Perilaku Kerja Kontraproduktif: Ancaman Senyap bagi Reformasi Birokrasi ASN

WIB
IST

Thenisia Warinta dan P. Tommy Y.S. Suyasa

Fakultas Psikologi Jenjang Magister Universitas Tarumanagara

Di tengah ambisi besar pemerintah mewujudkan Asta Cita—delapan agenda prioritas Presiden dan Wakil Presiden untuk membangun birokrasi yang profesional, adaptif, dan berorientasi pada pelayanan—terdapat ancaman senyap yang jarang disorot publik yaitu perilaku kerja kontraproduktif (counterproductive work behavior) di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Bentuk perilaku ini beragam, mulai dari menunda tugas, menurunkan kualitas pelayanan, menyalahgunakan fasilitas kantor, hingga menciptakan konflik internal. Penelitian Pasaribu et al. (2024) menunjukkan bahwa sebagian besar ASN pada sebuah dinas pemerintahan memiliki tingkat perilaku kontraproduktif tinggi.  Hal ini menandakan bahwa masalah ini merupakan fenomena struktural.

Perilaku kerja kontraproduktif tidak selalu muncul dari niat buruk. Banyak ASN terperangkap dalam kebosanan kerja akibat rutinitas yang repetitif, pekerjaan yang minim tantangan, serta lingkungan birokrasi yang rigid. Secara ilmiah, kebosanan seperti ini dapat memicu perilaku negatif sebagai bentuk pelarian psikologis (Spanouli et al., 2023; van Hooff & van Hooft, 2023). Ketika pekerjaan tidak memberikan makna, pegawai cenderung mencari stimulasi alternatif—mulai dari menunda tugas, tidak responsif, hingga cyberloafing. Ini menjadi paradoks dalam agenda Asta Cita: tuntutan percepatan pelayanan publik justru terhambat oleh hambatan psikologis yang tak terlihat.

Kunci untuk meredam dampak tersebut adalah kontrol diri (self-control). Individu dengan kontrol diri tinggi tetap mampu menjaga profesionalisme meski berada dalam tekanan atau kebosanan. Sebaliknya, ASN dengan kontrol diri rendah lebih mudah terdorong untuk melakukan tindakan merugikan organisasi (Wang et al., 2021).  Muliati (2025) menegaskan bahwa kontrol diri adalah prediktor kuat terhadap perilaku kontraproduktif pada pegawai publik.  Hal ini memperlihatkan bahwa penguatan mental pegawai sama pentingnya dengan penguatan sistem.

Karena itu, reformasi birokrasi tidak cukup hanya berbicara tentang digitalisasi layanan, penyederhanaan SOP, atau penyusunan indikator kinerja. Reformasi birokrasi membutuhkan reformasi perilaku. Penelitian Rosalina & Jusoh (2024) membuktikan bahwa levers of control—sistem pengendalian cerdas yang seimbang antara batasan dan interaksi—efektif menekan perilaku kontraproduktif. Bukan banyaknya aturan yang mencegah perilaku negatif, melainkan pengendalian yang tepat sasaran,  memberi arah sekaligus ruang kreativitas.

Namun dimensi individu tetap memegang peran penting. Dalam konteks ini, metode ASYIK yang diperkenalkan Suyasa (2025) layak dipertimbangkan sebagai pendekatan penguatan kontrol diri bagi ASN. Metode ini terdiri dari lima komponen:

A–Aktivitas
Pegawai dianjurkan terus melakukan aktivitas positif dan produktif untuk mencegah kebosanan yang menjadi pintu masuk perilaku menyimpang. Aktivitas ini bisa berupa variasi tugas, keterlibatan dalam proyek khusus, atau pengayaan kompetensi.

S-Sensoris
Sensoris mengacu pada kemampuan mengelola indera sebagai sarana regulasi diri. Melatih ketenangan melalui pendengaran (musik atau afirmasi positif), mengelola ucapan agar tetap etis, atau menciptakan ruang kerja yang nyaman merupakan contoh penerapannya.

