Pemecatan Tontawi Jauhari, Boomerang Politik Bagi Cek Endra dan Keluarganya

WIB
Ilustrasi Jambi Link

Keputusan Cek Endra memecat Tontawi Jauhari dari Ketua DPD II Golkar Sarolangun memicu protes keras dan bisa menjadi bumerang bagi karir politiknya. Langkah ini, oleh sejumlah pendemo yang menggeruduk markas Golkar Jambi, dinilai sebagai bentuk arogansi dan kesewenang-wenangan yang merusak citra Golkar dan mengancam masa depan politik Cek Endra dan keluarganya.


Keputusan mengejutkan Cek Endra, Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Jambi, untuk memecat Tontawi Jauhari dari posisinya sebagai Ketua DPD II Golkar Sarolangun telah memicu gelombang protes yang bisa menjadi bumerang bagi karir politiknya dan keluarganya di masa depan. Langkah ini tak hanya menciptakan gejolak internal, tetapi juga mengancam reputasi Cek Endra sebagai seorang tokoh politik yang dianggap sulit dipegang kata-katanya.

Aksi protes besar-besaran yang dipimpin oleh Aliansi Masyarakat Peduli Politik Kabupaten Sarolangun pada Kamis siang, 22 Agustus 2024, menjadi bukti nyata kekecewaan mendalam yang dirasakan oleh pendukung Golkar di Sarolangun. Mereka menolak keras keputusan Cek Endra, yang dinilai tidak hanya merugikan Tontawi Jauhari, tetapi juga memperburuk citra Golkar di mata publik.

Empat tuntutan keras yang disampaikan oleh pendemo menunjukkan bahwa langkah Cek Endra telah melukai banyak pihak. Salah satu tuntutan utama adalah penolakan terhadap penunjukan Endria sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD II Golkar Sarolangun. Pendemo menilai Endria tidak layak menggantikan Tontawi, dan keputusan ini hanya akan memperburuk situasi internal partai.

"Keputusan pemecatan Tontawi dianggap sebagai bentuk arogansi dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh Cek Endra, ujar Edi S Latif, Korlap aksi.

Pendemo menuntut agar Cek Endra menerapkan politik yang lebih baik dan bermartabat, serta mengkaji ulang keputusan pemecatan yang mereka anggap sebagai tindakan yang gegabah dan tidak bijaksana.

Di tengah gelombang kekecewaan ini, muncul kekhawatiran bahwa langkah ini bisa menjadi bumerang bagi Cek Endra dan keluarganya. Sebagai seorang tokoh yang telah lama berkecimpung di dunia politik, Edi S Latif menilai Cek Endra seharusnya menyadari bahwa setiap keputusan yang diambil akan berdampak jangka panjang, tidak hanya pada dirinya, tetapi juga pada generasi berikutnya yang mungkin mengikuti jejaknya.

Pemecatan Tontawi, jelas Edi, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat, hanya mempertegas pandangan bahwa Cek Endra adalah figur yang sulit dipegang kata-katanya. Janji-janji dan komitmen yang pernah diutarakan, terutama terkait dengan loyalitas dan dukungan, kini dipertanyakan oleh banyak pihak.

"Ini berbahay bagi masa depan karir politik keluarganya,"ujar Edi, aktivis asal Sarolangun itu.

Indra Armendaris, Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM DPD I Partai Golkar Provinsi Jambi, yang diberi mandat untuk menyampaikan klarifikasi, mencoba meredam situasi dengan menegaskan bahwa penunjukan Plt Tontawi tidak ada kaitannya dengan dinamika Pilkada Sarolangun. Namun, alasan ini tampaknya tidak cukup untuk menghilangkan keraguan di kalangan pendukung Golkar yang telah merasa dikhianati.

"Penunjukan Plt Tontawi tidak ada kaitannya dengan Pilkada Sarolangun dan juga tidak ada hubungan dengan pasangan calon Hurmin-Gerry," jelas Indra dalam pertemuan dengan warga Sarolangun itu.

Indra juga menegaskan bahwa penunjukan Plt Tontawi didasarkan pada informasi yang diterima oleh Cek Endra mengenai adanya gerakan dalam menghadapi Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar. Serta dugaan adanya upaya Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) yang bertujuan untuk menggantikan CE sebagai Ketua DPD 1 Golkar Provinsi Jambi.

"Itulah yang mendasari Pak CE menerbitkan SK Plt terhadap Tontawi," lanjut Indra.

Namun, Indra menegaskan bahwa Tontawi Jauhari masih memiliki hak untuk mengajukan keberatan ke Mahkamah Partai.

Pertaruhan Kepercayaan Publik

Tindakan Cek Endra ini bisa berujung pada penurunan kepercayaan, tidak hanya di kalangan kader partai, tetapi juga di mata masyarakat luas. Jika Cek Endra terus mengambil langkah-langkah yang dinilai tidak bijaksana, karir politiknya dan keluarganya di masa depan bisa berada dalam ancaman serius.

Sebagai seorang tokoh politik, Edi S Latif menegaskan, Cek Endra seharusnya lebih berhati-hati dalam membuat keputusan yang memiliki dampak luas. Politik adalah tentang membangun kepercayaan dan menjaga loyalitas, bukan hanya tentang memenangkan pertempuran jangka pendek.

"Pemecatan Tontawi Jauhari bisa menjadi langkah yang akan dikenang sebagai kesalahan besar yang merusak citra dan warisan politik Cek Endra,"jelas Edi.

Dalam konteks ini, apa yang dilakukan oleh Cek Endra mungkin akan diingat sebagai contoh dari bagaimana keputusan yang tergesa-gesa dan tidak bijaksana bisa menghancurkan reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

"Generasi politik berikutnya mungkin akan lebih sulit untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan jika nama keluarga mereka terus dikaitkan dengan tindakan-tindakan yang dianggap tidak adil dan tidak konsisten,"ujar Edi.

Pada akhirnya, hanya waktu yang akan menjawab apakah Cek Endra bisa memperbaiki kesalahan ini, atau apakah keputusan ini akan menjadi noda permanen dalam karir politiknya dan keluarganya. Namun, satu hal yang pasti: langkah ini telah membuka mata banyak orang tentang betapa rapuhnya kepercayaan dalam politik, dan betapa pentingnya untuk menjaga komitmen dan loyalitas di tengah persaingan yang ketat.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network