Ruas Tol Jambi–Palembang (Tempino–Simpang Ness–Bayung Lencir) sepanjang 52 km resmi beroperasi fungsional September 2025. Proyek Rp27,22 T ini memangkas waktu tempuh Jambi–Palembang dari 6–8 jam menjadi 3 jam. Simak progres konstruksi, target penyelesaian 2026, serta dampak ekonominya bagi Jambi dan Sumatera Selatan.
***
Pembangunan jaringan Tol Trans-Sumatera di wilayah Provinsi Jambi memasuki babak penting. Ruas Tempino – Simpang Ness – Bayung Lencir (sering disebut Tol Jambi–Palembang Seksi 3 & 4) kini telah mulai beroperasi secara fungsional. Sementara itu, konstruksi ruas tol lain yang menghubungkan Jambi hingga Betung (Banyuasin, Sumsel) menuju Kota Palembang terus dipercepat. Berikut laporan mendalam mengenai status terkini pembangunan, rincian teknis, target penyelesaian, serta dampak strategis proyek tol ini bagi Provinsi Jambi.
Ruas Tempino – Simpang Ness – Bayung Lencir (Jambi – Sumsel) sepanjang ±52 km telah tersambung penuh dan mulai dibuka secara fungsional. Setelah sebelumnya Seksi 3 Bayung Lencir – Tempino (33 km) tuntas 100% pada akhir 2024, kini Seksi 4 Tempino – Simpang Ness (Kota Jambi) sepanjang 18,49 km juga rampung dan resmi beroperasi tanpa tarif per 14 September 2025 pukul 07.00 WIB.
Pengoperasian ini diperbolehkan menyusul terbitnya Kepmen PUPR No. 813/KPTS/M/2025 yang menetapkan ruas tol tersebut siap operasi. Menurut EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, segmen Tempino–Simpang Ness telah lulus Uji Laik Fungsi dan Operasi (ULFO) dengan predikat bintang 5 per 22 Agustus 2025, menandakan infrastruktur memenuhi standar teknis-operasional tertinggi.
“Hasil tersebut menandakan kesiapan penuh untuk melayani pengguna tol di segmen ini, yang merupakan lanjutan dari Tol Betejam (Betung–Tempino–Jambi) Segmen Bayung Lencir–Tempino yang sebelumnya telah dioperasikan tanpa tarif sejak akhir tahun lalu,” ujar Adjib.
Pembukaan ruas tol Jambi ini disambut antusias warga. Gerbang Tol Pijoan di dekat Kota Jambi menjadi pintu akses utama. Selama masa sosialisasi, pengguna belum dikenakan tarif (gratis). Ruas ini dilengkapi 1 gerbang tol dengan 6 gardu (masing-masing 3 arah masuk dan keluar, termasuk gardu reversible), 58 petugas operasional, serta 6 armada layanan siaga untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pengguna. Kehadiran tol Jambi tersebut langsung memangkas waktu tempuh secara dramatis, perjalanan dari Bayung Lencir (di perbatasan Sumsel–Jambi) ke Simpang Ness (dekat Kota Jambi) yang sebelumnya mencapai hampir 3 jam lewat jalan lintas, kini dapat ditempuh sekitar 45 menit saja melalui tol.
Sementara itu, durasi perjalanan dari Kota Jambi ke Betung (di Sumsel) berkurang dari biasanya >4 jam menjadi sekitar 2 jam saja, jika nantinya tol seksi ini selesai. Efisiensi waktu ini memberikan keuntungan langsung bagi mobilitas orang dan arus logistik di Sumatera bagian selatan.
“Jalan Tol Jambi–Palembang merupakan urat nadi bagi perekonomian kami. Posisi Jambi di tengah Pulau Sumatera akan sangat mendukung kelancaran logistik. Oleh karena itu, percepatan pembangunan jalan tol Palembang–Jambi sangat kami harapkan. Kami optimis pembangunannya segera terwujud dan berharap dapat segera merasakan dampak positif dari selesainya jalan tol ini, khususnya peningkatan konektivitas dengan Palembang,” ujar Gubernur Jambi Al Haris.
