Mampukah Pasar TAC Dihidupkan Kembali?

WIB
IST

Pasar TAC yang dulu digadang-gadang sebagai pasar sehat percontohan di Kota Jambi kini tinggal bayang-bayang. Kios-kios kosong, omzet pedagang anjlok dan pembeli lebih memilih ke pasar modern atau Simpang Pulai. Di tengah sekaratnya denyut ekonomi pasar rakyat ini, Wali Kota Maulana menjanjikan kebangkitan lewat skema revitalisasi besar. Mampukah Pasar TAC Dihidupkan kembali?

***

Pasar TAC (Terletak di Simpang Empat Sipin, Sungai Putri, Telanaipura) dulunya merupakan salah satu pasar tradisional andalan di Kota Jambi. Namun, belakangan ini pasar TAC nyaris mati dan sepi pengunjung. Para pedagang mengeluhkan penurunan aktivitas jual-beli yang drastis, terutama pasca pandemi COVID-19.

Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi di bawah Wali Kota Maulana kini merencanakan langkah-langkah revitalisasi. Tujuannya mulia. Untuk menghidupkan kembali pasar rakyat itu. Berikut ulasan sejarah pasar TAC, kondisi lesunya saat ini, rencana pengembangannya, serta perbandingan dengan pasar tradisional lain di Kota Jambi yang lebih sukses.

Sejarah Singkat Pasar TAC

Pasar TAC mulai dibangun dan dikembangkan dengan konsep “Pasar Sehat” pada pertengahan 2010-an. Pemerintah Kota Jambi meningkatkan sarana dan prasarana pasar ini sekitar tahun 2015. Menjadikan pasar tradisional itu lebih bersih, nyaman, dan tertata rapi.

Pasar TAC dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti radio komunitas, klinik kesehatan, bank sampah, dan lain-lain, sebagai upaya untuk merubah citra pasar tradisional yang sebelumnya dianggap kumuh. Peresmian Pasar Sehat TAC pada tahun 2016 oleh Wali Kota Jambi.

Langkah ini bagian dari program revitalisasi pasar tradisional yang dicanangkan Pemkot Jambi. Sejalan dengan revitalisasi pasar-pasar lain seperti Pasar Talang Banjar dan Pasar Aurduri pada periode tersebut. Setelah revitalisasi fisik di 2015-2016, pasar TAC sempat menjadi salah satu dari 19 pasar resmi di Kota Jambi yang diharapkan mampu bersaing dengan pasar modern dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Meskipun fasilitasnya telah ditingkatkan dan sempat menjadi pilot project pasar sehat di Telanaipura, geliat Pasar TAC tak berlangsung lama. Bahkan dalam beberapa tahun setelah renovasi, tingkat keramaian pasar ini mulai menurun.

Catatan tahun 2019 menunjukkan bahwa meskipun Pasar TAC sudah relatif bersih dan rapi, jumlah pembeli ternyata jauh dari harapan. Banyak kios hanya buka menjelang siang hingga sore karena pagi harinya sepi pengunjung. Itu menunjukkan perbaikan fisik saja tak cukup. Diperlukan inovasi lanjutan agar pasar TAC benar-benar hidup dan diminati warga.

Lesu dan Sepi Pengunjung

Hingga tahun 2025, Pasar TAC berada dalam kondisi lesu dan nyaris mati. Pasca pandemi COVID-19, aktivitas perdagangan di Pasar TAC ambruk. Pantauan di lapangan menunjukkan banyak kios tutup dan ditinggalkan pedagang.

Jumlah pengunjung sangat minim, jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelum pandemi. Salah satu pedagang pakaian di Pasar TAC, mengaku omzetnya merosot tajam. Banyak pedagang akhirnya memilih keluar dari pasar karena tidak ada pembeli.