Y-Yakin
Yakin berarti memegang teguh nilai moral dan etika profesi ASN. Nilai ini menjadi kompas dalam mengambil keputusan saat menghadapi tekanan atau godaan untuk melakukan perilaku kontraproduktif.

I–Intelektual
Aspek intelektual menekankan kemampuan menganalisis konsekuensi perilaku. ASN diajak berpikir kausal, bahwa setiap tindakan memiliki dampak baik pada diri sendiri, organisasi, maupun masyarakat.

K–Kenali Potensi Diri
Pengendalian diri semakin kuat ketika pegawai memahami kekuatan dan kelemahan dirinya. Pemahaman ini memungkinkan fokus pada pengembangan diri dan pencegahan perilaku negatif.

Metode ASYIK menawarkan pendekatan konkret dan mudah diterapkan yang dapat diintegrasikan ke dalam program pengembangan ASN.

Tak kalah penting adalah kepemimpinan. Pemimpin yang suportif terbukti menurunkan burnout dan meningkatkan perilaku positif (Kim, 2020). Sebaliknya, gaya kepemimpinan kasar (abusive supervision) dapat memicu perilaku kontraproduktif (Li & Xu, 2025). Reformasi birokrasi akan gagal jika pimpinan masih mempraktikkan pola komunikasi yang represif.

Pada akhirnya, keberhasilan Asta Cita sangat bergantung pada kualitas manusia yang menjalankannya. Sistem yang baik tidak akan berjalan bila pegawainya mudah terdistorsi oleh kebosanan, tekanan, atau kurangnya kontrol diri. Reformasi birokrasi harus dimulai dari reformasi perilaku—melatih ASN menjadi profesional yang mampu menolak dorongan destruktif dan memelihara integritas pelayanan publik.

HashTag : #ThenisiaWarinta #PTommyYSSuyasa #MagisterPsikologi #UNTAR

Daftar Referensi

Kim, S. (2020). Supportive leadership and employee well-being: The role of psychological safety. Public Personnel Management, 49(3), 470–487.

Li, J., & Xu, G. (2025). The impact of abusive supervision on employee counterproductive work behavior: a moderated mediation analysis. Frontiers in Psychology.

Muliati. (2025). Kontrol Diri Sebagai Prediktor Counterproductive Work Behavior Pada Personel Polda Sulawesi Selatan. Jurnal Psikologi Karakter.

Pasaribu, R. P., Siahaan, Y. A. S., & Silitonga, R. J. (2024). Perilaku Kerja Kontraproduktif Pegawai Negeri Sipil. Innovative: Journal of Social Science Research.

Pemerintah Republik Indonesia — Asta Cita (program visi-misi Presidensial). (2024). Sumber publikasi pemerintah dan dokumen program.

Rosalina, K., & Jusoh, R. (2024). Levers of Control, Counterproductive Work Behavior, and Work Performance: Evidence From Indonesian Higher Education Institutions. SAGE Open.

Spanouli, A., Hofmans, J. & Dalal, R.S. (2023). Coping with daily boredom: Exploring the

relationships of job boredom, counterproductive work behavior, organizational citizenship behavior, and cognitive reappraisal. https://doi.org/10.1007/s11031-023-10017-2 

Suyasa, P. T. Y. S. (2025, March 22nd). How to master self-control. The 214th Webinar by Mounev Academy. https://www.researchgate.net/publication/390091551

van Hooff. M. L. M., & van Hooft, E. A. J. (2023) Dealing with daily boredom at work: Does self-control explain who engages in distractive behaviour or job crafting as a coping mechanism? Work & Stress, 37(2), 248-268. https://doi.org/10.1080/02678373.2022.2129515 

Wang, Y.-J., Chen, K.-Y., Dou, K., & Liu, Y.-Z. (2021). Linking self-control to voluntary behaviors at workplace: The mediating role of job satisfaction. Frontiers in Psychology, 12, Article 530297. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.530297  

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network