Musda Partai Golkar Jambi 2025 akhirnya menemukan jalannya sendiri. Bukan pertarungan yang memecah, melainkan konsolidasi yang menyatukan. Cek Endra kembali dipercaya melanjutkan kepemimpinan DPD I, sementara Agus Rubiyanto justru mendapat amanah lebih besar di tingkat pusat. Dua arus besar yang semula berhadap-hadapan, kini bertemu dalam satu muara. Menjaga soliditas Golkar Jambi, sekaligus memperkuat partai di panggung nasional. Sebuah akhir yang menenteramkan, di tengah tensi yang sempat memanas menjelang Musda.
***
Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Provinsi Jambi 2025 semula diprediksi berlangsung sengit. Dua figur kuat mengemuka sebagai calon Ketua DPD I Golkar Jambi periode 2025–2030. Cek Endra, petahana Ketua DPD I (mantan Bupati Sarolangun), dan Agus Rubiyanto, Bupati Tebo yang juga kader senior Golkar Jambi.
Keduanya resmi mendaftar pada awal September 2025. Cek Endra didampingi dukungan 12 pemilik suara sah saat pendaftaran. Sementara Agus Rubiyanto mengklaim telah mengantongi 15 dukungan, mayoritas dari ketua DPD II kabupaten/kota se-Provinsi Jambi.
Namun memasuki awal September 2025, dinamika politik Golkar Jambi berubah drastis. Musda yang dijadwalkan digelar Sabtu besok, 6 September 2025 di Hotel BW Luxury, Jambi, mendadak diliputi spekulasi Agus Rubiyanto urung maju.
Kabar berembus kencang bahwa Agus “ditarik” ke pengurus pusat DPP Golkar hanya dua hari jelang pemilihan. Manuver menit-menit terakhir ini sontak mengejutkan banyak kader di Jambi, mengingat Agus sebelumnya telah menyerahkan berkas pencalonan dan mendapat dukungan luas. Bagaimana drama penarikan Agus terjadi? Apa dampaknya bagi Cek Endra dan konstelasi politik Golkar Jambi?
Agus Dipanggil Ketum Bahlil
Kamis malam, 4 September 2025, Agus Rubiyanto memenuhi panggilan mendadak ke kediaman Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia di Jakarta Pusat. Pertemuan tertutup itu dihadiri pula Sekretaris Jenderal DPP Golkar Sarmuji dan Wakil Ketua Umum Ahmad Doli Kurnia Tanjung.
Di forum inilah terungkap alasan di balik menghilangnya Agus dari bursa Musda. Bahlil secara langsung meminta Agus Rubiyanto untuk bergabung ke jajaran pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar. Permintaan ini bukan sekadar ajakan biasa, melainkan penugasan politis yang tak bisa ditolak.
Agus menceritakan detik-detik penting itu kepada wartawan.
“Tanpa perantara siapa pun, Pak Bahlil langsung meminta saya untuk bergabung membesarkan Partai Golkar di tingkat nasional. Jadi perintah ini tidak bisa ditawar lagi,” ujarnya.
Bahlil disebut-sebut ingin Agus membantu memperkuat partai di level pusat. Pertemuan singkat tersebut praktis mengubah peta Musda Jambi dalam sekejap. Agus menyatakan kesanggupannya menerima amanah dari ketua umum. Konsekuensinya, ia menarik diri dari pencalonan Ketua DPD I Golkar Jambi.
“Kalau Ketua Umum sudah meminta saya ke DPP, otomatis semua berkas pencalonan untuk Musda Golkar Jambi saya tarik,” tegas Agus Rubiyanto.
Kapan tepatnya Agus mundur?
Secara de facto, keputusan diambil pada malam 4 September 2025 itu juga, usai permintaan Bahlil. Keesokan paginya, Jumat 5 September, kabar Agus “naik kelas” ke DPP terkonfirmasi luas di media Jambi. Agus Rubiyanto resmi diminta bergabung sebagai pengurus pusat Golkar.
