JAMBI SELAMAT, Produktivitas Terjaga: Menyatukan K3 dan Pencegahan HIV-AIDS sebagai "Pilar Pembangunan Manusia"

WIB
IST

“SDM yang sehat adalah modal masa depan; jagalah ia sebelum semuanya terlambat.” kata : Gubernur Jambi 2 Priode Dr. AL HARIS.

Oleh : Dr. Fahmi Rasid
LAM PROVINSI JAMBI

Di tengah nuansa formal Rumah Dinas Gubernur, tampak khidmat saat sertifikat penghargaan untuk kategori Zero Accident diserahkan kepada perusahaan–perusahaan yang berhasil menjaga keselamatan kerja, bersanding dengan penghargaan bagi perusahaan yang aktif menjalankan program pencegahan penularan HIV-AIDS di tempat kerja. Momen ini bukan sekadar seremoni, melainkan simbol kebijakan matang yang menegaskan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan publik adalah fondasi produktivitas, martabat pekerja, dan daya saing daerah.

Bagi masyarakat Jambi, terutama tenaga kerja, ini kiranya bukan finis melainkan awal dari paradigma baru: bahwa investasi dalam keselamatan dan kesehatan bukan sekadar beban regulasi, melainkan investasi strategis bagi manusia dan keberlanjutan sosial-ekonomi.

Mengapa penghargaan Zero Accident penting

Penghargaan Zero Accident bukan hanya pengakuan estetis. Ia adalah pengakuan atas konsistensi penerapan kultur keselamatan: prosedur dikaji dengan serius, risiko dipetakan, dan praktik aman dijalankan dalam keseharian. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak sekadar mengutamakan produksi, tetapi juga menghargai nyawa dan kesehatan pekerjanya.

Secara teori keselamatan, pendekatan-pendekatan modern memberikan pijakan kuat: misalnya teori domino milik Heinrich Heinrich yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah hasil rangkaian sebab sosial, teknis, perilaku yang dapat dicegah jika satu “domino” digagalkan sejak awal. Ketika manajemen perusahaan menerapkan prosedur aman, pelatihan, dan pengawasan, maka potensi rangkaian kecelakaan bisa diputus sedini mungkin.

Teori selanjutnya, model Swiss Cheese dari James Reason, mempertegas bahwa organisasi harus membangun lapisan-lapisan pertahanan: pelatihan, pengawasan, prosedur, kultur , karena kecelakaan terjadi saat “lubang” di semua lapisan tersebut kebetulan sejajar. Artinya, hanya prosedur tanpa pengawasan, atau alat pelindung tanpa edukasi, tidak cukup , harus ada sistem yang holistik.

Lebih jauh lagi, gagasan kontemporer seperti Safety‑II (dikembangkan oleh Erik Hollnagel) menggeser fokus: bukan hanya mencegah yang salah, tetapi memperkuat apa yang membuat pekerjaan berjalan baik setiap hari menjaga agar sistem tangguh terhadap variasi, tekanan, bahkan kondisi tak terduga. Dengan demikian, penghargaan Zero Accident menjadi cerminan bahwa sistem perusahaan telah dirancang untuk tahan terhadap ketidakpastian sekaligus responsif terhadap perubahan.

Dengan pendekatan demikian, penghargaan Zero Accident bukan sekadar trofi melainkan refleksi organisasi yang matang, sistematis, dan peduli manusia.

Data dan urgensi: “Jangan berpuas diri”

Meski ada perusahaan di Jambi mendapat penghargaan, kita tak boleh berpuas diri. Di tingkat nasional, kasus kecelakaan kerja, baik fatal maupun non-fatal , masih tinggi. Pada 2024, tercatat sejumlah besar insiden kecelakaan kerja yang menunjukkan bahwa risiko occupational safety & health (K3) tetap nyata di banyak sektor, terutama sektor padat karya dan manufaktur. Data-data ini menjadi alarm bahwa penerapan K3 harus terus diperkuat, bukan berhenti pada penghargaan.

Lebih jauh, awal 2025 sudah ada indikasi fluktuasi dan bahkan tren kenaikan pada periode tertentu. Ini menunjukkan bahwa tanpa pengawasan berkelanjutan, tanpa evaluasi periodik, dan tanpa adaptasi terhadap kondisi kerja yang dinamis, keberhasilan “Zero Accident” bisa bersifat temporer. Oleh karena itu, penghargaan semestinya menjadi insentif untuk terus meningkatkan budaya keselamatan, bukan kemudian kendor.

