Isu dugaan monopoli harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di wilayah Kuamang Kuning belakangan ramai diperbincangkan. Namun, klarifikasi dari sejumlah petani dan pihak perusahaan membantah kabar tersebut. Mereka menegaskan bahwa isu monopoli hanya hoaks dan tidak sesuai kenyataan di lapangan.
Seorang petani yang ditemui wartawan menegaskan, tudingan monopoli harga oleh bos loading ramp sawit Pandawa tidak benar. “Itu hanya berita hoaks. Kami selalu menjual ke loading ramp sawit di Kuamang Kuning, dan harga selalu ditampilkan di pintu masuk,” ujarnya.
Ia menambahkan, petani juga bisa langsung menjual TBS ke PT SAL sebagai pabrik kelapa sawit (PKS).
“Tidak ada potongan sama sekali, hanya sortir bila ada buah yang belum layak panen, misalnya buah masih muda,” jelasnya.
Petani lain, Tohirun, juga merasa namanya dicatut dalam pemberitaan.
“Saya tidak pernah bilang kalau loading ramp milik Pak Bejo (Pandawa) maupun PT SAL memonopoli harga TBS di Kuamang Kuning. Jadi saya heran kenapa nama saya dicatut,” ungkapnya.
Ia menegaskan, perbedaan harga antar-loading ramp bukan monopoli.
“Petani bebas menjual ke loading ramp maupun langsung ke PT SAL. Bahkan kami juga sering menjual ke pabrik lain di luar tanpa masalah,” katanya.
Menanggapi isu adanya potongan harga Rp300 per kilogram, pihak PT SAL melalui humas memberikan klarifikasi.
“Kami sebagai perusahaan kelapa sawit tidak pernah melakukan potongan harga. Penerimaan TBS selalu 0%. Hanya saja TBS yang tidak sesuai kriteria memang dikembalikan, misalnya TBS basah atau buah yang belum layak panen,” tegasnya.
Kuamang Kuning merupakan salah satu sentra sawit di Bungo. Isu monopoli harga TBS di wilayah ini sempat memicu keresahan. Namun, klarifikasi dari petani dan perusahaan memperlihatkan bahwa sistem pembelian TBS tetap terbuka, harga dipajang transparan, dan petani memiliki kebebasan memilih tempat penjualan.(*)
Add new comment