SC Musda telah merampungkan verifikasi dukungan. Hasilnya hanya satu calon memenuhi syarat maju Ketua DPD I, yakni Cek Endra, yang mengantongi 12 dukungan sah (lebih dari ambang 30%). Sementara Agus Rubiyanto secara formal dinyatakan tak lolos karena hanya memperoleh 3 dukungan sah, jauh di bawah syarat minimal.
Dengan kata lain, tanpa harus “mengundurkan diri” pun, Agus sebenarnya tersingkir secara aturan internal. Pada akhirnya, penegasan Ketum Golkar di Jakarta membuat spekulasi itu menjadi kenyataan, Agus batal maju Musda Jambi.
Kabar penarikan Agus Rubiyanto ke DPP dalam hitungan jam langsung mengubah suasana politik Golkar Jambi. Para Ketua DPD II dan kader daerah terkejut, terutama para pendukungnya. Figur yang mereka gadang-gadang merebut pucuk pimpinan provinsi justru “dimutasi” ke Jakarta pada detik terakhir.
Padahal, jelang Musda, Agus mendapat sokongan terbuka dari banyak pimpinan DPD II. Misalnya, Ketua DPD II Golkar Tanjung Jabung Barat Ahmad Jahfar beberapa hari sebelumnya optimistis.
“Insya Allah Agus Rubiyanto didukung mayoritas pemilik suara dan direstui Ketua Umum DPP Golkar,” ujarnya yakin.
Kenyataannya, restu Ketua Umum justru berwujud penunjukan Agus sebagai pengurus pusat, bukan sebagai Ketua DPD I Jambi. Para pendukung Agus di daerah praktis harus melakukan “balik badan” sekali lagi menghadapi dinamika ini.
Menjelang siang 5 September 2025, Ketua Panitia Musda Golkar Jambi Adri SH, MH baru mengetahui kabar penarikan Agus ke DPP.
“Saya juga tahunya siang ini,” ungkap Adri.
Meski demikian, ia menilai permintaan Ketum Bahlil tersebut sah-sah saja dan sesuai mekanisme partai. Artinya, DPD I dan panitia daerah menghormati keputusan DPP. Dengan Agus teralih tugas, Panitia Musda menyatakan hanya ada satu calon tersisa, yakni Cek Endra.
“Tidak ada calon lain lagi. Juga tidak ada pencalonan lagi, karena tahap pencalonan sudah ditutup,” tegas Adri.
Bagaimana reaksi para Ketua DPD II pendukung Agus? Secara terbuka, nyaris tak terdengar protes lantang. Para kader di tingkat kabupaten/kota tampaknya memilih patuh pada garis DPP demi menghindari perpecahan. Sinyal ini terbaca dari imbauan resmi panitia Musda.
Steering Committee melalui jubir Jefri Pardede meminta “seluruh kader Golkar Jambi dapat menerima hasil ini dengan lapang dada serta menjaga soliditas demi kemajuan partai”. Pesan tersebut jelas ditujukan untuk meredam kekecewaan faksi pendukung Agus.
Ada kesadaran bahwa keputusan DPP final dan mengikat. Melawan arus justru kontra-produktif bagi karir politik di Golkar. Apalagi, Ketum Bahlil sendiri dijadwalkan hadir membuka Musda 6 September, besok. Kehadiran figur nomor satu partai tentu menjadi sinyal agar kader daerah kompak. Benar saja, para elite Golkar Jambi segera merapatkan barisan.
Sejumlah ketua DPD II yang sebelumnya di kubu Agus langsung menyatakan mendukung keputusan pusat. Ivan Wirata, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi yang dikenal sebagai koordinator tim sukses Cek Endra, mengaku sejak awal yakin “ketum akan mengambil langkah terbaik demi soliditas partai.”
Para loyalis Cek Endra pun menyambut gembira perkembangan ini, sementara kubu Agus berusaha legowo demi kepentingan lebih besar.
Aklamasi untuk Cek Endra
Dampak politik dari manuver “promosi” Agus Rubiyanto ke DPP sungguh signifikan. Praktis, Musda Golkar Jambi 2025 akan berjalan dengan satu calon saja. Dengan mundurnya Agus, Cek Endra hampir pasti melenggang tanpa perlawanan.