Pernyataan gubernur tersebut kini mulai terbukti dengan beroperasinya ruas tol pertama di Jambi. Al Haris menyebut ruas tol Trans-Sumatra di wilayahnya berjalan on-schedule dan memenuhi standar kualitas PSN yang ditetapkan.
Ia gembira melihat progresnya dan berharap semua seksi tol dapat selesai tepat waktu. Ruas Bayung Lencir–Tempino sendiri telah selesai 99% sejak akhir Agustus 2024 tanpa kendala berarti. “Tol ini tidak mengalami masalah, baik dari pembebasan lahan hingga pengerjaannya,” ungkap H. Bakri, Anggota DPR RI asal Jambi, saat meninjau langsung progres akhir di lapangan.
H. Bakri berterima kasih kepada Kementerian PUPR, Balai, dan kontraktor Hutama Karya atas kelancaran proyek, seraya berharap tol ini segera dimanfaatkan untuk memangkas waktu tempuh Jambi–Palembang.
Sementara itu, pembangunan ruas tol lain yang menghubungkan Bayung Lencir ke Betung hingga Palembang masih berlangsung. Ruas Betung – Tempino – Jambi (Betejam) sepanjang ±170 km dibagi menjadi 4 seksi. Seksi 3 dan 4 (Bayung Lencir–Tempino–Jambi) berlokasi di Jambi (dan perbatasan Sumsel).
Adapun Seksi 1 & 2 (Betung – Tungkal Jaya – Bayung Lencir) yang melintasi Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan mulai digarap melalui skema Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha (KPBU) sejak pertengahan 2024
Saat ini pekerjaan fisik Seksi 1-2 masih tahap konstruksi awal hingga pertengahan 2025, antara lain fokus pada pembebasan lahan di beberapa titik. Pemerintah Kabupaten Banyuasin menyatakan komitmen mempercepat proses ini, mengingat masih ada lahan sengketa yang menghambat di salah satu seksi.
“Karena adanya klaim kepemilikan lahan, pihak KSP (Kantor Staf Presiden) meminta agar dipercepat penyelesaiannya sehingga tol Palembang–Betung dapat fungsional Maret 2026,” ujar Sekda Banyuasin Erwin Ibrahim usai rapat percepatan di KSP.
Gubernur Jambi Al Haris bahkan realistis menyebut perlu dukungan Pemprov Sumsel agar tol antardaerah ini benar-benar terhubung penuh dalam dua tahun ke depan. “Saya berharap abang saya Gubernur Sumsel Herman Deru dapat mempercepat ganti rugi lahannya, sehingga tahun 2027 mendatang kita bisa menikmati jalan tol sampai ke sana (Palembang),” kata Al Haris.
Selain ruas Betejam, penyambung terakhir menuju Kota Palembang adalah ruas Palembang – Betung (bagian dari tol Kayu Agung–Palembang–Betung atau Kapalbetung). Ruas Palembang–Betung sepanjang ±70 km dikelola oleh PT Waskita Sriwijaya Tol (sekarang dilanjutkan HK). Progresnya sempat terhambat pembebasan lahan di segmen akhir (Pangkalan Balai–Betung).
Pada April 2024, progres konstruksi Palembang–Betung mencapai 75% untuk segmen Palembang–Pangkalan Balai (55 km). Sedangkan segmen Pangkalan Balai–Betung (15 km) masih fokus pembebasan tanah. Hingga 31 Januari 2025, progres fisik gabungan Seksi 1-2 Palembang–Betung telah mencapai 67,4% dengan 31,8 km dari total 54,5 km sudah selesai dibangun (angka 54,5 km kemungkinan mencakup bagian utama yang ditargetkan fungsional Lebaran 2025).