Pencegahan HIV-AIDS di tempat kerja: aspek kesehatan dan perlindungan manusia

Sering, diskusi sekitar K3 berhenti pada aspek keselamatan fisik: alat pelindung, prosedur, angka kecelakaan. Namun kesehatan pekerja lebih luas: termasuk kesehatan seksual, kesehatan mental, dan pencegahan penyakit menular. Itu sebabnya penghargaan untuk perusahaan yang aktif menjalankan program pencegahan penularan HIV/AIDS di tempat kerja sangat relevan.

Program pencegahan HIV-AIDS yang inklusif, melalui edukasi, akses tes & layanan kesehatan rahasia, anti-diskriminasi, bukan hanya menyelamatkan individu. Ia menjaga produktivitas, mengurangi biaya kesehatan dan kerugian ekonomi, serta membangun iklim kerja yang adil dan manusiawi.

Tempat kerja bisa menjadi ruang intervensi strategis: dengan stigma diminimalisir, pekerja merasa aman untuk mengakses layanan, menjalani pengobatan jika perlu, dan terus berkontribusi tanpa rasa takut. Ini bukan amal , tapi pragmatis. Pencegahan penting untuk menjaga sumber daya manusia, aset terpenting dalam visi pembangunan daerah.

Menyatukan dengan visi & misi RPJMD 2025–2029

Hal yang menarik: arah kebijakan dalam penghargaan K3 dan pencegahan HIV-AIDS ini sangat relevan dengan visi–misi RPJMD Provinsi Jambi 2025–2029. Visi itu adalah:

“Mewujudkan Jambi Mantap Berdaya Saing dan Berkelanjutan Tahun 2029 di Bawah Ridho Allah SWT.”

Sedangkan misi-misinya mencakup:

  1. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien.
  2. Memantapkan daya saing daerah dan produktivitas sektor pertanian, perdagangan, industri, dan pariwisata.
  3. Memantapkan keberlanjutan pembangunan dan kualitas sumber daya manusia.

Apabila kita telaah dengan seksama: penghargaan terhadap K3 dan program pencegahan HIV-AIDS yang menjaga kesehatan, keselamatan, dan martabat pekerja sejatinya memperkuat misi ketiga: “keberlanjutan pembangunan dan kualitas SDM.”

Dengan produktivitas aman, pekerja sehat, perusahaan produktif daya saing daerah meningkat secara nyata. Investasi pada manusia dengan kesehatan dan keamanan adalah fondasi bagi pertumbuhan industri, stabilitas sosial, dan daya tarik investasi.

Dengan demikian, langkah penghargaan tersebut bukan terpisah dari RPJMD: melainkan bagian integral dari strategi pembangunan. Ia mencerminkan bahwa pemerintah provinsi dan korporasi memahami bahwa pembangunan manusia dan pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari perlindungan keselamatan dan kesehatan.

Implikasi kebijakan: dari simbol ke sistem berkelanjutan

Acara penyerahan sertifikat seharusnya bukan hanya jadi liputan media melainkan panggilan bagi tindakan sistemik. Ada tiga pesan kebijakan yang penting:

  1. Kolaborasi politik dan korporasi: Pemimpin politik dan manajemen perusahaan perlu bersinergi, regulasi, insentif, audit, dan pembinaan harus berjalan paralel. Pemerintah daerah dapat memperkuat penghargaan dengan dukungan teknis, pelatihan, dan audit berkala.
  2. Integrasi K3 dengan kesehatan SDM: Program pencegahan HIV-AIDS dan aspek kesehatan lainnya harus menjadi bagian dari paket K3 perusahaan secara menyeluruh, bukan tambahan rentang acak. Ini menegaskan bahwa keselamatan itu komprehensif: fisik, kesehatan, hak pekerja.
  3. Data sebagai kompas kebijakan: Pemerintah (misalnya melalui badan statistik atau instansi ketenagakerjaan) perlu rutin mempublikasikan data kecelakaan kerja, kondisi kesehatan tenaga kerja, tingkat retensi, produktivitas, agar efektivitas kebijakan bisa dievaluasi dan disesuaikan.