Musda XI Partai Golkar Jambi pada 6 September diperkirakan tinggal mengesahkan Cek Endra sebagai Ketua DPD I untuk periode kedua secara musyawarah mufakat. Tak ada lagi duel sengit di bilik pemilihan. Forum Musda bisa berlangsung cepat dan “sederhana” sesuai rencana panitia.
Bagi Cek Endra, ini jelas jalan mulus yang tak terduga. Beberapa pekan sebelumnya, posisinya sempat terancam oleh gerbong dukungan Agus yang mengalir deras. Bahkan sempat muncul desas-desus DPP lebih condong menginginkan figur baru memimpin Golkar Jambi, mengingat Golkar perlu penyegaran pasca Pemilu 2024.
Cek Endra sendiri diketahui intens melobi pusat agar diberi kesempatan memimpin lagi. Kerja politiknya membuahkan hasil manis, pada 5 September, Steering Committee Musda resmi menyatakan hanya Cek Endra yang lolos verifikasi syarat calon. CE pun menjadi calon tunggal.
Situasi ini tentu kontras dengan bayangan banyak pihak sebelumnya. Seandainya Agus Rubiyanto tetap maju, Musda Jambi berpotensi berujung voting head-to-head yang tajam antara dua kubu, lengkap dengan risiko friksi pasca-Musda.
Golkar Jambi pernah mengalami dinamika serupa di masa lalu, sehingga tarung dua figur ini dikhawatirkan memecah soliditas partai menjelang Pilkada serentak 2024. Dengan rekayasa “win-win solution” dari DPP – mengakomodasi Agus di pusat dan mengukuhkan Cek Endra di daerah, Golkar berhasil menghindari konflik terbuka internal.
“Kalau DPP sudah berkehendak, biasanya susah dilawan,” ujar seorang kader senior Golkar Jambi mengisyaratkan kekuatan titah pusat.
Kini, dengan Cek Endra hampir pasti memimpin lagi, tantangan berikutnya adalah rekonsiliasi internal. Cek Endra perlu merangkul kembali para pendukung Agus Rubiyanto. Sejumlah pos di kepengurusan DPD I Jambi kemungkinan akan diisi figur-figur dari kubu Agus demi menjaga keseimbangan.
Beberapa sumber internal menyebut, Bahlil selaku ketua umum memang sedang meracik komposisi tim di DPP pasca dirinya naik tahta (menggantikan Airlangga Hartarto pasca Pemilu 2024). Strategi Bahlil adalah memperkuat struktur DPP dengan figur berpengalaman dan berprestasi dari daerah.
Penunjukan Agus Rubiyanto dilihat sebagai bagian dari skenario tersebut. Bahlil tampaknya ingin barisan pengurus pusat Golkar diisi tokoh-tokoh yang kuat secara elektoral dan punya akar dalam di daerah. Hal ini penting jelang persiapan Golkar menghadapi Pemilu 2029 dan Pilkada 2029. Kader seperti Agus diharapkan mampu menjembatani DPP dengan konstituen daerah.
Agus Rubiyanto, yang awalnya digadang-gadang menantang incumbent, justru mendapat “tiket emas” ke DPP. Cek Endra yang sempat terpojok dukungan, kembali menguasai peta dengan legitimasi penuh. Bagi Partai Golkar, formula ini dianggap win-win, tidak ada kubu yang benar-benar kalah.
“Ini dinamika biasa, tidak perlu dibesar-besarkan. Semua demi kekuatan Golkar menghadapi agenda politik ke depan,” ujar salah satu ketau DPD II Golkar.
Wajah-wajah tegang kader Golkar Jambi pun kini berangsur mencair, menyambut Ketua Umum Bahlil yang datang membawa pesan persatuan. Musda XI Golkar Jambi siap digelar sederhana dan singkat. Ini akan menandai babak baru kepemimpinan Cek Endra sekaligus babak baru karier politik Agus Rubiyanto di kancah nasional.(*)
Add new comment