Beberapa faktor utama ditengarai menjadi penyebab mengapa Pasar TAC lesu darah dan ditinggalkan pengunjung:

  • Dampak Pandemi COVID-19: Pandemi mempercepat kemerosotan aktivitas pasar. Sejak masa pandemi dan setelahnya, arus pengunjung tak kunjung pulih. Banyak warga yang terbiasa berbelanja daring atau beralih ke tempat lain selama pandemi, sehingga pasar tradisional ini kehilangan pelanggan setianya. Pedagang mengakui pasca COVID-19 kondisi pasar jauh lebih sepi dibanding sebelumnya. Sejumlah kios yang tutup saat pandemi tidak pernah buka lagi.
  • Persaingan dengan Pasar Modern dan Ritel Lain: Perubahan preferensi belanja masyarakat juga menjadi faktor krusial. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pasar modern, supermarket, dan minimarket berdiri di Kota Jambi, membuat konsumen beralih karena pertimbangan kenyamanan dan kelengkapan. Menurut pengamatan tahun 2019, tidak sedikit masyarakat mulai berpindah berbelanja di pasar modern, sehingga pasar tradisional seperti TAC kehilangan pembeli. Trend belanja online dan kemunculan e-commerce pun turut memberi tantangan bagi pasar rakyat.
  • Lokasi dan Aksesibilitas: Meskipun secara geografis Pasar TAC berada di kawasan cukup strategis (Telanaipura, dekat perkantoran dan permukiman), ada kendala pada aspek akses dan kenyamanan. Keterbatasan lahan parkir di sekitar pasar TAC membuat pengunjung enggan datang dengan kendaraan. Hal ini diakui sendiri oleh Wali Kota Maulana ketika meninjau pasar, bahwa lahan di Pasar TAC sempit untuk dikembangkan fasilitas tambahan. Situasi parkir yang semrawut atau tidak memadai bisa mengurangi minat warga berbelanja di pasar tersebut.
  • Migrasi Pedagang dan Pembeli ke Pasar Lain: Pasar TAC kalah bersaing dengan pasar tradisional lain di Kota Jambi yang lebih dulu populer dan memiliki basis pelanggan kuat. Pasar Simpang Pulai, misalnya, dikenal sebagai salah satu pasar tradisional paling ramai di Kota Jambi (terletak di pusat kota) sehingga lebih menarik bagi pedagang dan pembeli. Terbukti banyak pedagang TAC yang berpindah ke Pasar Simpang Pulai demi mendapat pengunjung lebih banyak. Efek domino pun terjadi, makin sedikit pedagang yang bertahan di TAC, pilihan barang berkurang, sehingga pembeli pun enggan datang karena pasar terkesan tidak lengkap. Siklus ini membuat TAC semakin sepi.
  • Citra dan Promosi yang Lemah: Pasar TAC belum memiliki daya tarik khusus yang membedakannya dari pasar lain. Upaya branding sebagai “pasar sehat” pada 2016 tampaknya kurang terdengar lagi di kalangan masyarakat beberapa tahun kemudian. Minimnya promosi dan event di lokasi pasar membuat masyarakat sekitar mungkin lupa akan keberadaan pasar TAC, apalagi generasi muda yang cenderung memilih tempat belanja modern. Pedagang setempat menyarankan perlunya inovasi dari pemerintah supaya banyak pengunjung datang, artinya dibutuhkan terobosan program/aktivitas agar pasar TAC kembali diminati.

Rencana Revitalisasi oleh Pemkot Jambi

Pemkot Jambi di bawah kepemimpinan Wali Kota Dr. H. Maulana, MKM menegaskan komitmen untuk menghidupkan kembali pasar itu. Sejumlah langkah strategis tengah dipersiapkan, difokuskan pada revitalisasi fisik maupun fungsional tanpa melakukan relokasi pedagang.

Wali Kota Maulana memastikan bahwa Pasar TAC tidak akan direlokasi. Alih-alih menutup, pemerintah ingin mengembangkan pasar TAC agar lebih menarik dan optimal bagi perekonomian daerah. Pasar ini dianggap aset milik Pemkot Jambi yang strategis letaknya, sayang jika dibiarkan mati suri. Tujuan akhirnya adalah pasar kembali ramai dan mampu memberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menyadari keterbatasan anggaran dan perlunya manajemen profesional, Pemkot Jambi menjajaki kolaborasi antara Dinas Perindustrian & Perdagangan (Perindag) selaku pemilik aset dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau pihak investor swasta sebagai pengelola bisnis. Model public-private partnership ini diharapkan membawa investasi untuk membenahi fasilitas pasar.

