Ketika Profesor Senior Bermimpi: Kampung Halamannya “KERINCI ADA JALAN TOL”

WIB
Ist

Prof. Dr. Mukhtar Latif, MPd
(Tenaga Ahli Gubernur - Guru Besar UIN STS Jambi)

A. Pendahuluan
Pada tanggal 9 Oktober 2025, ruang rapat Sekretariat Daerah Provinsi Jambi menjadi saksi pertemuan penting antara tim Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dari Jakarta dengan jajaran Pemerintah Provinsi Jambi serta para akademisi universitas setempat.

Dalam dialog, membedah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 68 Tahun 2024, yang mengatur kemitraan pemerintah–swasta, muncul satu gagasan besar dari Prof. Dr. Syamsurizal Tan — profesor senior Universitas Jambi sekaligus Ketua Senat yang juga dihadiri oleh tenaga Ahli Gubernur Jambi, Prof. Dr. Mukhtar Latif, MPd. dkk. Beliau memaparkan visi strategis bahwa pembangunan Jambi harus dimulai dari infrastruktur penghubung lintas provinsi, khususnya jalan tol penuh dari barat ke timur (Kerinci–Tanjung Jabung).

Baginya, tol bukan hanya jalan cepat, tetapi “urat nadi pembangunan global” yang akan mempersatukan seluruh kabupaten dalam koridor ekonomi tunggal. Lebih jauh lagi, ia menekankan bahwa bandara internasional dan rumah sakit internasional bukanlah kemewahan, tetapi kebutuhan mendesak agar Jambi tidak terisolasi dari dunia global.

B. Landasan Teori dan Asumsi Empiris

  1. Teori Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi berakar pada model produksi neoklasik.
Menurut Aschauer (1989), investasi publik pada infrastruktur berperan besar terhadap produktivitas total faktor dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Journal of Monetary Economics, 23(2): 177-200).

Calderón & Servén (2010) menegaskan bahwa peningkatan stok infrastruktur 1 % meningkatkan pertumbuhan GDP rata-rata 0,07–0,10 % di negara berkembang (Journal of Development Economics, 93(1): 13-25).

Timilsina et al. (2024) menegaskan melalui analisis data lintas-negara bahwa kontribusi infrastruktur fisik terhadap pertumbuhan berada pada kisaran elastisitas 0,07–0,10 (World Bank Policy Research Working Paper 10426).

Baldwin & Haughwout (2019) dalam Brookings Papers on Economic Activity menunjukkan bahwa tiap 10 % peningkatan investasi infrastruktur transport dapat menaikkan produktivitas wilayah 1–1,2 %.

Dengan demikian, infrastruktur publik—terutama transportasi, tidak hanya memperluas kapasitas produksi, tetapi meningkatkan efisiensi faktor produksi dan menurunkan biaya logistik.

  1. Asumsi Empiris yang Relevan

Elasticity Infrastruktur terhadap GDP (γ) = 0,07 – 0,13

Penurunan biaya logistik rata-rata akibat tol baru = 20 – 30 % (Kementerian PUPR, Laporan Kinerja Infrastruktur 2023).

Efek keterhubungan jalan terhadap pendidikan dan kesehatan (SDM): peningkatan aksesibilitas 10 % menaikkan partisipasi sekolah 2–3 % (Adukia, Asher & Novosad 2019, American Economic Journal: Applied Economics, 11(3): 35-65).

Efek multiplikator investasi infrastruktur: 1 rupiah belanja publik menghasilkan 1,5 – 2,2 rupiah output ekonomi (World Bank, Infrastructure Outlook 2023).

Asumsi inilah yang digunakan untuk mengestimasi dampak pembangunan tol dan infrastruktur global di Provinsi Jambi.

C. Jalan Tol sebagai Pemicu Pertumbuhan Struktural di Jambi

  1. Konteks dan Potensi
    Provinsi Jambi memiliki posisi strategis di jantung Pulau Sumatra. Ia menjadi penghubung antara Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, serta memiliki garis pantai panjang di timur. Menurut data BPS (2024), panjang jaringan jalan nasional di Jambi ± 2.100 km, sedangkan belum ada satu pun tol operasional yang menghubungkan antar kabupaten.

Pembangunan tol lintas barat–timur sepanjang ± 200 km akan menghubungkan Kerinci – Merangin – Sarolangun – Batanghari – Muaro Jambi – Tanjung Jabung Timur, serta terkoneksi dengan Trans-Sumatra Toll Road.

Dengan tol ini, waktu tempuh barat–timur Jambi yang kini 10 jam bisa turun menjadi ± 4 jam, dan efisiensi logistik meningkat hingga 30 %.

