Oleh :
Dr. Fahmi Rasid
LAM PROVINSI JAMBI
Harmonisasi Simbol, Sejarah, dan Identitas Daerah**
Transformasi ruang publik bukan sekadar pekerjaan fisik, tetapi juga kerja peradaban. Inilah yang sedang berlangsung di Provinsi Jambi melalui penataan ulang kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai Lapangan Kantor Gubernur Jambi, kini diberi nama baru yang lebih tegas dan berkarakter: Lapangan Garuda Jambi.
Perubahan ini, yang diikuti pemindahan patung Sultan Thaha Syaifuddin serta pembangunan monumen garuda yang monumental bukan sekadar pemindahan benda, melainkan penataan ulang makna. Ia menyentuh sejarah, identitas, dan arah masa depan daerah. Pemerintah daerah tengah menyampaikan pesan bahwa ruang publik adalah ruang untuk melihat diri, merenungkan nilai, dan membangun kebanggaan kolektif.
- Ruang Publik sebagai Identitas Suatu Daerah
Nama bukan sekadar sebutan; ia adalah penanda identitas. Menamai ulang kawasan ini menjadi Lapangan Garuda Jambi mengandung pesan bahwa ruang publik harus memiliki wajah, karakter, dan ruh. Ia tidak boleh dibiarkan menjadi ruang tanpa narasi.
- Garuda adalah simbol negara—lambang persatuan, kedaulatan, dan kebesaran Republik Indonesia.
- Jambi adalah identitas kedaerahan, keberagaman budaya, dan kekayaan sejarah.
Dengan menggabungkan dua identitas ini, pemerintah daerah menegaskan bahwa Jambi dengan segala kekhasannya, berdiri tegak dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang publik ini menjadi titik pandang yang menyatukan nasionalisme dan lokalitas dalam satu kesatuan visual dan nilai.
- Monumen Garuda: Simbol Kebangsaan yang Mengayomi
Monumen garuda yang berdiri megah dengan latar perisai logam bukan ornamentasi semata. Ia memancarkan pesan filosofis yang kuat:
- Garuda adalah roh kebangsaan, sekaligus simbol keberanian dan keteguhan.
- Perisai-tembok di belakangnya menggambarkan perlindungan dan komitmen menjaga martabat publik.
- Material logam yang kuat merepresentasikan ketegasan, modernitas, dan visi masa depan yang kokoh.
Dengan hadirnya monumen ini, Lapangan Garuda Jambi menjadi ruang yang tidak hanya layak dikunjungi, tetapi juga layak direnungkan: tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan kemana kita ingin melangkah sebagai masyarakat Jambi.
- Penempatan Patung Sultan Thaha: Pelestarian Sejarah yang Elegan
Pemindahan patung Sultan Thaha Syaifuddin Pahlawan Nasional dari Jambi seringkali disalahpahami sebagian publik sebagai bentuk penghilangan sejarah. Namun kebijakan ini justru mengandung nilai kehormatan yang lebih tinggi.
Ada dua keputusan strategis yang mengandung pesan filosofis:
Pertama, patung lama ditempatkan di Rumah Dinas Gubernur Jambi, sebuah bangunan berstatus cagar budaya. Ini menandakan bahwa simbol sejarah ditempatkan dalam ruang yang juga menyandang nilai historis yang setara.
Kedua, patung baru yang kini berdiri di bagian depan lapangan memberikan ruang lebih luas bagi masyarakat untuk mengenang peran beliau sebagai pemimpin yang teguh, pemberani, dan rela berkorban demi marwah negeri.
Kedua patung ini tidak saling menggantikan atau menghilangkan satu sama lain. Justru keduanya menciptakan kesinambungan makna antara masa lalu dan masa kini genius lokal yang terintegrasi dalam ruang kekinian.
- Ruang Monumental untuk Refleksi dan Partisipasi
Ruang publik bukan hanya untuk dilihat, tetapi untuk dirasakan dan dihidupkan. Penataan Lapangan Garuda Jambi membawa harapan baru agar:
- masyarakat menjadikan ruang tersebut sebagai pusat refleksi nilai-nilai sejarah;
- generasi muda menemukan identitas kebangsaannya di antara simbol-simbol monumental;
- publik memiliki ruang berkumpul yang lebih representatif, estetis, dan bernilai edukatif.
Penataan ini menghadirkan kawasan yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga kaya secara makna.
- Sinergi Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan
Kebijakan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa Jambi sedang menyusun jembatan antara:
- Masa lalu, dengan menghormati Sultan Thaha sebagai simbol perjuangan dan keberanian lokal.
- Masa kini, dengan kebijakan publik yang responsif, terukur, dan terarah pada penguatan identitas daerah.
- Masa depan, dengan menampilkan monumen garuda sebagai lambang visi kemajuan dan kebanggaan daerah di tengah era modern.
Sinergi ini penting untuk memperkuat karakter masyarakat dan meningkatkan kecintaan terhadap ruang publik. Ruang yang memiliki identitas yang kokoh akan menciptakan masyarakat yang juga memiliki kebanggaan kuat terhadap daerahnya.
- Kehati-hatian Regulatif dan Penghormatan terhadap Nilai Lokal
Pemerintah daerah menegaskan bahwa penataan ini selaras dengan berbagai regulasi, terutama:
- Prinsip pelestarian cagar budaya;
- Tata ruang wilayah;
- Kearifan lokal masyarakat Jambi;
- Koordinasi dengan keluarga pahlawan, lembaga adat, dan lembaga ideologi negara.
Dengan demikian, kebijakan ini bukan tindakan sepihak, tetapi langkah terukur yang dilakukan dengan dialog, pertimbangan sejarah, dan rasa hormat terhadap identitas lokal.
- Ruang Publik sebagai Kebanggaan Bersama
Penataan Lapangan Garuda Jambi pada akhirnya merupakan upaya membangun simbol baru bagi Provinsi Jambi: ruang yang menghadirkan nilai sejarah, kebangsaan, dan kehormatan daerah dalam satu wajah yang indah.
Ruang tersebut kini menjadi panggung dimana masyarakat Jambi bisa berdiri dengan bangga:
mengenang masa lalu, menampilkan diri di masa kini, dan menatap masa depan dengan keyakinan.
Karena ruang yang ditata dengan hati, akan membentuk masyarakat yang juga hidup dengan penuh penghargaan terhadap nilai.(*)
Add new comment