Menumbuhkan budaya dan pembelajaran kolektif

Penghargaan adalah titik tolak — bukan tujuan akhir. Perusahaan penerima seharusnya menjadi mentor bagi rekan industri; berbagi praktik terbaik, dokumentasi, studi kasus. Pemerintah provinsi, akademisi, serikat pekerja bisa membentuk forum K3 & kesehatan pekerja yang rutin: menyebarluaskan inovasi, menyusun modul pelatihan berbasis risiko lokal, memperkuat mekanisme pelaporan insiden tanpa takut pembalasan. Dengan demikian, penghargaan menjadi katalis yang menggerakkan perbaikan sistemik bukan sekadar momen foto di pelataran rumah dinas.

Mengokohkan masa depan Jambi: SDM sehat, produktif, berdaya saing

Ketika Gubernur dan pemimpin perusahaan berdiri bersama menyerahkan sertifikat mereka menunjuk bukan hanya nama perusahaan, melainkan masa depan tenaga kerja Jambi. Masa depan di mana keselamatan, kesehatan, dan produktivitas berjalan seiring.

Memperkuat K3 dan program pencegahan HIV-AIDS adalah investasi sosial-ekonomi: menyelamatkan nyawa, menjaga penghasilan, menegakkan martabat warga pekerja. Dalam kerangka RPJMD 2025–2029 yang menegaskan pembangunan berkelanjutan dan kualitas SDM, langkah ini selaras dengan cita-cita Jambi Mantap: berdaya saing, aman, nyaman, tertib dan manusia sebagai inti pembangunan.

Jika semua pihak , pemerintah, perusahaan, masyarakat, bersungguh-sungguh menindaklanjuti dengan kebijakan cerdas, pembinaan berkelanjutan, dan pengukuran berbasis data, maka Jambi bisa menjadi provinsi teladan: menyatukan kesejahteraan manusia dengan pembangunan berkelanjutan.

Referensi :

  1. Regulasi & Dokumen Perencanaan Daerah
  2. Pemerintah Provinsi Jambi. (2024/2025). Rancangan RPJMD Provinsi Jambi 2025–2029. Pemerintah Provinsi Jambi.
  3. Pemerintah Provinsi Jambi. (2024). Dokumen Visi–Misi Gubernur Jambi. Bappeda Provinsi Jambi.
  4. Kementerian Ketenagakerjaan RI. (2023–2024). Peraturan terkait K3 dan Program Pencegahan HIV-AIDS di Tempat Kerja.
  5. Data Statistik (Ketenagakerjaan, Kecelakaan Kerja, & HIV-AIDS)
  6. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. (2025). Indikator Pasar Tenaga Kerja Provinsi Jambi Februari 2025. BPS Jambi.
  7. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. (2024–2025). Jambi Dalam Angka. BPS Provinsi Jambi.
  8. Kementerian Ketenagakerjaan RI. (2024–2025). Data Kecelakaan Kerja Indonesia. Pusat Data & Informasi Kemnaker.
  9. Kementerian Kesehatan RI & Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2023–2024). Laporan Perkembangan HIV-AIDS & IMS di Indonesia.
  10. ILO (International Labour Organization). (2023–2025). HIV and AIDS in the Workplace: Policy, Guidelines, and Good Practices.
  11. Teori & Literatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
  12. Heinrich, H. W. (1931; revisi terbaru). Industrial Accident Prevention: A Scientific Approach. McGraw-Hill.
    – Dasar teori Domino Model dalam pencegahan kecelakaan.
  13. Reason, J. (1990). Human Error. Cambridge University Press.
    – Teori Swiss Cheese Model dan konsep pertahanan berlapis.
  14. Hollnagel, E. (2014). Safety-I and Safety-II: The Past and Future of Safety Management. Ashgate Publishing.
    – Teori Safety-II: memperkuat apa yang berjalan baik dalam sistem.
  15. Hale, A., & Hovden, J. (1998). Management and Culture: The Third Age of Safety.
    – Literatur terkait evolusi budaya keselamatan.
  16. Literatur Pembangunan Manusia & Produktivitas Tenaga Kerja
  17. UNDP. (2023–2024). Human Development Report. United Nations Development Programme.
    – Kerangka pembangunan manusia dan produktivitas.
  18. ILO. (2023–2025). Decent Work Report.
    – Hubungan antara keselamatan kerja, kesehatan pekerja, dan produktivitas.
  19. Program HIV-AIDS di Tempat Kerja
  20. ILO. (2010; diperbarui 2023). Recommendation Concerning HIV and AIDS and the World of Work (No. 200).
  21. Kemenkes RI. (2024). Pedoman Nasional Pencegahan HIV-AIDS di Lingkungan Kerja.
  22. WHO. (2023–2025). Global AIDS Monitoring.

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network