  1. Estimasi Dampak Ekonomi
    Menggunakan elastisitas γ = 0,07–0,13 dan penambahan stok jalan besar 10 % (200 km dari 2.000 km), maka:

Skenario konservatif: GDP = 0,07 × 10 % = 0,7 %

Skenario moderat: GDP = 0,10 × 10 % = 1,0 %

Skenario optimistis: GDP = 0,13 × 10 % = 1,3 %

Jika PDRB Jambi 2024 = Rp 260 triliun (BPS 2024), maka kontribusi tambahan 0,7–1,3 % setara Rp 1,8–3,4 triliun per tahun dalam jangka menengah.

Selain efek langsung GDP, World Bank (2022) menegaskan bahwa setiap 1 % penurunan biaya logistik nasional menaikkan daya saing ekspor 0,4 %. Artinya, tol Jambi juga memperkuat posisi ekspor kelapa sawit, batu bara, dan produk manufaktur ke pelabuhan timur.

  1. Dampak Sosial & SDM
    Tol juga meningkatkan mobilitas tenaga kerja dan akses ke pendidikan. Berdasar studi Adukia et al. (2019), peningkatan aksesibilitas infrastruktur di pedesaan India menaikkan kehadiran sekolah 3 %, dan pola serupa dapat diadaptasi untuk Jambi. Konektivitas antar kabupaten memungkinkan universitas, rumah sakit, dan pusat pelatihan menjangkau lebih banyak penduduk.

Dengan demikian, tol tidak hanya memberi efek ekonomi makro, tetapi juga spill-over effect terhadap kualitas manusia: akses pendidikan tinggi, pelatihan kerja, dan pelayanan publik yang lebih merata.

D. Bandara Internasional: Gerbang Menuju Dunia

  1. Posisi Strategis
    Konektivitas global menjadi prasyarat daya saing daerah abad ke-21. Bandara Internasional Sultan Thaha kini masih berstatus bandara domestik. Dengan peningkatan infrastruktur dan perpanjangan landasan menjadi 3.000 m, bandara ini berpotensi naik kelas menjadi bandara internasional Sumatra bagian tengah.
    Atau investasi baru dengan lahan strategis di Muara Jambi dan Tanjung Jabung Timur, yang sekarang juga menjadi titik tekan sandaran pertumbuhan ekonomi baru Jambi.

Menurut Kemenhub (2024), peningkatan status bandara internasional meningkatkan arus wisatawan dan investasi rata-rata 12 % dalam tiga tahun pertama operasi internasional.

  1. Alasan Mendesak
    Konektivitas bisnis global. Investor luar negeri menuntut akses udara langsung tanpa transit.

a. Mobilitas pendidikan dan riset. Perguruan tinggi Jambi dapat menjalin pertukaran akademik internasional dengan lebih mudah.

b. Wisata dan ekonomi kreatif. Jambi memiliki kekayaan wisata Kerinci Seblat dan ekowisata sungai; penerbangan internasional memperluas pasarnya.

c. Integrasi multimoda. Bandara harus terhubung dengan tol lintas barat–timur untuk mempercepat arus barang dan manusia.

Studi Airports and Regional Growth oleh Graham (2020) menunjukkan bahwa setiap peningkatan kapasitas penumpang udara 10 % berkorelasi dengan kenaikan GDP regional 0,5 – 0,8 %. Ini mendukung urgensi pembangunan bandara internasional di Jambi.

E. Rumah Sakit Internasional: Simbol Peradaban Global

  1. Kebutuhan dan Peluang
    Data Kemenkes (2024) menunjukkan 1,2 juta warga Indonesia berobat ke luar negeri tiap tahun, dengan devisa keluar Rp 165 triliun. Rumah sakit internasional di Jambi dapat menyerap sebagian arus pasien ini, sekaligus menjadi pusat pelatihan dan riset medis wilayah tengah Sumatra.
  2. Fungsi Strategis
    Akses layanan kesehatan unggul.

a. Warga Jambi tidak perlu ke Jakarta/Singapura.

b. Kolaborasi pendidikan dan riset. Fakultas Kedokteran UNJA dan UIN STS dapat bermitra dengan universitas luar negeri.

c. Wisata medis (medical tourism). Jambi memiliki potensi kombinasi perawatan dan ekowisata.

d. Pusat kemanusiaan lintas batas. Rumah sakit internasional memungkinkan pertukaran dokter dan pasien lintas negara ASEAN.

Menurut OECD Health Working Paper No. 140 (2023), pembangunan rumah sakit kelas dunia di negara berkembang berpotensi menaikkan indeks produktivitas tenaga kerja kesehatan hingga 9 % dan menciptakan multiplier effect 1:1,8 terhadap ekonomi lokal.

F. Sinergi Tiga Infrastruktur: Tol – Bandara – Rumah Sakit

Ketiganya membentuk ekosistem infrastruktur global:

  1. Tol mempercepat pergerakan logistik dan tenaga kerja antardaerah.
  2. Bandara menghubungkan Jambi ke dunia internasional.
  3. Rumah sakit internasional menjamin kualitas hidup, inovasi medis, dan reputasi global.

