profesional berpadu dengan keikhlasan dan kesadaran spiritual. Ketika mengajar dilakukan dengan penuh makna, pendidik tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai, adab, dan karakter.

Oleh karena itu, institusi pendidikan memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan ekosistem yang memungkinkan pendidik mencapai flow. Beban kerja yang proporsional, dukungan emosional, iklim akademik yang sehat, serta kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan pendidik adalah prasyarat mutlak.

Penutup

Flow State bukanlah konsep elitis yang jauh dari realitas pendidik, melainkan kebutuhan psikologis yang sangat relevan di tengah tantangan dunia pendidikan saat ini. Dengan mencapai kondisi flow, pendidik tidak hanya menjaga kesehatan mentalnya, tetapi juga menghidupkan kembali esensi mulia profesi pendidikan.
Pendidik yang sehat secara mental akan melahirkan pembelajaran yang bermakna. Dari pembelajaran yang bermakna, lahirlah generasi yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing. Maka, menjaga flow bukan sekadar pilihan personal, melainkan investasi strategis bagi masa depan pendidikan dan bangsa.

Referensi :

  1. Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow: The Psychology of Optimal Experience. New York: Harper & Row.
  2. Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-being. New York: Free Press.
  3. Maslach, C., & Leiter, M. P. (2016). Burnout. New York: Psychology Press.
  4. Ki Hajar Dewantara. Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka.
  5. UNESCO. (2021). Teachers at the Heart of Education Recovery.

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network