BENGKULU – Gelombang laut tak pernah berkompromi. Sore itu, Minggu (11/5/2025), di langit kelabu perairan Malabro, sebuah kapal wisata yang mengangkut penumpang dari Pulau Tikus menuju daratan Kota Bengkulu karam—tenggelam bersama harapan, tawa liburan, dan nyawa.
Tujuh korban jiwa tercatat meninggal dunia, termasuk salah satu di antaranya adalah warga Provinsi Jambi asal Kabupaten Bungo. Nama-nama mereka, yang semula hanya ditulis sebagai daftar manifest wisata, kini berubah menjadi bagian dari tragedi.
Jidan Dinil Haq, salah satu dari segelintir penumpang yang selamat, mengisahkan kembali detik-detik mencekam saat mesin kapal mati dan ombak mulai menggila. Mereka baru saja berangkat meninggalkan Pulau Tikus setelah sehari penuh menikmati wisata bahari.
“Mesin kapal mendadak mati, kami terombang-ambing. Angin besar datang, lalu ombak mulai mengguncang lambung kapal. Saya sempat berdoa dalam hati,” tutur Jidan dengan suara lirih.
Tak berselang lama, ombak datang bertubi-tubi, menghantam kapal hingga menimbulkan kebocoran. Dalam hitungan menit, kapal pun terbalik. Beberapa penumpang terjebak, yang lain mencoba berenang ke arah pantai—banyak yang tak sampai.
Salah satu korban tewas diketahui merupakan wisatawan asal Bungo, Provinsi Jambi. Identitasnya belum dipublikasikan secara resmi oleh kepolisian, namun pihak keluarga sudah diberitahu dan dijadwalkan tiba di Bengkulu untuk proses identifikasi dan pemulangan jenazah.
Kabar duka ini sontak menggemparkan masyarakat Jambi, terutama kalangan keluarga korban yang masih menanti kabar utuh dari otoritas SAR dan kepolisian setempat.
Tim gabungan dari Basarnas Bengkulu, Ditpolairud Polda Bengkulu, TNI AL, BPBD dan nelayan lokal melakukan pencarian korban dengan kapal cepat. Proses evakuasi berlangsung sulit karena cuaca ekstrem dan visibilitas terbatas.
“Hingga malam, 7 jenazah sudah dievakuasi. Sisanya masih dalam pencarian. Kapal tenggelam sekitar 1,5 mil dari bibir pantai,” ujar seorang petugas SAR.
Hingga kini, penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan. Namun dugaan sementara mengarah pada kombinasi antara cuaca ekstrem, mesin kapal yang mati, dan potensi kelebihan muatan. Pemeriksaan terhadap operator wisata dan awak kapal tengah berlangsung.
Kepala Basarnas Bengkulu menyebut bahwa kapal tersebut tidak memiliki pelampung yang memadai dan banyak penumpang tidak menggunakan jaket keselamatan.
Pemerintah daerah Bengkulu, melalui Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata, menyatakan akan melakukan evaluasi besar terhadap standar keselamatan wisata laut.(*)
Add new comment