Jambi – Kontroversi hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengenai Pilgub Jambi 2024 menuai sorotan dari berbagai pihak, termasuk Dr. Jafar Ahmad, peneliti senior dari Idea Institute. Sebagai pakar dengan pengalaman dalam dunia survei, Dr. Jafar memberikan tiga kemungkinan alasan mengapa hasil survei ini menimbulkan polemik.
Menurutnya, permasalahan dalam hasil survei dapat disebabkan oleh beberapa hal, antaralain manipulasi data, batas toleransi margin of error, atau kelalaian tim survei dalam pengumpulan data.
Kemungkinan Pertama: Manipulasi Data
Dr. Jafar menyatakan bahwa manipulasi data selalu menjadi kemungkinan dalam survei, meskipun kecil kemungkinan bagi lembaga survei ternama seperti LSI untuk melakukannya.
“LSI memiliki kredibilitas tinggi. Sulit untuk membayangkan mereka mengubah data secara sepihak, apalagi sudah ada bantahan resmi dari pihak LSI yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah merilis hasil survei yang memenangkan Romi-Sudirman,” jelas Dr. Jafar.
Kemungkinan Kedua: Margin of Error yang Dimanfaatkan
Menurut Dr. Jafar, batas toleransi kesalahan atau margin of error dalam survei ini adalah 3,5 persen. Dalam situasi ini, mungkin saja hasil survei Haris dikurangi 3,5 persen, sementara Romi dinaikkan 3,5 persen. Kondisi itu menciptakan gap atau selisih sekitar 7 persen.
Dr. Jafar mengakui bahwa praktik ini sering terjadi, namun ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak seharusnya dilakukan.
“Margin of error adalah batas wajar, tetapi menggunakannya untuk menggeser angka secara sengaja menyalahi etika survei,” tambahnya.
Kemungkinan Ketiga: Kelalaian dalam Verifikasi Data
Kemungkinan ketiga menurut Dr. Jafar adalah ketidakakuratan data yang disebabkan oleh kelalaian tim survei dalam pengumpulan data di lapangan.
“Meski metode dan teknik pengambilan data sudah sesuai, jika tim di lapangan tidak dikontrol, ada risiko bahwa data tidak dikumpulkan dengan benar,” jelasnya.
Ia mengilustrasikan bahwa tim survei yang tidak diawasi dengan baik bisa saja mengisi angket dari rumah atau tempat kos tanpa benar-benar mendatangi responden. Jika ini terjadi, hasil survei akan mengalami bias yang signifikan.
Menyangkut Kepercayaan Publik Terhadap Hasil Survei
Polemik ini menyoroti pentingnya akurasi dan transparansi dalam proses survei, terutama pada Pilgub Jambi yang penuh dengan dinamika politik. Dr. Jafar Ahmad menyatakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga survei bisa terkikis jika tidak ada kontrol ketat terhadap tim survei dan metode yang digunakan.
Dengan informasi ini, Dr. Jafar berharap bahwa pihak-pihak terkait dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses survei di Jambi, sehingga hasilnya benar-benar merefleksikan suara masyarakat yang sebenarnya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) melalui penelitinya, Yoes C Kenawas, telah membantah klaim yang menyebutkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jambi nomor urut 1, Romi Hariyanto dan Sudirman, unggul atas pasangan Al Haris dan Abdullah Sani dalam survei terbaru.
Yoes menegaskan bahwa LSI tidak pernah melakukan survei terkait Pilgub Jambi sepanjang bulan Oktober 2024.
“Selamat malam. Tidak benar ini Mas. Kami tidak pernah melakukan survei untuk Pilgub Jambi bulan Oktober ini,” ujar Yoes C Kenawas melalui pesan WhatsApp, Sabtu (9/11/2024).
Belum lama ini, sejumlah media massa merilis berita yang menyatakan bahwa survei LSI menunjukkan Romi-Sudirman unggul dengan angka 48,7 persen, sementara Al Haris-Sani berada di angka 43,1 persen, dengan 8,2 persen responden yang belum memberikan jawaban. Berita tersebut dikutip sebagai pernyataan dari Ketua Tim Koalisi Romi-Sudirman, Hasbi Ansory, yang mengklaim hasil survei LSI menunjukkan peningkatan signifikan bagi pasangan Romi-Sudirman.
Namun, setelah bantahan tegas dari pihak LSI, Hasbi Ansory enggan memberikan penjelasan lebih lanjut.
“Saya belum baca berita, nanti ya,” ucap Hasbi melalui pesan singkat saat dikonfirmasi.
Peneliti LSI, Yoes C Kenawas, menyayangkan adanya pihak-pihak yang menyalahgunakan nama dan kredibilitas lembaganya.
“LSI sangat menyayangkan ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang mencatut dan menyalahgunakan nama baik LSI,” tegas Yoes.
Meskipun belum mengambil langkah hukum, LSI berharap tindakan pencatutan ini tidak akan terulang.
“Semoga mereka yang menyalahgunakan nama LSI bisa segera sadar dan tidak mengulangi perbuatannya. LSI mengimbau masyarakat untuk tetap kritis dan mengawal demokrasi dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya,” imbuhnya.(*)
Add new comment