Pekerjaan utama yang telah tuntas antara lain Jembatan Musi (Kramasan) sepanjang 1,15 km beserta oprit 1,08 km, pembangunan 1 simpang susun (dari 2 rencana), dan jalan layang (pile slab) 5,8 km. HK bahkan sempat menyiapkan sebagian ruas ini (Gerbang Tol Rengas/Musi Landas – Pangkalan Balai) sebagai jalur alternatif mudik Lebaran 2025 untuk mengurangi kemacetan Lintas Sumatra.
Panjang Ruas, Investasi, dan Segmentasi Proyek
Proyek Jalan Tol Betung – Tempino – Jambi (Betejam) dirancang membentang ±169,9 km melintasi Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Pembangunannya menggunakan skema pembiayaan Mix antara dukungan APBN dan investasi BUMN. Total investasi ruas ini sekitar Rp27,22 triliun, terdiri dari Rp21,38 T melalui skema KPBU (Pembiayaan Berkala Berbasis Layanan oleh PT Hutama Karya Persero) untuk 136,3 km (Seksi 1, 2, dan 4), serta Rp5,84 T dukungan konstruksi pemerintah (Viability Gap Fund) untuk 33,6 km (Seksi 3). Berikut rincian tiap seksi:
Segmen Tol Trans-Sumatera (JTTS) 🇸🇸🇯🇲 | Panjang | Investasi & Pelaksana | Status per Sep 2025 |
---|---|---|---|
Seksi 4: Tempino – Jambi (Simpang Ness) | 18,49 km | KPBU HK (BUJT Hutama Karya) – bagian dari 136 km PPP | Selesai. Beroperasi fungsional gratis sejak 14 Sept 2025 (ULFO bintang 5). |
Seksi 3: Bayung Lencir – Tempino | 33,63 km | Dukungan APBN Rp5,84 T – kontraktor KSO Adhi–Waskita–Jaya & HK–WIKA–Brantas | Selesai. Konstruksi 100% Juli 2024 operasional fungsional sejak Okt 2024 |
Seksi 1-2: Betung – Bayung Lencir | ±118 km | KPBU HK – termasuk dalam investasi Rp21,38 T | Dalam pembangunan. Mulai konstruksi Mei 2024; progres fisik bertahap (lahan ±90% per awal 2025). Target operasional 2026 (perkiraan). |
Palembang – Betung (Kapalbetung Seksi) | ±70 kmb | BUJT PT Waskita/HK – investasi Rp22,16 T (Kapalbetung 112 km) | Dalam pembangunan. Progres konstruksi ~67% per Jan 2025. Ditargetkan fungsional Maret 2026. |
Seksi 3 dan 4 (yang berada di Provinsi Jambi) telah selesai dan beroperasi secara fungsional. Seksi 1-2 yang berada di Sumsel masih dalam tahap konstruksi aktif, sementara ruas Palembang–Betung juga dalam penyelesaian akhir.
Pekerjaan konstruksi di lapangan melibatkan sejumlah kontraktor BUMN besar secara joint operation. Untuk Seksi 3 (Balai/Dukungan Pemerintah), paket pekerjaan dibagi tiga: Paket 1 sepanjang 7,6 km oleh KSO PT Adhi Karya – Waskita Karya – Jaya Konstruksi (progress 83,85% per April 2024), Paket 2 11 km oleh KSO PT PP – Nindya Karya (progress 81,43%), Paket 3 15,47 km oleh KSO PT Hutama Karya – Wijaya Karya – Brantas Abipraya (progress 72,71%).
Berkat sinergi ini, Seksi 3 rampung sesuai target pada Kuartal III 2024. Adapun Seksi 4 serta Seksi 1-2 dikerjakan PT Hutama Karya sebagai pemegang konsesi JTTS, dengan pola Penjaminan Pemerintah & Pembiayaan Infrastruktur melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).
Total akan ada setidaknya 3 simpang susun (interchange) di ruas Betung–Tempino–Jambi, yakni di Betung (Simpang Sekayu), Bayung Lencir, dan Jambi (Simpang Ness/Pijoan), yang menghubungkan tol dengan jaringan jalan nasional eksisting. Selain itu disiapkan beberapa rest area; satu di antaranya di Km 42 Tempino–Pijoan (Jambi) yang sedang dikebut pembangunannya.