Prof. Tan menegaskan, infrastruktur global tidak lagi soal “akses lokal”, melainkan “hak warga dunia”. Dalam era digital dan mobilitas tinggi, hak atas konektivitas global sama pentingnya dengan hak atas pendidikan dan kesehatan.

G. Strategi Implementasi dan Pembiayaan

  1. Pendekatan KPBU dan Creative Finance

Gunakan model Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan equity sharing fleksibel.

Kombinasikan dengan obligasi proyek dan sukuk infrastruktur sebagaimana diatur dalam PMK 68/2024.

Pemerintah daerah dapat berkontribusi non-tunai (lahan, aset), sementara SMI dan swasta menyediakan dana tunai.

Tambahan dukungan dari Dana Infrastruktur Daerah serta hibah CSR perusahaan tambang dan perkebunan.

Model creative finance seperti ini terbukti efektif: setiap Rp 1 investasi infrastruktur publik memicu investasi swasta tambahan Rp 1,7 (IMF 2023, Fiscal Monitor: Capitalizing on Good Times).

  1. Tahapan Implementatif

a.. Fase I: Tol barat–timur 200 km, desain + AMDAL.

b . Fase II: Bandara internasional (Sultan Thaha upgrade).

c. Fase III: Rumah sakit internasional Jambi Health Center Hub.

d. Fase IV: Integrasi sistem transportasi multimoda & digital monitoring.

  1. Tantangan dan Solusi
    Pendanaan mahal, dapat menggunakan kombinasi KPBU + obligasi.

Sengketa lahan, prioritas lahan negara dan transparansi kompensasi. Agar tidak mengulangi kesulitan bangunan bendungan Merangin perihal lahan, sampi berefek pada kelanjutan pembangunan.

SDM terbatas libatkan perguruan tinggi dan diaspora ahli Jambi.

Koordinasi lintas lembaga → bentuk Jambi Infrastructure Council berisi pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat.

H. Penutup
Mimpi Prof. Syamsurizal Tan bahwa “Kerinci akan punya jalan tol” bukan sekadar utopia, tetapi peta jalan menuju Jambi modern dan global. Teori dan data empiris menunjukkan dengan jelas bahwa setiap kilometer tol baru berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, efisiensi logistik, dan peningkatan kualitas manusia.

Dengan penambahan tol 200 km, proyeksi konservatif menunjukkan kenaikan GDP provinsi 0,7–1,3 % per tahun (setara Rp 1,8–3,4 triliun). Bandara internasional dan rumah sakit internasional menjadi pelengkap mutlak — karena kita bukan lagi warga daerah, melainkan warga dunia yang menembus batas geografis dan peradaban.

Kini, tinggal kemauan politik, inovasi pembiayaan, dan kolaborasi akademik-pemerintah untuk mengubah mimpi ini menjadi kenyataan.

Daftar Pustaka
Adukia, A., Asher, S., & Novosad, P. (2019). Educational Investment Responses to Economic Opportunity. American Economic Journal: Applied Economics, 11(3), 35-65.

Aschauer, D. A. (1989). Is Public Expenditure Productive? Journal of Monetary Economics, 23(2), 177-200.

Baldwin, R., & Haughwout, A. (2019). Infrastructure Investment and Regional Productivity. Brookings Papers on Economic Activity, 2019(2), 1-34.

Calderón, C., & Servén, L. (2010). Infrastructure and Economic Development. Journal of Development Economics, 93(1), 13-25.

Foster, V., & Briceño-Garmendia, C. (2023). The Impact of Infrastructure on Development Outcomes. Washington DC: World Bank.

Graham, A. (2020). Airports and Regional Growth: Measuring the Connectivity Effect. Journal of Air Transport Management, 85, 101813.

International Monetary Fund. (2023). Fiscal Monitor: Capitalizing on Good Times. Washington DC: IMF.

Kementerian Keuangan RI. (2024). PMK No. 68 Tahun 2024 tentang KPBU Infrastruktur Publik. Jakarta.

Kementerian PUPR. (2023). Laporan Kinerja Infrastruktur Indonesia 2023. Jakarta.

Kementerian Perhubungan. (2024). Outlook Bandara Indonesia 2024. Jakarta.

OECD. (2023). Health Working Paper No. 140: Hospitals and Regional Productivity. Paris: OECD Publishing.

Timilsina, G. R., et al. (2024). How Much Does Physical Infrastructure Contribute to Economic Growth? An Empirical Analysis. World Bank Policy Research Working Paper 10426.

Verico, K., & Qibthiyyah, R. M. (2021). Indonesia’s Infrastructure and Inclusive Economic Growth. Jakarta: ERIA.

World Bank. (2023). Infrastructure Outlook: Growth and Resilience. Washington DC: World Bank Group.

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network