“Kita ingin revitalisasi dengan kolaborasi antara Dinas Perindag dan BUMD, agar investor bisa masuk membenahi fasilitas pasar,” jelas Maulana.

Dengan dana investor, infrastruktur pasar seperti bangunan kios, atap, drainase, dan utilitas lain dapat diperbaiki atau ditambah.

Wali Kota Maulana menekankan pengembangan Pasar TAC akan fokus pada peningkatan kenyamanan dan kelengkapan sarana prasarana. Rencana perbaikan mencakup penyediaan tempat berjualan yang lebih layak, penataan area parkir yang memadai, hingga penerapan sistem bisnis pasar yang lebih transparan dan modern. Misalnya, kemungkinan penggunaan sistem retribusi digital atau pencatatan transaksi yang lebih rapi. Diharapkan dengan pasar yang tertib dan modern, baik pedagang maupun pembeli akan lebih nyaman beraktivitas.

Maulana memiliki visi menjadikan Pasar TAC sebagai pusat pergerakan ekonomi masyarakat di tengah kota. Artinya, pasar ini diharapkan tidak hanya sekadar tempat jual-beli kebutuhan pokok, melainkan pusat kegiatan ekonomi kerakyatan. Pemerintah berencana menggelar berbagai event kreatif dan festival di kawasan pasar untuk menarik keramaian.

“Bisa digelar festival ataupun ajang kreatif lainnya,” ujar Maulana, membayangkan pasar TAC ke depan sebagai ruang publik yang hidup.

Konsep ini sejalan dengan tren creative economy – memadukan aktivitas perdagangan dengan hiburan, seni, kuliner, dan budaya lokal, sehingga masyarakat punya alasan lebih untuk datang ke pasar.

Salah satu gagasan unik yang sempat muncul adalah pembangunan Diorama Sejarah Digital Kota Jambi. Awalnya, diorama interaktif tiga dimensi tentang sejarah “Tanah Pilih Pusako Batuah” Jambi direncanakan dibangun di atas lahan Pasar TAC, dengan harapan menjadi daya tarik wisata edukatif yang bisa mengaktifkan kembali kawasan tersebut sebagai ruang publik produktif.

Bahkan, APBD 2025 telah menganggarkan Rp600 juta untuk proyek diorama di Pasar TAC. Namun setelah dikaji, rencana ini diubah karena keterbatasan lahan dan parkir di Pasar TAC.

Eks Pasar Talang Banjar (sebuah gedung pasar lama di Jambi Timur yang sudah lama terbengkalai) dipilih sebagai lokasi pengganti yang lebih luas. Kendati demikian, pemindahan lokasi diorama ini tidak menyurutkan tekad mengembangkan TAC.

Justru Pemkot akan memfokuskan Pasar TAC murni sebagai pasar rakyat, sementara elemen wisata sejarah ditempatkan di Talang Banjar. Di eks Pasar Talang Banjar nanti akan dibangun pusat oleh-oleh, kerajinan UMKM, dan kuliner bersama diorama digital, yang diharapkan saling menunjang dengan pasar-pasar tradisional di kota.

Upaya menghidupkan kembali Pasar TAC bukan perkara mudah dan hasilnya tentu tidak instan. Sebab, era Wali Kota sebelumnya, upaya revitalisasi juga sudah pernah dilakukan, tapi gagal.

Revitalisasi Pasar TAC ini ibarat menghidupkan nadi ekonomi yang sempat melemah. Tekad pemerintah sudah ada, pedagang pun siap berbenah, dan contoh dari pasar lain telah memberikan pelajaran. Mampukah Maulana? Hanya waktu yang akan menjawab.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network