Dampak Ekonomi, Sosial, dan Strategis bagi Jambi
Keberadaan jalan tol di Jambi dan koneksinya ke Sumatera Selatan dipandang sebagai game changer bagi perekonomian dan mobilitas wilayah. Dampak ekonomi langsung yang paling signifikan adalah penurunan biaya logistik. Tol Jambi–Palembang akan memangkas waktu dan biaya angkut barang dari dan ke Jambi.
Gubernur Al Haris mengungkapkan bahwa Jambi sangat bergantung pada Sumsel untuk pasokan bahan pangan (misalnya beras), namun selama ini distribusi terkendala infrastruktur.
“Minimnya infrastruktur pendukung mengakibatkan waktu tempuh perjalanan mencapai 10-12 jam, bahkan lebih lama jika macet. Ini berdampak signifikan terhadap biaya hidup – harga-harga bisa melonjak tiba-tiba. Jika logistik lancar, harga-harga akan otomatis turun sesuai hukum ekonomi,” jelas Al Haris.
Dengan tol, arus barang ke Jambi dari Palembang, Lampung, atau Jawa akan lebih cepat dan stabil, sehingga harga komoditas di Jambi dapat lebih terkendali.
Secara sosial, tol ini meningkatkan aksesibilitas masyarakat Jambi. Waktu tempuh darat Jambi–Palembang yang semula 6-8 jam (atau lebih) dapat dipangkas menjadi sekitar 3 jam bila seluruh ruas tol tersambung (berdasarkan estimasi Jambi–Betung 2 jam plus Betung–Palembang ~1 jam).
Hal ini mempermudah perjalanan antar-kota, termasuk bagi warga Jambi yang ingin mengakses fasilitas pendidikan tinggi atau layanan kesehatan di Palembang/Jawa dengan biaya lebih terjangkau.
“Kendala mobilitas putra-putri kami yang akan kuliah di Jakarta, termasuk biaya transportasi tinggi akibat kemacetan berjam-jam, tentu akan teratasi. Waktu tempuh yang lebih singkat berarti biaya sosial dan ekonomi yang lebih rendah,” kata Al Haris.
Tol juga meningkatkan keamanan perjalanan dengan mengalihkan lalu lintas dari jalan nasional yang sempit/rawan kecelakaan ke jalur bebas hambatan yang lebih standar. Di sisi lain, potensi pengembangan wilayah di sekitar trase tol meningkat: rest area dan simpang susun akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru, memicu investasi pada kawasan industri, pergudangan, maupun pariwisata lokal.
Untuk sektor pariwisata, hadirnya tol pertama di Jambi membuka akses lebih luas ke destinasi unggulan provinsi. Salah satu contohnya, Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi (kompleks percandian terluas se-Asia Tenggara) yang terletak tak jauh dari jalur tol Tempino–Jambi, kini menjadi lebih mudah dijangkau wisatawan.
Dari sudut pandang strategis nasional, tol Jambi–Palembang melengkapi backbone Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) yang membentang dari Lampung hingga Aceh. Sebelum ini, Provinsi Jambi merupakan salah satu mata rantai yang belum terhubung jaringan JTTS. Dengan tersambungnya ruas Jambi, arus logistik Sumatera bagian selatan menjadi lebih terpadu.
Proyek ini bukan hanya soal membentangkan aspal dan beton, tetapi tentang menyatukan perekonomian regional, memangkas sekat antarwilayah, dan membuka peluang baru bagi masyarakat Jambi. Seiring deru mesin alat berat yang masih bekerja di lapangan, harapan akan Sumatera yang lebih terhubung dan maju kian mendekati kenyataan.
Tol Jambi–Palembang tak lagi sekadar impian di atas peta, melainkan segera menjadi jalur sutera modern yang memacu pertumbuhan di Bumi Melayu dan sekitarnya.(*)
Add new comment